Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN LAPORAN KASUS


HEPATIK ENSEFALOPATI DI
RUANGAN ICU
RSUD ABDUL MANAP
PAZELA KUMALA PUTRI
FERA WAHYUNI
HERIYAWANTO
REZA ATIKA KHAIRUNNISA
Definisi
Hepatik ensefalopati didefinisikan
sebagai suatu kondisi klinis disfungsi otak
sebagai akibat dari kerusakan hati dan/atau
kelainan sistem portal berupa abnormalitas
fungsi neurologis atau psikiatri yang
menyebabkan gejala-gejala tertentu hingga
koma. Keadaan ini disebabkan oleh zat-zat
yang gagal dimetabolisme oleh hepar, misalnya
zat neurotoksik amonia yang seharusnya
dimetabolisme hepar melalui siklus urea
(Montagnese et al, 2018).
—ETIOLOGI

Menurut Price & Wilson (2006) terdapat beberapa


faktor yang biasanya dapat mencetuskan ensefalopati
hepatikum atau hepatic encephalopathy. antara lain:

1. Peningkatan Beban Nitrogen


2. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Obat-obatan
4. Infeksi & pembedahan
MANIFESTASI KLINIS

STADIUM 1 STADIUM 3
penderita hanya diberi sedatif dan
Tidak begitu jelas dan mungkin sukar bukan pengobatan untuk mengatasi
diketahui. Tanda yang berbahaya adalah prosesnya toksiknya, maka ensefalopati
sedikit perubahan kepribadian dan mungkin akan berkembang menjadi
tingkah laku, koma & prognosisnya fatal.
STADIUM 2 STADIUM 4
Pada stadium ini penderita masuk
Kedutan otot generalisata dan asteriksis
kedalam fase koma yang tidak dapat di
merupakan temuan khas. Asteriksis
bangunkan, sehingga timbul refleks
merupakan suatu manifestasi perifer
hiperaktif dan tanda babinsky. Hasil
akibat gangguan metabolisme otak.
pemeriksaan laboratorium tambahan
Pada keadaan ini, letargi dan perubahan
adalah kadar amonia darah yang
kepribadian menjadi lebih jelas terlihat
Perkembangan ensefalopati hepatikum meningkat, hal tersebut dapat
mendeteksi ensefalopati.
menajdi koma biasanya dibagi menjadi dalam
empat stadium (Price & Wilson, 2006).
Terjadinya HE didasari adanya akumulasi berbagai toksin dalam peredaran darah
yang melewati blood brain barrier (BBB). Neurotoksin yang dapat memasuki BBB
dapat berupa asam lemak rantai pendek, mercaptans, neurotransmitter palsu
(tiramin, octapamin, dan β-feniletilamin), amonia dan GABA. Salah satu toksik
yang diyakini berperan penting dalam terjadinya HE yaitu ammonia, dikarenakan
pasien HE mengalami hiperammonia. Senyawa nitrogen yang di ekskresikan oleh
bakteri usus diangkut ke hati melalui sirkulasi portal dimana bersamaan dengan
nitrogen endogen, memasuki siklus urea. Kemudian terjadi pembentukan urea yang
di ekskresikan melalui urin. Pada penyakit hati lanjut, hepatosit yang rusak dan
pengembangan portosystemic shunt menghasilkan amonia yang melewati hati dan
terakumulasi dalam sirkulasi sistemik. Amonia kemudian melintasi sawar darah otak
dan dimetabolisme oleh astrosit untuk mensintesis glutamin dari glutamat dibantu
oleh glutamin sintetase. Glutamin menyebabkan peningkatan tekanan osmotik
didalam astrosit sehingga sel mengembang dan terjadi edema otak. (Hasan &
Araminta, 2014, Suraweera et al, 2016).
Pemeriksaan Penunjang
Waktu protombin
Glukosa darah harus sering diukur.

Elektrolit.
Analisis gas darah
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan lab : Albumin dan faktor koagulasi


Elektroensefalografi (EEG)
CT scan dan MRI

Menurut Davey (2006) pemeriksaan penunjang pada


ensefalipati hepatikum
KOMPLIKASI

A
Pendarahan Farises B
Pendarahan E
Gastrointestinal
Koma C
Kematian
GAGAL HATI

PATHWAY
Penurunan massa hepatosik
fungsional

Penurunan detoksifikasi
amonia

Reaksi inflamasi Peningkatan kadar


ammonia dalam darah

Toksisitas ammonia
Sakit kepala
terhadap astrosit otak

Hipertermia
Gangguan sintesis glutamin

Nyeri

Pembengkakan astrosit

Disfungsi astrosit

Ensefalopati hepatik

Bersihan jalan nafas tidak


Perfusi jaringa serebral Penurunan efektif
tidak efektif kesadaran/koma
REFERENCES
• Amidio P, Montagnese S, Gatta A, Margon M. Characteristics Of Minimal Hepatic Encephalopathy.
Metab Brain Dis. 2018 ; 19 (3-4) : 253-67

• Davey Patrick. 2006. At A Glance Medicine. Alih Bahasa : Anissa Rocmalia. Jakarta : Erlangga

• Hasan, Irsan., Araminta, Abrianti P. 2014. Ensefalopati Hepatik : Apa, Mengapa Dan Bagaimana.
Medisinus.

• Isselbacker KJ., Brounwald E., Wilson DJ., Martin JB., Fauci AS., Kasper DL, Et Al. 2001. Gagal
Jantung. In : Aside AH, Editor. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

• I Weerasekara, S Tennakoon, H Suraweera. 2016. Contrast Therapy And Heat Therapy In Subacute
Stage Of Grade I And II Lateral Ankle Sprains, Foot Angkle Spec 9 Vol.Xx/No.X.307-323

• Price, Sylvia Anderson And Lorraine Mccarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Dialih Bahasakan Oleh Brahm U Pendit, Dkk. Jakarta : EGC

• Kowalak, Jennifer P., Welsh, William., & Mayer, Brenna. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

9
LAPORAN KASUS HEPATIK
IDENTITAS
PASIEN

Tanggal Pengkajian : Senin, 31 Januari 2022 Nama : Tn H

Sumber : Data sekunder (Rekam Medik) dan Umur : 67 Tahun


Observasi
Jenis kelamin : Laki-Laki
Kesadaran : DPO
Alamat : RT 42 Mayang Manggurai
GCS : E1M2V1 (terpasang ETT dan OPA)

1
1
PENGKAJIAN AIRWAY
PRIMER
Klien terpasang ventilator, ETT dan
OPA. Pernafasan klien dibantu
menggunakan ventilator. Terdapat suara
nafas tambahan : gurgling

Breathing
Frekuensi nafas 20x/i, SPO2 : 99 %. Pergerakan
dinding dada klien simetris dan tidak ada penggunaan
otot bantu nafas, auskultasi paru terdapat suara nafas
tambahan : ronchi

Circulation
Denyut jantung irreguler, CRT : < 2 detik, akral teraba
dingin, ND : 108 x/i, TD : 134/93 mmHg. Dan
terdapat pendarahan di lambung

1
2
PENGKAJIAN Disability
PRIMER Kesadaran klien : DPO, GCS : E1 M2 V1 (terpasang ETT dan
OPA). Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 01 1 1 dan
klien tidak dapat menggerakan ekstremitas.

Exposure
Tidak terdapat jejas/ luka pada tubuh klien. Infus
klien terpasang dileher sebelah kanan dengan
CVC (central venous catheters) 3 lumen.

Foley Chateter
Klien terpasang kateter, urine output saat dikaji pada
pukul 21.00 sebanyak 300 ml

1
3
PENGKAJIAN Gastric Tube
PRIMER
Klien terpasang NGT dan terdapat residu pada
selang NGT klien, residu berwarna hijau
kehitaman

HEART MONITOR
Terpasang HR

Image
USG : kesan : suspek gambaran chronic
parenkchymal liver disease dengan ascites masif
diregio abdomen-pelvis

1
4
PENGKAJI
AN
SEKUNDE
R

01 Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan tidak sadar sejak malam SMRS, tidak bisa
diajak komunikasi lagi, sebelumnya sudah sesak nafas dan tidak mau
makan sejak 2 hari SMRS. Riwayat batuk & demam hilang timbul 3
bulan ini. Riwayat penyempitan saluran nafas dan DM disangkal.

02
 Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada saat pengkajian tanggal 31 januari 2022, kesadaran klien mengalami
penurunan kesadaran : DPO. GCS : E1 M2 V1 (terpasang ETT dan OPA),
terpasang ventilator dan NGT, sesak nafas berkurang (20x/i), terdapat
suara napas tambahan gurgling, mata dan rongga mulut kotor.
PENGKAJI
AN
SEKUNDE
R

03 Riwayat Penyakit Masa Lalu


Keluarga klien mengatakan tidak memiliki penyakit masa lalu. Keluarga
mengatakan sebelum masuk RS, klien berobat ke dr.Makruf dengan
penyempitan saluran nafas. Keluarga menyangkal adanya riwayat DM.
 
Riwayat Penyakit Keluarga

04 Klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan


PEMERIKSAAN
FISIK

 Keadaan Umum Pasien  Leher  Ekstremitas Atas


● Klien mengalami penurunan kesadaran : DPO.
• Tidak ditemukan adanya pembengkakan • Ekstremitas atas klien lemah,
GCS : E1M2V1 (terpasang ETT dan OPA.
kelenjar tiroid, tidak terdapat benjolan dan terdapat edema pada ekstremitas
Klien tampak lemah
nyeri tekan, pada leher kanan terpasang infus atas kanan, skala kekuatan
 Tanda-Tanda Vital : TD: 134/93 mmHg
dengan CVC 3 lumen ekstremitas atas dan bawah : 0111
N: 108x/i
● RR: 20x/i S: 36°  Dada • Ekstremitas Bawah
C
• Pergerakan dada simetris, tidak terdapat lesi, • Ekstremitas bawah klien lemah,
 Kepala S1-S2 reguler, auskultasi paru : ronchi tidak terdapat edema
● Bentuk kepala simetris tidak terdapat lesi atau
edema pada area kepala, kulit kepala bersih.  Abdomen  Status Neurologis
● Rambut • Abdomen simetris, tidak ada lesi dan jejas • Klien mengalami penurunan
● Persebaran rambut klien merata, tidak kesadaran, aktivitas dibantu total.
berminyak dan berwarna hitam serta sedikit  Genetalia
beruban/ putih • Klien terpasang kateter
● Kulit Kepala
● Bersih dan tidak terdapat lesi • Perineum
● Tulang • Tidak terkaji
● Tidak terdapat fraktur
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Data Bed Side Monitor


- Hr : 108x/i
- Tekanan Arteri : 134/93 mmHg
- Respirasi : 20x/i (terpasang ventilator)
- Gambaran Ekg : atrial fibrilasi (30/1/2022), sinus tachycardia (31/1/2022)
- CVP :-
- Spo2 : 99 %
 Radiologi
● USG : kesan : suspek gambaran chronic parenkchymal liver disease dengan
ascites masif diregio abdomen-pelvis
 Elektrografi
● Pemeriksaan Ekg : atrial fibrilasi with rapid ventricular (30/1/2022), sinus
tachycardia (31/1/2022)

1
8
Nama Test Hasil Nilai Normal Keterangan PEMERIKSAAN
30/1/2022      
PENUNJANG
Faal ginjal      
Ureum 104 15 – 39 mg/l High
Creatinin 1,4 0,9 – 1,3 mg/l High
       
Faal Hati      
Protein total 6,1 6,4 – 8,4 mg/l Low
Albumin 2,6 3,5 – 5,0 mg/l Low
Globulin 3,5 3,0 – 3,6 mg/l Normal
Bilirubin total 3,1 < 1,0 mg/l High
Bilirubin direk 2,5 < 0,2 mg/l High
Bilirubin indirek 1,6    
SGOT 1.326 < 40 mg/l High
SGPT 908 < 41 mg/l High

31/1/2022      
Elektrolit      
Natrium 150,96 135-150 mmol/l High
Kalium 3,70 3,6-5,5 mmol/l Normal
Clorida 85,98 95-110 mmol/l Low
Icalcium 1,04 1,10-1,35 mmol/l Low
1
9
Obat Dosis Rute Pemberian
PEMERIKSAAN
Ivfd Kidmin 1 kolf/ 24 jam 40 cc/jam Infus pump
PENUNJANG

Ivfd drip midazolam 30 mg+100 mcg petidin+Nacl 0,9% Infus pump


dalam spuit 20 cc =>1,5 cc/jam

Ivfd D5 ¼ NS 500 cc => 60 cc/jam Infus pump

Inj. Ceftriaxone 2 x1 gr IV

Inj. OMZ 2 x 40 mg IV
Inj. Vit K 3 x 1 amp IM
Inj. Asam traneksamat 3 x 500 IV

Inj. Dexametason 3 x 1 amp IV

Digoxin 3 x 0,25 Oral


Apror 1 x 100 mg Oral
Prorenal 3 x 1 tab Oral
2
Sukralfat syr 4 x 15 cc Oral 0
Data Masalah Keperawatan Etiologi
DS :- Bersihan jalan Hipersekresi ANALISA DATA
DO : nafas tidak jalan nafas
- Klien mengalami penurunan kesadaran : DPO efektif
- Terdapat suara nafas tambahan : gurgling
- Tampak lender didalam rongga mulut klien
 
DS : - Resiko perfusi Sindrom sick
DO : serebral tidak sinus
- Klien mengalami penurunan kesadaran efektif
- GCS : E1M2V1 (terpasang ETT & OPA)
- Ekg :
Atrial fibrillation (30/1/2022)
Sinus takikardia (31/1/2022)
DS : - Gangguan Penurunan
DO : mobilitas fisik kekuatan otot
- Klien mengalami penurunan kesadaran : DPO/
dalam pengaruh obat
- Kekuatan otot menurun 0111
- Rentang gerak (ROM) menurun
- Gerakan terbatas
- Klien tampak lemah
2
1
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan - Observasi tanda-tanda vital klien setiap 1 jam
Hipersekresi jalan nafas bersihan jalan nafas klien meningkat dengan kriteria hasil : sekali (RR dan SPO2)
- Produksi sputum menurun - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
- Tidak ada suara nafas tambahan usaha nafas)
- Tidak ada lender/ secret yang tertahan - Monitor bunyi nafas tambahan
- RR dan SPO2 dalam batas normal - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
detik (suction)

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi - Observasi tanda-tanda vital klien setiap 1 jam
Sindrom sick sinus serebral meningkat dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
- Tingkat kesadaran meningkat (mis. TD meningkat, tekanan nadi melebar,
- Perfusi jaringan dan oksigenasi baik bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran
- TTV dalam batas normal menurun)
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor intake dan output cairan
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral

1. Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan - Kaji tingkat kemampuan klien
kekuatan otot mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil: - Berikan latihan gerak aktif/pasif
- Pergerakan ekstremitas meningkat - Ubah posisi setiap 2 jam
- Kekuatan otot meningkat - Pertahankan kebersihan pasien
- Rentang gerak (ROM) meningkat - Fasilitasi melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari
IMPLEMENTASI

Diagnosa Tgl/ Tindakan Respon/Hasil


Keperawatan Jam

Bersihan jalan 31/01/22 - Mengobservasi tanda-tanda vital klien - TTV :


nafas tidak 22.00 wib setiap 1 jam sekali TD : 147/102 mmHg
efektif b.d - Memonitor pola nafas (frekuensi, ND : 103 x/i
Hipersekresi kedalaman, usaha nafas) RR : 20x/i
jalan nafas - Memonitor bunyi nafas tambahan Spo2 : 100%
- Memonitor adanya produksi sputum - Bunyi nafas gurgling
- Melakukan penghisapan lender < 15 - Terdapat sputum
detik (suction) - Dilakukan suction
- Melakukan tindakan nebulizer - Dilakukan nebulizer pulmicort
IMPLEMENTASI

Resiko perfusi 31/01/22 - Mengobservasi tanda-tanda vital - TTV


serebral tidak 22.00 wib klien setiap 1 jam TD : 147/102 mmHg
efektif b.d - Memonitor tanda dan gejala ND : 103 x/i
Sindrom sick peningkatan TIK (mis. TD RR : 20 x/i
sinus meningkat, tekanan nadi melebar, SPO2 : 100 %
bradikardi, pola nafas ireguler, - Kesadaran klien DPO
kesadaran menurun) GCS : E1M2V1
- Memonitor penurunan tingkat - Intake : 3820,4
kesadaran Output : 1514
- Memonitor intake dan output cairan Balance : 2306,4
- Mempertahankan posisi kepala dan - Posisi klien supinasi (kepala
leher netral dan leher netral)
IMPLEMENTASI

Resiko perfusi 31/01/22 - Mengobservasi tanda-tanda vital - TTV


serebral tidak 22.00 wib klien setiap 1 jam TD : 147/102 mmHg
efektif b.d - Memonitor tanda dan gejala ND : 103 x/i
Sindrom sick peningkatan TIK (mis. TD RR : 20 x/i
sinus meningkat, tekanan nadi melebar, SPO2 : 100 %
bradikardi, pola nafas ireguler, - Kesadaran klien DPO
kesadaran menurun) GCS : E1M2V1
- Memonitor penurunan tingkat - Intake : 3820,4
kesadaran Output : 1514
- Memonitor intake dan output cairan Balance : 2306,4
- Mempertahankan posisi kepala dan - Posisi klien supinasi (kepala
leher netral dan leher netral)
IMPLEMENTASI

Gangguan 31/01/22 - Mengkaji tingkat - Kemampuan klien


mobilitas 22.00 wib kemampuan klien terbatas
fisik b.d - Mempertahankan kebersihan - Makan dan minum via
Penurunan pasien NGT
kekuatan otot - Memfasilitasi klien dalam - Perawatan diri,
melakukan pergerakan pergerakan dan
- Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan
kebutuhan sehari-hari klien sehari-hari klien
dibantu perawat
EVALUASI
HARI 1
Diagnosa Keperawatan Tgl/Jam Soap
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 31/01/22 S:-
Hipersekresi jalan nafas 22.00 wib O:
- TTV :
TD : 147/102 mmHg
ND : 103 x/i
RR : 20x/i
Spo2 : 100%
- Bunyi nafas gurgling
- Terdapat sputum (+)
A : Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d 31/01/22 S:-


Sindrom sick sinus 22.00 wib O:
- TTV :
TD : 147/102 mmHg
ND : 103 x/i
RR : 20x/i
Spo2 : 100%
- Kesadaran klien DPO
GCS : E1M2V1 (terpasang ETT dan OPA)
A : Resiko perfusi serebral tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan 31/01/22 S:-


kekuatan otot 22.00 wib O:
- Klien tampak lemah
- Kesadaran menurun
- Kemampuan klien masih terbatas
- Pergerakan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari masih dibantu perawat
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
 
 
EVALUASI
HARI 2
Diagnosa Keperawatan Tgl/Jam Soap

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hipersekresi 01/02/22 S:-


jalan nafas 22.00 wib O:
- TTV :
TD : 145/89 mmHg
ND : 82 x/i
RR : 20x/i
Spo2 : 98%
- Bunyi nafas gurgling
- Masih terdapat lendir/sputum (+)
A : Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d Sindrom 01/02/22 S:-


sick sinus 22.00 wib O:
- TTV :
TD : 145/89 mmHg
ND : 82 x/i
RR : 20x/i
Spo2 : 98%
- Kesadaran klien DPO
GCS : E1M2V1 (terpasang ETT dan OPA)
A : Resiko perfusi serebral tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan kekuatan 01/02/22 S:-


otot 22.00 wib O:
- Klien tampak lemah
- Kesadaran menurun
- Kemampuan klien masih terbatas
- Pergerakan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari masih dibantu perawat
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
EVALUASI
HARI 3 Diagnosa Keperawatan Tgl/Jam Soap
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 03/02/22 S:-
b.d Hipersekresi jalan nafas 08.00 wib O:
- TTV :
TD : 129/86 mmHg
ND : 79 x/i
RR : 20x/i
Spo2 : 100%
- Bunyi nafas gurgling
- Masih terdapat lendir/sputum (+)
- Posisi klien tampak semi fowler
A : Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Resiko perfusi serebral tidak 03/02/22 S:-


efektif b.d Sindrom sick sinus 08.00 wib O:
- TTV :
TD : 129/86 mmHg
ND : 79 x/i
RR : 20x/i
Spo2 : 100%
- Kesadaran klien DPO
GCS : E1M2V1 (terpasang ETT dan OPA)
- Posisi klien tampak semi fowler
A : Resiko perfusi serebral tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Gangguan mobilitas fisik b.d 03/02/22 S:-


Penurunan kekuatan otot 08.00 wib O:
- Klien tampak lemah
- Kesadaran menurun
- Kemampuan klien masih terbatas
- Pergerakan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari masih dibantu perawat
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervens
- Lakukan ROM pasif

Anda mungkin juga menyukai