STADIUM 1 STADIUM 3
penderita hanya diberi sedatif dan
Tidak begitu jelas dan mungkin sukar bukan pengobatan untuk mengatasi
diketahui. Tanda yang berbahaya adalah prosesnya toksiknya, maka ensefalopati
sedikit perubahan kepribadian dan mungkin akan berkembang menjadi
tingkah laku, koma & prognosisnya fatal.
STADIUM 2 STADIUM 4
Pada stadium ini penderita masuk
Kedutan otot generalisata dan asteriksis
kedalam fase koma yang tidak dapat di
merupakan temuan khas. Asteriksis
bangunkan, sehingga timbul refleks
merupakan suatu manifestasi perifer
hiperaktif dan tanda babinsky. Hasil
akibat gangguan metabolisme otak.
pemeriksaan laboratorium tambahan
Pada keadaan ini, letargi dan perubahan
adalah kadar amonia darah yang
kepribadian menjadi lebih jelas terlihat
Perkembangan ensefalopati hepatikum meningkat, hal tersebut dapat
mendeteksi ensefalopati.
menajdi koma biasanya dibagi menjadi dalam
empat stadium (Price & Wilson, 2006).
Terjadinya HE didasari adanya akumulasi berbagai toksin dalam peredaran darah
yang melewati blood brain barrier (BBB). Neurotoksin yang dapat memasuki BBB
dapat berupa asam lemak rantai pendek, mercaptans, neurotransmitter palsu
(tiramin, octapamin, dan β-feniletilamin), amonia dan GABA. Salah satu toksik
yang diyakini berperan penting dalam terjadinya HE yaitu ammonia, dikarenakan
pasien HE mengalami hiperammonia. Senyawa nitrogen yang di ekskresikan oleh
bakteri usus diangkut ke hati melalui sirkulasi portal dimana bersamaan dengan
nitrogen endogen, memasuki siklus urea. Kemudian terjadi pembentukan urea yang
di ekskresikan melalui urin. Pada penyakit hati lanjut, hepatosit yang rusak dan
pengembangan portosystemic shunt menghasilkan amonia yang melewati hati dan
terakumulasi dalam sirkulasi sistemik. Amonia kemudian melintasi sawar darah otak
dan dimetabolisme oleh astrosit untuk mensintesis glutamin dari glutamat dibantu
oleh glutamin sintetase. Glutamin menyebabkan peningkatan tekanan osmotik
didalam astrosit sehingga sel mengembang dan terjadi edema otak. (Hasan &
Araminta, 2014, Suraweera et al, 2016).
Pemeriksaan Penunjang
Waktu protombin
Glukosa darah harus sering diukur.
Elektrolit.
Analisis gas darah
Pemeriksaan laboratorium
A
Pendarahan Farises B
Pendarahan E
Gastrointestinal
Koma C
Kematian
GAGAL HATI
PATHWAY
Penurunan massa hepatosik
fungsional
Penurunan detoksifikasi
amonia
Toksisitas ammonia
Sakit kepala
terhadap astrosit otak
Hipertermia
Gangguan sintesis glutamin
Nyeri
Pembengkakan astrosit
Disfungsi astrosit
Ensefalopati hepatik
• Davey Patrick. 2006. At A Glance Medicine. Alih Bahasa : Anissa Rocmalia. Jakarta : Erlangga
• Hasan, Irsan., Araminta, Abrianti P. 2014. Ensefalopati Hepatik : Apa, Mengapa Dan Bagaimana.
Medisinus.
• Isselbacker KJ., Brounwald E., Wilson DJ., Martin JB., Fauci AS., Kasper DL, Et Al. 2001. Gagal
Jantung. In : Aside AH, Editor. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
• I Weerasekara, S Tennakoon, H Suraweera. 2016. Contrast Therapy And Heat Therapy In Subacute
Stage Of Grade I And II Lateral Ankle Sprains, Foot Angkle Spec 9 Vol.Xx/No.X.307-323
• Price, Sylvia Anderson And Lorraine Mccarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Dialih Bahasakan Oleh Brahm U Pendit, Dkk. Jakarta : EGC
• Kowalak, Jennifer P., Welsh, William., & Mayer, Brenna. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
9
LAPORAN KASUS HEPATIK
IDENTITAS
PASIEN
1
1
PENGKAJIAN AIRWAY
PRIMER
Klien terpasang ventilator, ETT dan
OPA. Pernafasan klien dibantu
menggunakan ventilator. Terdapat suara
nafas tambahan : gurgling
Breathing
Frekuensi nafas 20x/i, SPO2 : 99 %. Pergerakan
dinding dada klien simetris dan tidak ada penggunaan
otot bantu nafas, auskultasi paru terdapat suara nafas
tambahan : ronchi
Circulation
Denyut jantung irreguler, CRT : < 2 detik, akral teraba
dingin, ND : 108 x/i, TD : 134/93 mmHg. Dan
terdapat pendarahan di lambung
1
2
PENGKAJIAN Disability
PRIMER Kesadaran klien : DPO, GCS : E1 M2 V1 (terpasang ETT dan
OPA). Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 01 1 1 dan
klien tidak dapat menggerakan ekstremitas.
Exposure
Tidak terdapat jejas/ luka pada tubuh klien. Infus
klien terpasang dileher sebelah kanan dengan
CVC (central venous catheters) 3 lumen.
Foley Chateter
Klien terpasang kateter, urine output saat dikaji pada
pukul 21.00 sebanyak 300 ml
1
3
PENGKAJIAN Gastric Tube
PRIMER
Klien terpasang NGT dan terdapat residu pada
selang NGT klien, residu berwarna hijau
kehitaman
HEART MONITOR
Terpasang HR
Image
USG : kesan : suspek gambaran chronic
parenkchymal liver disease dengan ascites masif
diregio abdomen-pelvis
1
4
PENGKAJI
AN
SEKUNDE
R
01 Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan tidak sadar sejak malam SMRS, tidak bisa
diajak komunikasi lagi, sebelumnya sudah sesak nafas dan tidak mau
makan sejak 2 hari SMRS. Riwayat batuk & demam hilang timbul 3
bulan ini. Riwayat penyempitan saluran nafas dan DM disangkal.
02
Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada saat pengkajian tanggal 31 januari 2022, kesadaran klien mengalami
penurunan kesadaran : DPO. GCS : E1 M2 V1 (terpasang ETT dan OPA),
terpasang ventilator dan NGT, sesak nafas berkurang (20x/i), terdapat
suara napas tambahan gurgling, mata dan rongga mulut kotor.
PENGKAJI
AN
SEKUNDE
R
1
8
Nama Test Hasil Nilai Normal Keterangan PEMERIKSAAN
30/1/2022
PENUNJANG
Faal ginjal
Ureum 104 15 – 39 mg/l High
Creatinin 1,4 0,9 – 1,3 mg/l High
Faal Hati
Protein total 6,1 6,4 – 8,4 mg/l Low
Albumin 2,6 3,5 – 5,0 mg/l Low
Globulin 3,5 3,0 – 3,6 mg/l Normal
Bilirubin total 3,1 < 1,0 mg/l High
Bilirubin direk 2,5 < 0,2 mg/l High
Bilirubin indirek 1,6
SGOT 1.326 < 40 mg/l High
SGPT 908 < 41 mg/l High
31/1/2022
Elektrolit
Natrium 150,96 135-150 mmol/l High
Kalium 3,70 3,6-5,5 mmol/l Normal
Clorida 85,98 95-110 mmol/l Low
Icalcium 1,04 1,10-1,35 mmol/l Low
1
9
Obat Dosis Rute Pemberian
PEMERIKSAAN
Ivfd Kidmin 1 kolf/ 24 jam 40 cc/jam Infus pump
PENUNJANG
Inj. Ceftriaxone 2 x1 gr IV
Inj. OMZ 2 x 40 mg IV
Inj. Vit K 3 x 1 amp IM
Inj. Asam traneksamat 3 x 500 IV
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan - Observasi tanda-tanda vital klien setiap 1 jam
Hipersekresi jalan nafas bersihan jalan nafas klien meningkat dengan kriteria hasil : sekali (RR dan SPO2)
- Produksi sputum menurun - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
- Tidak ada suara nafas tambahan usaha nafas)
- Tidak ada lender/ secret yang tertahan - Monitor bunyi nafas tambahan
- RR dan SPO2 dalam batas normal - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
detik (suction)
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi - Observasi tanda-tanda vital klien setiap 1 jam
Sindrom sick sinus serebral meningkat dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
- Tingkat kesadaran meningkat (mis. TD meningkat, tekanan nadi melebar,
- Perfusi jaringan dan oksigenasi baik bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran
- TTV dalam batas normal menurun)
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor intake dan output cairan
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral
1. Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan - Kaji tingkat kemampuan klien
kekuatan otot mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil: - Berikan latihan gerak aktif/pasif
- Pergerakan ekstremitas meningkat - Ubah posisi setiap 2 jam
- Kekuatan otot meningkat - Pertahankan kebersihan pasien
- Rentang gerak (ROM) meningkat - Fasilitasi melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari
IMPLEMENTASI