PERIODIK PARALISIS
Ariadi (1110312069)
Preseptor:
PERIODIK PARALISIS
Epidemiologi
Angka kejadian periodik paralisis adalah sekitar 1
diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari
wanita dan biasanya lebih berat. Usia terjadinya
serangan pertama kali bervariasi dari 1-25 tahun,
frekuensi serangan terbanyak di usia 15-35 tahun
dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.
Sejumlah penderita terserang setelah periode
istirahat sehabis latihan otot berat dan setelah
bangun tidur pagi hari.
Etiologi
Hipokalemia periodik paralise biasanya
disebabkan oleh kelainan genetik otosomal
dominan. Hal lain yang dapat menyebabakan
terjadinya hipokalemia periodic paralise adalah
tirotoksikosis. Makan karbohidrat terlalu banyak
mungkin merupakan salah satu faktor pendorong
serangan, selain itu obat tiroid, insulin, epinefrin,
kortikotropin, dan kortikosteroid juga dapat
memicu timbulnya serangan.
Gejala Klinis
Tanda awal serangan dapat berupa nyeri otot,
sangat haus sebelum terjadi kelemahan. Rasa
lemah dimulai dari ektremitas bawah, diikuti
dengan anggota atas, badan dan leher. Otot
respirasi jarang terlibat, jika ada maka penderita
bisa mengalami sesak nafas dan meninggal dunia.
Pada pemeriksaan dijumpai refleks fisiologis
menurun atau hilang, sementara itu sensasi kulit
tetap normal.
Diagnosis
Diagnosis didapatkan dari anamnesis seperti adanya
riwayat pada keluarga karena erat kaitannya dengan
genetik serta gejala klinis seperti yang tersebut di atas,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan leukositosis selama serangan, ekg
dan elektrolit serum menunjukkan tanda-tanda
hipokalemia dan emg memperlihatkan penurunan
amplitudo unit motor potensial, dan potensial polifasik
meningkat jumlahnya serta kecepatan hantar saraf tepi
dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar K dalam serum.
2. Kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam.
3. Kadar Mg dalam serum.
4. Analisis gas darah.
5. Elektrokardiografi.
Terapi
Bila kadar K plasma sangat rendah, dapat langsung
dikoreksi dengan pemberian kalium secara intravena
dengan kecepatan 10 20 mEq/jam. Monitor kadar
kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia
terutama pada pemberian secara intravena. Hindari
diuretika golongan benzotiazida, dan hindari diet
karbohidrat tinggi.
Komplikasi
Arrhytmia.
Kelemahan otot progresif.
Prognosa
Baik apabila penderita mengurangi faktor pencetus
seperti mengurangi asupan karbohidrat, hindari alcohol
dll. Serta pengobatan yang teratur.
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. LFD
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia
: 18 tahun
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat
: Desa Cupak Gunung Talang,
Kab. Solok
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 35 tahun datang ke Bangsal
Neurologi RSUP DR M. Djamil Padang dengan:
Keluhan Utama
Riwayat
Penyakit Dahulu
Riwayat
Penyakit Keluarga
Tidak
Riwayat
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: sedang
Kesadaran
: CMC (E4M6V5)
Status
Internus
Kulit : turgor kulit baik
KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
di leher, aksila, dan inguinal
Kepala : normocephal
Rambut : hitam, uban ada, tidak mudah patah dan
dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT : tidak ada kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH20
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Punggung : tidak terdapat deformitas
Status
neurologis :
Kesadaran : CMC
Tanda rangsangan meningeal (-)
Tanda peningkatan tekanan intracranial (-)
N. Kranialis :
N I : penciuman baik
N II : reflek cahaya +/+
N III, IV, VI : pupil isokor, bulat, diameter 3mm/3mm, gerakan bola
mata bebas ke segala arah
N V : bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kanan
dan
kiri
N VII : bisa menutup mata, mengangkat alis simetris, plica
nasolabialis simetris, ovula ditengah, arcus faring simetris
N IX, X : fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada
N XI : bisa memutar kepala ke kiri dan kanan
N XII : kedudukan lidah dalam dan dijulurkan simetris / ditengah,
tremor (-)
Diagnosis
Diagnosis klinis
: tetraparase e.c periodik
paralisis
Diagnosis topik
: ion channel gate
Diagnosis etiologi
: hipokalemia
Diagnosis sekunder : -
Terapi
- Umum:
IVFD RL 8 jam/kolf
Khusus:
Drip 2 ampul KCl dalam 500 cc RL habis dalam 8 jam
KSR 2 x 600 mg (po)
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: Dubia ad bonam
Follow
up
Biseps
: +/+
Triseps
: +/+
Patella
: +/+
Achilles
: +/+
Babinsky
Reflex fisiologis :
Reflex patologis:
: -/-
Oppenheim: -/Chaddock
: -/-
Schaffer
: -/-
Gordon
: -/
A/
Th/
Umum:
IVFD RL 8 jam/kolf
Khusus:
Follow
up
Biseps
: ++/++
Triseps
: ++/++
Patella
: ++/++
Achilles
: ++/++
Babinsky
Reflex fisiologis :
Reflex patologis:
: -/-
Oppenheim : -/Chaddock
: -/-
Schaffer
: -/-
Gordon
: -/
A/
Th/
Umum:
IVFD RL 8 jam/kolf
Khusus:
Follow
up
Biseps
: ++/++
Triseps
: ++/++
Patella
: ++/++
Achilles
: ++/++
Babinsky
Reflex fisiologis :
Reflex patologis:
: -/-
Oppenheim: -/Chaddock
: -/-
Schaffer
: -/-
Gordon
: -/
A/
Th/
Umum:
IVFD RL 8 jam/kolf
Khusus:
Follow
up
Biseps
: ++/++
Triseps
: ++/++
Patella
: ++/++
Achilles
: ++/++
Babinsky
Reflex fisiologis :
Reflex patologis:
: -/-
Oppenheim: -/Chaddock
: -/-
Schaffer
: -/-
Gordon
: -/-
Th/
Umum:
IVFD RL 8 jam/kolf
Khusus:
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan, umur 18
tahun dengan diagnosis klinis: tetraparase e.c periodik
paralisis, diagnosis topik: ion channel gate, diagnosis
etiologi: hipokalemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang di rumah sakit.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan utama
berupa lemah keempat anggota gerak sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, terjadi berangsur angsur.
Awalnya pasien merasakan keempat anggota gerak
terasa berat, namun pasien masih bisa berjalan. Namun
beberapa jam kemudian pasien hanya dapat menggeser
geser keempat anggota gerak. Akibatnya pasien hanya
bisa berbaring di tempat tidur. Keluhan tidak disertai
rasa kebas.
KESIMPULAN
Berdasarkan literatur, pasien yang telah dilaporkan
merupakan pasien dengan tetraparese e.c periodik
paralisis. Periodik paralisis dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu periodik paralisis hipokalemia, periodik paralisis
hiperkalemia dan periodik paralisis normokalemia.
Periodik paralisis hipokalemia merupakan jenis
periodik paralisis yang paling sering ditemukan.
Dibutuhkan pula prosedur diagnostik dalam
penegakan diagnosis, seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain bila
ada indikasi. Tata laksana optimal merupakan
prioritas utama pada kasus periodik paralisis untuk
mencegah outcome yang buruk. Prognosis periodik
paralisis baik tergantung pada tampilan klinis,
ketepatan diagnosis dan waktu dimulainya intervensi.
TERIMAKASIH