Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KONSEP TEORI

A. KONSEP RECOVERY
1. Definisi
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan
tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki
kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu
proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi yang
memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di
komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya
(USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana
seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara
penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan
atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart
2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem
recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek
terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan
pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang
sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima
dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai
rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada
level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan
kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan
memaksimalkan kecukupan diri. (Stuart, 2013).
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan
pemulihan meliputi : treatment asertif komunitas, dukungan bekerja,

1
manajemen dan pemulihan penyakit, treatment terintegrasi untuk
mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat,
psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan
dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim treatment
multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor,
terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat, manajer kasus,
pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga
membutuhkan perawat untuk berfokus pada tiga elemen yaitu : individu,
keluarga dan komunitas. (Stuart, 2013).

2. Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric


Nursing

Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan


kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan
jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover
Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang
sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial,
pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.

Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa


pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah
dari hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian
Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya
meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery.
Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa
harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan
menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery.

2
Models, Theories, and Therapies in Current Practice

No Theorist Model/Theory Focus of Nursing

1 Dorothy Johnson Behavioral system Membantu pasien kembali


pada keadaan seimbang ketika
mengalami stess melalui
pengurangan atau
menghilangkan sumber stress
dan mendukung proses
adaptif (Johnson, 1980)

2 Imogene King Goal attainment Membangun hubungan


interpersonal dan membantu
pasien untuk mencapai tujuan
nya berdasakan peran nya
dalam konteks sosial (King,
1981)

4 Betty Neuman System Model Membangun hubungan


perawat-pasien untuk
membantu menghadapi
respon stres (1982)

5 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defisit perawatan


diri dan mendorong pasien
untuk terlibat secara aktif
pada perawatan diri mereka
(Orem, 2001)

6 Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan hubungan


Relations interpersonal sebagai alat
terapeutik untuk
menyembuhkan dan

3
mengurangi kecemasan
(Peplau, 1992)

7 Jean Watson Transpersonal Caring merupakan prosedur


Caring dan tugas penting;
membangun hubungan
perawat-pasien sehingga
menghasilkan Therapeutic
Outcome (Watson, 2007)

3. Manfaat Dan Peran Perawat Dalam Pemberian Terapi Dalam Proses


Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien
gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku
klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi
perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang
dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan
memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.
Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa
berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang
menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak
dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai
terapi tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi
CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik keperawatan
kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman,
hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi
alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart,
2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan
perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi

4
gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi
CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar
perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

B. TERAPI SUPPORTIVE ENVIRONMENT

1. Definisi
Lingkungan didefinisikan dengan berbagai pandangan, lingkungan
merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan sosial diluar batas sistem, atau
masyarakat dimana sistem itu berada.
Terapi lingkungan (Milieu Therapy) berasal dari bahasa Perancis yang
berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat
terapeutik atau mendukung kesembuhan.
Pengertian lainnya adalah tindakan penyembuhan pasien melalui
manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung
proses penyembuhan.
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang
diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial.
Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk
menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mengembangkan
keterampilan emosional dan sosial.

2. Tujuan terapi supportive environment


Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk
kembali ke masyarakat.
a) Tujuan umum
Membekali kemampuan pasien untuk kembali ke masyarakat dan
dapat menjalankan kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin.

5
b) Tujuan khusus
Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif. Mengajarkan
keterampilan psikososial dengan cara :
a) Orientasi yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran
terhadap realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan
dengan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap waktu,
tempat, tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
interaksi dan aktifitas pada semua pasien.
b) Asertation yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan
sendiri dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mendorong pasien dalam mengekspresikan diri secara efektif
dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat.
c) Accuption yaitu kemampuan pasien untuk dapat percaya diri
dan berprestasi melalui keterampilan membuat kerajinan
tangan.
d) Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan
aktifitas yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi
kesempatan pada pasien utnuk mengikuti bermacam-macam
reaksi dan membantu pasien untuk menerapkan keterampilan
yang telah dipelajari, misalnya interaksi sosial.

Menurut Stuart dan Sundeen tujuan terapi lingkungan sebagai berikut:

a) Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami


gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam
mengembangkan harga diri.
b) Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain.
c) Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain .
d) Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat.
e) Mencapai perubahan yang positif.

6
3. Karakteristik terapi supportive environment
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat
terapeutik yaitu mendorong terjadi proses penyembuhan, lingkungan
tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.
b) Pasien merasa senang /nyaman dan tidak merawsa takut dengan
lingkungannya.
c) Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi.
d) Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih.
e) Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat
impuls-impuls pasien.
f) Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien
sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta
menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
g) Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau
larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan pilihannya dan membentuk perilaku yang baru.

4. Karakteristik lingkungan
a) Lingkungan Fisik
Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang
merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya
meliputi :
1. Bentuk dan struktur bangunan.
2. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.

Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik


terapeutik:
1. Lingkungan fisik yang tetap.
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal
maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah

7
sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program
pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa
masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk
atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal
ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara
hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan
kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan
pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai
keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur,
kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing
ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan
stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan
mental, merangsang memori dan mencegah disorientasi
ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian,
jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga,
dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
2. Lingkungan fisik semi tetap.
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari,
kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb.
Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang
lainnya serta menjaga privasi pasien.
3. Lingkungan fisik tidak tetap.
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu
serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.

b) Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang
memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat

8
mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal.
Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien :
1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk
mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien.
2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien
tergantung dari tingkah laku partisipasi petugas kesehatan
dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan
pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat
mengikuti atau mengisi kegiatan.
4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya
adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda
pengenal bagi petugas kesehatan.

5. Peran perawat
a) Distribusi kekuatan
Petugas kesehatan mendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada
seluaruh staf ssesuai dengan wewenang masing-masing agar kebutuhan
yang dibuat bertujuan sama dan yang terbaik untuk pasien.
b) Komunikasi terbuka
Komunikasi dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi
guna menetapkan keputusan.
c) Memperhatikan struktur interaksi
Struktur interaksi meliputi :
1. Sikap bersahabat
2. Penuh prihatin
3. Lembut dan tegas
d) Aktifitas kerja

9
Diperlukan dorongan yang kuat dari lingkungan dengan jalan
mengijinkan pasien untuk memilih terapi. Akan lebih berarti bila dapat
diterapkan pada pekerjaan yang nyata.
e) Peran serta keluarga dan masyarakat
Selama di rumah sakit diusahakan pasien sering berhubungan dengan
keluarga, agar keluarga dapat mengikuti perkembangan kesembuhan
pasien sehingga berminat untuk mengkoordinir kepulangannya bila
sudah baik.
f) Penyesuaian lingkungan dengan kebutuhan dan perkembangan pasien.
Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
1. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang
akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesame
perawat, petugas kesehatan, dan pasien.
2. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-
benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya
kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat.
3. Menciptakan suasana yang nyaman.
4. Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya
sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya.
Misalnya membereskan kamar.
Penyelenggaraan proses sosialisasi:
1. Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain,
mempercayai orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan
berguna bagi orang lain.
2. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide,
perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan
di dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
3. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau
kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan
kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
g) Sebagai teknis perawatan

10
Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien,
memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat
dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
h) Sebagai leader atau pengelola.
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan
terapeutik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak
baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.

6. Jenis-jenis terapi supportive environment


a) Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan
tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan
menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
b) Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn
orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat
dan minat.
1. Dance therapy/menari : untuk mengkomunikasikan tentang
perasaan dan kebutuhan pasien.
2. Terapi musik : untuk mengekspresikan perasaan marah, sedih,
kesepian, dan gembira.
3. Terapi dengan menggambar/melukis : dengan menggambar
akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran yang
ada.
c) Literatur/biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, buku-buku
dan kemudian mendiskusikannya.Tujuannya adalah untuk
mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang
ada.

11
d) Pettherapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak
mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan
pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri.
e) Planttherapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala
sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu
pribadi kepada pribadi lainnya.

7. Kondisi pasien pada terapi supportive environment


Pasien yang dilakukan terapi ini adalah Pasien rendah diri (low self esteem)
, depresi (depression) bunuh diri (suicide).
a) Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
1. Ruangan aman dan nyaman.
2. Terhindar dari ala-alat yang dapat digunakan untuk mencederai
diri sendiri atau orang lain.
3. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari
dalam keadaan terkunci.
4. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan
ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
5. Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang
cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.
6. Warna dinding cerah.
7. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
8. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi.
9. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi
pasien.
b) Lingkungan sosial:
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa
pasien sesering mungkin.

12
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
3. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta
merendahkan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara
bertahap.
6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.

Pasien dengan amuk


a) Lingkungan fisik:
1. Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang
cukup.
2. Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu
jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah.
3. Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol
pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protocol
pelepasan pengikatan.
b) Lingkungan Psikososial:
1. Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
2. Observasi pasien tiap 15 menit.
3. Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4. Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5. Libatkan keluarga.
8. Komponen Fungsional Terapi Lingkungan
a) Containment
1. Fungsi : mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku
berkuasa.

13
2. Tujuan : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta
menumbuhkan percaya.
3. Bentuk terapi : isolasi dan pengikatan.
4. Aktifitas : memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera
pada diri sendiri dan orang lain.
b) Support
1. Fungsi : membantu pasien merasa aman dan nyaman serta
mengurangi kecemasan.
2. Tujuan : meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
3. Bentuk terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian
perhatian dengan sikap empati edukasi.
4. Aktifitas : meningaktkan hubungan dan interaksi.
c) Struktur
1. Fungsi : membantu mendorong perilaku yang maladaptif
menjadi adaptif.
2. Tujuan : meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan
konsekuensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien
terhadap aktifitas yang terstruktur.
3. Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi
occupation.
4. Aktifitas : menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien.
d) Involvement
1. Fungsi : mendorong pasien untuk dapat bekerjasama,
melakukan kompromi dan konfrontasi untuk meningkatkan
keterlibatan sosial.
2. Tujuan : menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam
lingkungan sosial dan interaksi serta mengembangkan
keterampilan.
3. Bentuk terapi : terapi kelompok.
4. Aktifitas : melakukan aktifitas kelompok.

14
e) Validation
1. Fungsi : membantu pasien mengambangakan kapasitas
kedekatan yang lebih besar dan menyatu identitasnya.
2. Tujuan : membantu pasien memahami dan menerima keunikan
dirinya serta mendorong integrasi antara perasaan senang dan
tidak senang.
3. Bentuk terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi.
4. Aktifitas : bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien
dan memberi reinforcemen.

9. Komponen Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan


a) Fisik
Terkait dengan desain dan renovasi.
b) Intelektual
Aspek intelektual dari lingkungan meliputi; warna, sinar, suara, suhu,
bau, dan rasa.
c) Sosial
Komponen sosial; peran pasien pola komunikasi dan perbandingan
staf dengan pasien.
d) Emosional

Faktor fisik, intelektual dan sosial menciptakan suasana emosional,


misalnya:
1. Merasa sangat senang berada di ruangan/lingkungan.
2. Merasa sangat santai.
3. Setiap orang bekerjasama dengan baik.
4. Segala sesuatu terawat baik.

Peran terapis
1. Tidak devensif
2. Empati

15
3. Dapat menciptakan keamanan
4. Tidak menakutkan
5. Menurut Moons peran terapis dalam terapi lingkungan adalah
mendukung spontanitas pasien dan merangsang pasien agar merasa
bebas dan terbuka.
e) Spiritual
Sarana tempat ibadah, buku-buku suci, dll. Harus terpisah, sepi dan
tertutup agar memusatkan perhatian untuk pengobatan dan menemukan
harapan baru bagi masa depan pasien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu, dkk, Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika


press, 2009.
Stuart, G. W, and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC, 1998.
Yosep, Iyus, Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama, 2007.

17

Anda mungkin juga menyukai