Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar 2022
Pendahuluan
• Ensefalopati uremik adalah gangguan otak organik yang berkembang
pada pasien dengan gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik, biasanya
ketika perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) turun di bawah 15
mL/menit.
Pendahuluan
• Pasien dengan gagal ginjal gangguan cairan dan elektrolit, anemia,
malnutrisi, penyakit tulang dan masalah gastrointestinal.
• Salah satu komplikasi gagal ginjal ensefalopati uremikum
• Gambaran klinis laju perkembangan gagal ginjal.
• Gagal ginjal akut gejala lebih jelas dan cepat > gagal ginjal kronis
Epidemiologi
• Kebanyakan pasien dengan eGFR kurang dari 10 mL/menit
ensefalopati, namun sebagian tidak menunjukkan gejala yang jelas.
• Tidak ada perbedaan resiko pada ras.
• Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan
kejadian.
• Ensefalopati uremik dapat berkembang pada usia berapa pun.
Etiologi
• Uremic Toxin (UT) patogenesis ensefalopati uremik
• Urea adalah UT yang paling banyak dipelajari.
• eGFR dalam kisaran 40-60 mL/menit perubahan kognitif
• eGFR < 15 mL/menit gangguan kognitif berat
• Tidak ada ambang batas eGFR diagnosis UE
• Percobaan terapeutik dengan sesi hemodialisis diagnosis
ensefalopati uremikum
Gejala Klinis
• Ensefalopati adalah disfungsi serebral global, tanpa adanya
penyakit struktural otak primer.
• Dapat menyebabkan cedera otak permanen, sementara dalam
kasus lain dapat reversibel.
• Ensefalopati uremik biasanya muncul dengan perubahan status
mental yang berfluktuasi dari gangguan sensorik ringan hingga
delirium dan koma.
Anamnesa Dan Pemeriksaan Fisik
• Ensefalopati uremikum adalah suatu sindroma klinis tanpa kriteria
diagnostik yang telah ditetapkan
• Gambaran klinis bervariasi, bergantung pada derajat berat gangguan ginjal
• Gejala awal: kelelahan, anoreksia, penurunan berat badan dan mual serta
gangguan kognitif progressif lambat
• Gejala lanjut: bingung, delirium, kejang dan koma
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
• Gangguan ingatan, kemampuan berhitung dan membuat keputusan
• Tremor, gerakan involunter (fasikulasi, mioklonus multifokal, korea, asteriksis
bilateral), atau kejang
Patofisiologi
• Semua bentuk ensefalopati toksik-metabolik akut mengganggu
fungsi ascending reticular activating system dan proyeksinya ke
korteks serebral, yang menyebabkan penurunan impuls dan
kesadaran
• Mekanisme neurofisiologis ensefalopati termasuk gangguan jalur
polisinaps dan perubahan keseimbangan asam amino inhibisi
rangsang.
• Akumulasi metabolit, gangguan hormonal, gangguan metabolisme
perantara dan ketidakseimbangan neurotransmiter rangsang dan
penghambat telah diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi.
Toksik uremik
• Gagal ginjal akumulasi banyak zat organik neurotoksin uremik
• Akumulasi urea, senyawa guanidino, asam urat, asam hipurat,
berbagai asam amino, polipeptida, poliamina, fenol dan konjugat
fenol, asam fenolik dan indolat, aseton, asam glukuronat, karnitin,
myoinositol, sulfat dan fosfat
• Gejala biasanya membaik dengan dialisis atau transplantasi ginjal
yang berhasil.
Toksik uremik
• Urea penanda retensi dan gangguan pembuangan toksik
uremik
• Urea tidak terlalu penting dalam perkembangan toksisitas uremik.
• Sulit untuk menjelaskan paradoks yang tampak antara validitas
urea sebagai penanda dan dugaan berat ringannya toksisitas.
Toksik uremik
• Gangguan metabolisme lain yang dapat berkorelasi dengan
intensitas disfungsi serebral adalah asidosis, hiponatremia,
hiperkalemia, hipokalsemia, hipermagnesemia, hiperhidrasi dan
dehidrasi
• Gambaran klinis ensefalopati uremik tidak berkorelasi secara
tepat dengan perubahan laboratorium tunggal.
• Gejala biasanya berkurang dengan dialisis
Senyawa guanidino
• Senyawa guanidino (asam guanidinosuksinat, methylguanidine,
guanidine dan kreatinin) ditemukan sangat meningkat dalam
serum, cairan serebrospinal dan otak pasien uremik –>
berkontribusi pada gejala epilepsi dan kognitif yang menyertai
ensefalopati uremik
• Aktivasi reseptor N-metil-daspartat (NMDA) dan inhibisi reseptor
asam gama-aminobutirat (GABA)
Transketolase
• Transketolase adalah enzim yang bergantung pada tiamin dari
jalur pentosa fosfat
• Untuk pemeliharaan selubung mielin
• Enzim didapatkan sangat rendah dalam plasma dan cairan
serebrospinal dari pasien dengan uremia
• Asam guanidinosuksinat menghasilkan penghambatan
transketolase demielinasi perubahan sistem saraf pusat dan
perifer pada uremia kronis
Senyawa guanidino
• Asam guanidinosuksinat, metilguanidin, guanidine dan kreatinin
menghambat respon terhadap GABA dan glisin pada neuron tikus
dalam kultur sel patogenesis mioklonus dan epilepsi.
• Asam guanidinosuksinat terbukti menghambat transmisi sinaptik
di wilayah hippocampal tikus gejala kognitif yang muncul pada
ensefalopati uremik
Senyawa guanidino
• Senyawa guanidino diproduksi sebagai hasil metabolisme protein
dan asam amino.
• Kadarnya dapat diukur dalam serum, urin, dan cairan
serebrospinal pada pasien dengan gagal ginjal yang tidak dialisis
dan dialisis.
• Empat senyawa yang sangat meningkat adalah kreatinin,
guanidin, asam guanidinosuksinat, dan metilguanidin.
Senyawa guanidino
• Metilguanidin ↑ TNF-α menstimulasi leukosit
• Senyawa guanidino juga memodifikasi struktur albumin
menurunkan ikatan protein homosistein Homosistein aktif
bebas kerusakan kardiovaskular.
Efek senyawa guanidino uremik pada reseptor asam amino
• Empat senyawa guanidino uremik yang paling meningkat
menginduksi kejang klonik-tonik pada tikus
• Konsentrasi intraperitoneal pada tikus yang mengalami kejang
1328 nmol/g (kreatinin), 209 nmol/g (guanidine), 56 nmol/g
(asam guanidinosuksinat), dan 94 nmol/g (metilguanidin).
Efek senyawa guanidino uremik pada reseptor asam amino
• Empat senyawa guanidino uremik antagonis kompetitif
reseptor GABA dan glisin bergantung dosis kejang uremik
• Asam guanidinosuksinat > methylguanidine > guanidine >
kreatinin memblokir reseptor GABA
Efek senyawa guanidino uremik pada reseptor asam amino
• Asam guanidinosuksinat aktivasi reseptor NMDA
• Diazepam atau fenobarbital tidak atau hanya sedikit mengurangi
kejang Kasus kejang klonik yang diinduksi asam
guanidinosuksinat
• Antagonis reseptor NMDA kompetitif dan nonkompetitif
efektif menghentikan kejang ini
Efek senyawa guanidino uremik pada reseptor asam amino
• Neurotransmitter L-glutamat Reseptor AMPA dan reseptor
NMDA
• Aktivasi reseptor AMPA ion Na+ masuk Mg2+ yang memblokir
saluran ionik reseptor NMDA terlepas
• GABA reseptor GABA influks klorida hiperpolarisasi.
Efek senyawa guanidino uremik pada reseptor asam amino
• Asam guanidinosuksinat aktivasi reseptor NMDA + blokade
reseptor GABA
• Sel piramidal mudah terdepolarisasi aktivasi reseptor NMDA
menyebabkan Ca2+ masuk masuknya Ca2+ yang berlebihan
hilangnya fungsi mitokondria, aktivasi protease dan enzim yang
bergantung pada kalsium lainya eksitotoksik kematian sel
(neurodeneratif)
• Nitrit oxide synthase bergantung kalsium produksi Nitrit oxide
stimulasi pelepasan glutamat presinaps
Efek senyawa guanidino uremik pada reseptor asam amino
• Asam guanidinosuksinat + peningkatan kadar senyawa guanidino
lain (metilguanidin, guanidine, kreatinin) penghambatan GABA
yang jauh lebih besar
• Metilguanidin hambatan Na+-K+-ATPase
Gangguan Metabolisme Energi
• Di otak tikus dengan gagal ginjal akut kadar kreatin fosfat, adenosin
trifosfat, dan glukosa meningkat disertai penurunan kadar adenosin
monofosfat, adenosin difosfat, dan laktat karena penurunan
metabolisme otak dan konsumsi oksigen otak karena inhibisi Na+-
K+-ATPase
Gangguan hormon
• Pasien dengan uremia peningkatan kadar hormon paratiroid
• Hormon paratiroid dapat mengganggu fungsi sistem saraf pusat
tidak sepenuhnya dipahami.
• Peningkatan kandungan kalsium di berbagai jaringan, di antaranya
otak hormon paratiroid dapat memfasilitasi masuknya kalsium
ke dalam jaringan ini
Hormon Paratiroid
Diagnosis
• Pemeriksaan laboratorium
• Tidak ada tes konfirmasi spesifik untuk diagnosa ensefalopati uremikum
• Pemeriksaan lab
• Complete blood count
• Elektrolit dan glukosa darah
• Kadar magnesium, kalsium, fosfat, asam laktat
• Skrining toksikologi: ureum, kreatinin
• Hormon paratiroid
• Pendekatan pada pasien dengan CKD stadium lanjut
• EEG bukan alat diagnostik.
• Hilangnya gelombang frekuensi alfa dan adanya intermittent burst gelombang teta dan delta serta perlambatan
semua gelombang lain temuan ini tidak spesifik
• Pemeriksaan untuk menilai kognitif
• Neuroimaging
• Menyingkirkan penyebab ensefalopati akibat lesi fokal di otak
Diferensial diagnosis
• Wernicke-Korsakoff encephalopathy
• Hypertensive encephalopathy
• Hyperosmolar coma
• Metabolic encephalopathy
• Sepsis
• Fluid and electrolyte disturbances, such as hyponatremia and hypermagnesemia
• Drug toxicity
• Posterior reversible encephalopathy syndrome
• Osmotic demyelination syndrome
• Hepatic encephalopathy
• Hypoglycemia
Tatalaksana
• Adanya ensefalopati uremikum pada AKI atau CKD indikasi untuk
memulai terapi dialisis (yaitu, hemodialisis, dialisis peritoneal, terapi
transplantasi ginjal).
Tatalaksana
• Perawatan standar setiap pasien dengan ESRD:
• Kecukupan dialisis
• Koreksi anemia
• Pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat
• Berikan obat (misalnya, zat besi, eritropoietin, Phosphate binders,
suplementasi kalsium, analog vitamin D) untuk pasien dengan ESRD
• Untuk menghindari malnutrisi pada pasien dengan ESRD, pertahankan
asupan protein yang cukup (1,2 g/kg/hari)
Tatalaksana
• Ada bukti klinis bahwa hemodialisa intermiten lebih efektif dari pada
continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)
• Tetapi resiko dialysis disequilibrium syndrome (DDS) akibat
peningkatan osmolaritas terlalu cepat dengan HD
• Dapat dicegah dengan pemberian mannitol 25 gram sebelum
memulai HD 3 kali pertama.
Prognosis
• Setelah dialisis perbaikan klinis, tetapi EEG mungkin tidak segera
membaik.
• Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), kelainan EEG umumnya
membaik setelah beberapa bulan tetapi mungkin tidak sepenuhnya
normal.
• Direkomendasikan terapi dialisis sebelum terjadi ensefalopati
uremikum
Komplikasi
• Kejang, koma dan kematian
• Pada kasus ensefalopati uremikum berat dengan dialisis klinis
mungkin akan membaik, tetapi gangguan kognitif akan menetap
Referensi
• Baehr M, Frotscher M. Duus' Topical Diagnosis in Neurology 5th ed. Newyork:
Thieme;2012
• Olano CG, Akram SM, Bhatt H. Uremic Encephalopathy. [Updated 2022 Apr 2]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564327/
• Drüeke TB. Hyperparathyroidism in Chronic Kidney Disease. [Updated 2021 Oct 18].
In: Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, et al., editors. Endotext [Internet]. South
Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278975/
• The Pharmaceutical Journal, PJ, May 2004;():561: DOI:10.1211/PJ.2021.1.65554
• Lohr JW. Uremic Encephalopathy. Medscape;2022. Avaible from:
https://emedicine.medscape.com/article/239191-overview