Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Bahasan : Dyspnea pada Anak


Sasaran : Pasien anak-anak dan keluarga
Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Desember 2018
Waktu : Jam 15.00 – 16.00 WIB
Tempat : Ruang Parikesit RST Wijayakusuma

A. TUJUAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
a. Peserta penyuluhan mampu menguasai pengetahuan tentang
dyspnea.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Memahami pengertian dyspnea
b. Mengetahui tanda dan gejala dyspnea
c. Mengetahui penyebab terjadinya dyspnea
d. Mengetahui komplikasi yang dapat menyertai dyspnea
e. Memahami penatalaksanaan dyspnea

B. POKOK BAHASAN
1. Pengertian dyspnea
2. Tanda dan gejala dyspnea
3. Penyebab dyspnea
4. Komplikasi yang dapat menyertai dyspnea
5. Penatalaksaan keperawatan dyspnea

C. KEGIATAN PENYULUHAN
No Tahap Waktu Kegiatan Metode
Penyuluh Peserta
1. Pembukaan 10 - Memberikan - Menjawab Ceramah
menit salam salam
- Menyampaikan - Mendengarkan
tujuan umum penyampaian
dan tujuan tujuan umum
khusus dan tujuan
penyuluhan khusus
penyuluhan
2. Penyajian 40 - Menjelask - Mendenga Ceramah
Diskusi
Materi menit an pengertian rkan penjelassan
- Mendenga
dyspnea rkan penjelasan
- Menjelask - Mendenga
an tanda dan rkan penjelasan
- Mendenga
gejala dyspnea
- Menjelask rkan penjelasan
- Mendenga
an penyebab
rkan penjelasan
terjadinya
- Melakuka
dyspnea
n tanya jawab
- Menjelask
(diskusi)
an komplikasi
yang dapat
menyertai
dyspnea
- Memaham
i
penatalaksanaa
n dyspnea
3. Penutup 10 - Melakuka - Menjawab Ceramah
menit n review materi pertanyaan
- Menjawab
dengan
salam penutup
beberapa
pertanyaan
- Menutup
pertemuan

D. MEDIA
1. Lefleat
2. Balok kayu, bola kecil

E. EVALUASI
1. Prosedur evaluasi dilakukan dengan tanya jawab secara lisan tentang
materi yang telah diberikan.

F. REFERENSI
1. Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC.
Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal
Keperwatan
2. Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU. Johnson,
Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing outcome classification
(NOC). Philadelphia: Mosby.
3. McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing intervention
classification (NIC).USA:Mosby.
4. Muttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
pernafasan. Salemba Medika: Jakarta.
5. NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi
dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
6. Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

G. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian dyspnea
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga
dengan istilah “Shortness Of Breath”. Dyspnea atau sesak nafas di bedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab
umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut
diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit
jantung atau trauma dada.
b. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.

2. Tanda dan gejala dyspnea


Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit
paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan
penyakit peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk
adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal ini disebabkan oleh :
Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink,
Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma,
tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang
mencolok (Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi
penyakit paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk
menilai adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu,
dari warna, volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis
penyakitnya. Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit
darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau
kronik, pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan
emboli paru. Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan
kuku tangan dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus
berongga pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini
ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru, penyakit
kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis
adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya
jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan
pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran
napas besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis,
bronkiektasis. Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada
tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat
melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma,
bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah wheezing yang
terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher
dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink
atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara
mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).

3. Penyebab dyspnea
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan
pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan
kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada
orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu
penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran
pernapasn maka ruang mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi
peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan
terganggu dan juga dapat mentebabkan dispnea. Dispnea juga dapat
terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru,
semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar
gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk
menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya
compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya
jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau
iritan yang sama.

4. Komplikasi yang dapat menyertai dyspnea


Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru,
penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit
obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada
paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan karena
kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya, sesak napas
atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma,
emfisema, berupa penyakit paru – paru lain.
5. Penatalaksaan keperawatan dyspnea
Oksigenasi
a. Penanganan Umum Dispnea
1. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring
dengan bantal yang tinggi. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per
menit tergantung derajat sesaknya.
2. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita.
b. Terapi Farmako
1. Olahraga teratur
2. Menghindari alergen
3. Terapi emosi
c. Farmako
1. Quick relief medicine
a. Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot
saluran pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan
saat serangan datang. Contoh : bronkodilator.
b. Long relief medicine Pengobatan yang digunakan untuk
menobati inflamasi pada sesak nafas, mengurangi odem dan
mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu yang
lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi.

Anda mungkin juga menyukai