HEPATIKUM
PERSEPTOR: Erwan Martanto, dr., Sp. PD, Sp. JP (K)
Dr. Emmy H. Pranggono, dr., Sp. PD-KP, KIC
OTTORINO FARHAN
ZUL FADLIL ATYAB
Ensefalopati Hepatikum
Definisi :
Ensefalopati hepatikum (EH) merupakan sindrom neuropsikiatri yang dapat terjadi pada
penyakit hati akut dan kronik berat dengan beragam manifestasi, mulai dari ringan hingga
berat, mencakup perubahan perilaku, gangguan intelektual, serta penurunan kesadaran
tanpa adanya kelainan pada otak yang mendasarinya.
EPIDEMIOLOGI
■ Ensefalopati hepatikum dapat muncul pada hepatitis akut yang disebabkan oleh virus,
obat-obatan, atau racun, namun umumnya muncul pada sirosis atau penyakit kronik
lainnya saat terjadi kolateral portal-sistemik yang besar sebagai komplikasi dari
hipertensi portal.
PATOGENESIS
■ Secara umum dikemukakan bahwa Ensefalopati hepatikum terjadi akibat akumulasi dari
sejumlah zat neuro-aktif dan kemampuan komagenik dari zat-zat tersebut dalam
sirkulasi sitemik.
■ Hipotesis Amoniak
■ Amonia berasal dari mukosa usus sebagai hasil degradasi protein dalam lumen usus dan
dari bakteri yang mengandung urease. Dalam hati amonia dirubah menjadi urea pada sel
hati periportal dan menjadi glutamin pada sel hati perivenus, sehingga jumlah amonia
yang masuk ke sirkulasi dapat dikontrol dengan baik. Glutamin juga diproduksi oleh
otot (50%), hati, ginjal, dan otak (7%). Pada penyakit hati kronis akan terjadi gangguan
metabolisme amonia sehingga terjadi peningkatan konsentrasi amonia sebesar 5-10 kali
lipat. Amonia secara in vitro akan mengubah loncatan (fluk) klorida melalui membran
neural dan akan menganggu keseimbangan potensial aksi sel saraf. Di samping itu
amonia dalam proses detoksifikasi akan menekan eksitasi transmiter asam amino,
aspartat, dan glutamat.
■ Hipotesis Toksisitas Sinergik
■ Asam lemak rantai pendek terutama oktanoid mempunyai efek metabolik seperti gangguan
oksidasi, fosforilasi dan penghambatan konsumsi oksigen serta penekanan aktivitas NaK-
ATP-ase, Fenol sebagai hasil metabolisme tirosin dan fenilalanin dapat menekan aktivitas
otak dan enzim hati monoamin oksidase, laktat dehidrogenase, suksinat dehidrogenase, prolin
oksidase yang berpotensi dengan zat lain seperti amonia yang mengakibakan Ensefalopati
hepatikum. Inhibisi dari NaK-ATP-ase membran yang disebabkan amonia akan berakibat
pada edem cerebri dan pembengkakan dari astrosit. Pada otak yang normal, astrosit menjaga
hemato-enephalic barrier dan melakukan fungsi detoksifikasi yaitu mengubah amonia
menjadi glutamin. Jika kadar amonia meningkat dari yang seharusnya, fungsi detoksifikasi
tidak akan maksimal dan hemato-encephalic barrier akan rusak.
■ Hipotesis Neurotansmiter Palsu
■ pada keadaan normal pada otak terdapat neurotransmiter dopamin dan nor-adrenalin,
sedangkan pada keadaan gangguan fungsi hati, neurotrasmiter otak akan diganti oeh
neurotransmiter palsu seperti oktapamin dan feniletanolamin, yang lebih lemah dibanding
doamin atau nor-adrenalin.
■ Hipotesis GABA dan Benzodiazepin.
■ Ketidakseimbangan antara asam amino neurotransmiter yang merangsang dan yang
menghambat fungsi otak merupakan faktor yang berperan pada terjadinya koma
hepatik. Terjadi penurunan neurotransmiter yang memiliki efek merangsang seperti
glutamat, aspartat, dan dopamin sebagai akibat meningkatnya amonia dan GABA yang
menghambat transmisi impuls. Efek GABA yang meningkat bukan karena influks yang
meningkat ke dalam otak tapi akibat perubahan reseptor GABA dalam otak akibat suatu
substansi yang mirip benzodiazepin.
Pada ensefalopati hepatikum jumlah dari Faktor-faktor pemicu ensefalopati hepatik
substansi-substansi berikut ini meningkat antara lain :
dan oleh karena itu diperkirakan ■ perdarahan gastro-intestinal (1000 cc
substansi tersebut merupakan mediator darah = 200 gr albumin)
untuk terjadinya ensefalopati hepatikum :
■ infeksi (berhubungan peningkatan
■ amonia proteolisis albumin)
■ merkaptan (berhubungan dengan ■ gangguan elektrolit (berhubungan
foetor hepaticus) dengan penggunaan diuretik)
■ GABA ■ obstipasi
■ Tatalaksana Farmakologis :
- Non-absorbable Disaccharides (Laktulosa) 2 x 15-30 ml sehari dan dapat diberikan 3 hingga 6
bulan.
- Antibiotik Rifaximin 2 x 550 mg dengan lama pengobatan 3-6 bulan
- L-Ornithine L-Aspartate (LOLA) 20 g/hari secara IV
- Probiotik menekan substansi untuk bakteri patogenik usus dan meningkatkan produk akhir
fermentasi yang berguna untuk bakteri baik
TERIMAKASIH
REFERENSI