Laporan Kasus
1
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM
A. ANAMNESA (Auto/Hetero)
Keluhan Utama :
Borok di telapak kaki kiri
Anamnesis Khusus :
Sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) penderita menyadari borok yang
sebelumnya telah ada di telapak kaki kiri menjadi semakin bertambah besar dan
bernanah. Borok tersebut berukuran kira-kira panjang 5 cm dan lebar 2 cm. borok
tersebut disertai rasa nyeri.
5 bulan SMRS borok tersebut bermula berupa bengkak seperti bisul sebesar
kepala jarum pentul yang semakin lama semakin bertambah besar. Kemudian
bengkak tersebut mengeluarkan cairan berupa darah dan cairan berwarna kuning
sehingga terbentuk borok. Karena keluhan tersebut penderita berobat ke dokter
dan diberi obat berupa salep yang penderita lupa nama obatnya namun tidak ada
perbaikan hingga saat ini. Riwayat pasien beraktivitas dengan berdiri lama (-).
Penderita diketahui menderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Penderita
kontrol teratur setiap bulan. Penderita mengkonsumsi glibenklamid dan
metformin untuk mengontrol kadar gula darah dan obat lain yang pasien tidak
ingat.
2
Riwayat kencing manis pada anggota keluarga yang lain (+) yaitu kakek dan
paman pasien. Riwayat darah tinggi tidak ada.
ANAMNESIS TAMBAHAN
a. Gizi
- Kualitas : Cukup
- Kuantitas :Cukup
b. Penyakit menular : Tidak ada
c. Penyakit turunan : Ada, kencing manis
d. Ketagihan : Tidak ada
e. Penyakit venerik : Tidak ada
3
B. STATUS PRAESEN
I. KESAN UMUM
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Watak : Kooperatif
Kesan sakit : Sakit ringan
Pergerakan : Tidak terbatas
Tidur : Terlentang dengan 1 bantal
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 60 kg
Keadaan gizi
- Gizi kulit : Cukup
- Gizi otot : Cukup
Bentuk badan : Piknikus
Umur yang ditaksir : Sesuai
Kulit : keriput
b. Keadaan sirkulasi
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit reguler,equal,isi cukup
Suhu : 36oC
c. Keadaan pernafasan
Tipe : Thorakoabdominal
Frekuensi : 18x/menit
Corak : Normal
Hawa/bau napas : Tidak ada
Bunyi napas : Tidak ada
4
II. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala
1. Tengkorak
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada kelainan
2. Muka
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada kelainan
3. Mata
- Letak : Simetris
- Kelopak mata : Tidak ada kelainan
- Kornea : Tidak ada kelainan
- Refleks kornea : +/+
- Pupil : Bulat, isokor
- Reaksi konvergensi :+/+
- Sklera : Ikterik tidak ada
- Konjungtiva : Anemis tidak ada
- Iris : Tidak ada kelainan
- Pergerakan : Normal ke segala arah
- Reaksi cahaya : Direk + / + , Indirek + / +
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada kelainan
- Pendengaran : Tidak ada kelainan
5. Hidung
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Sumbatan : Tidak ada
- Ingus : Tidak ada
5
6. Bibir
- Sianosis :Tidak ada
- Kheilitis :Tidak ada
- Stomatitis angularis :Tidak ada
- Rhagaden :Tidak ada
- Perleche :Tidak ada
9. Rongga mulut
- Hiperemis :Tidak ada - Aphtea : Tidak ada
- Lichen :Tidak ada - Bercak : Tidak ada
b. Leher
1. Inspeksi
- Trakhea :Tidak terlihat deviasi
- Kelenjar tiroid :Tidak terlihat pembesaran
- Pembesaran vena :Tidak ada
- Pulsasi vena leher :Tidak ada
- Tek. Vena Jugularis :Tidak meningkat (5+ 2 cmH2O)
2. Palpasi
- Kel. getah bening :Tidak teraba membesar
- Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
- Tumor : Tidak ada
6
- Otot leher : Tidak ada kelainan
- Kaku kuduk : Tidak ada
c. Ketiak
1. Inspeksi
- Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
- Tumor : Tidak ada
2. Palpasi
- Kel. getah bening : Tidak teraba membesar
- Tumor : Tidak ada
d. Pemeriksaan thoraks
Thoraks depan
1. Inspeksi
- Bentuk umum : Simetris
- Diameter frontal-sagital : Diameter frontal < Diameter sagital
- Sudut epigastrium : < 90o
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
- Pergerakan : Simetris
- Kulit : Ikterik tidak ada
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
- Tumor : Tidak ada
- Ictus cordis : Tidak terlihat
- Pulsasi lain : Tidak ada
- Pelebaran vena : Tidak ada
2. Palpasi
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
- Mammae : Tidak ada kelainan
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
- Paru
Pergerakan : Simetris, paru kanan = paru kiri
Vokal fremitus : Normal, paru kanan = paru kiri
7
- Ictus cordis
Lokalisasi : ICS V linea midclavicularis sinistra
Intensitas : cukup
Pelebaran : Tidak ada
Thrill : Tidak ada
3. Perkusi
- Paru-paru
Suara perkusi : Sonor kanan = kiri
Batas paru-hati : ICS VI Linea midclavicularis dextra
Peranjakan : 1 sela iga
- Jantung
Batas kanan : Linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V,2 jari medial linea midclavicularis
sinistra
Batas atas : ICS II Linea sternalis sinistra
4. Auskultasi
- Paru paru
Suara pernafasan pokok :Vesikuler, kanan = kiri
Suara tambahan :Wheezing - / -, Ronkhi -/-
Vokal resonansi :Normal, kanan = kiri
- Jantung
Irama :Reguler
Bunyi jantung pokok : M1 > M2, P1 < P2
T1 > T2, A1 < A2, A2 > P2
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising jantung : Tidak ada
Bising gesek jantung : Tidak ada
Thorak belakang
1. Inspeksi
8
- Bentuk : Simetris
- Pergerakan : Simetris
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
2. Palpasi
kanan : kiri :
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit Tidak melebar,
tidak menyempit
- Muskulatur : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Vocal fremitus :Normal, paru kanan = paru kiri
3. Perkusi
kanan kiri
- Batas bawah : Vertebra Th.X Vertebra Th.XI
- Peranjakan : 1 sela iga
4. Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler, paru kanan = paru kiri
- Suara tambahan : Wheezing -/-, Ronkhi -/-
- Vocal resonansi : Normal, paru kanan = paru kiri
e. Abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk : Datar
- Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Umbilikus : menjorok ke dalam
- Pergerakan usus : Tidak ada kelainan
- Pulsasi : Tidak ada
- Venektasi : Tidak ada
2. Palpasi
- Dinding perut : Lembut
- Nyeri tekan lokal : Tidak ada
- Nyeri tekan difus : Tidak ada
9
- Nyeri lepas : Tidak ada
- Defence muskuler : Tidak ada
- Hepar
Teraba/tidak teraba : Tidak teraba
Besar :-
Kosistensi :-
Permukaan :-
Tepi :-
Nyeri tekan :-
- Lien
Teraba/tidak teraba: Tidak teraba
Pembesaran :-
Kosistensi :-
Permukaan :-
Insisura :-
Nyeri tekan :-
- Ginjal
Teraba/tidak teraba: Tidak teraba
Nyeri tekan : Tidak ada
3. Perkusi
- Suara perkusi : Tympani
- Ascites
Pekak samping : Tidak ada
Pekak pindah : Tidak ada
Fluid wave : Tidak ada
4. Auskultasi
-Bising usus : Ada, normal
- Bruit : Tidak ada
10
- Lain-lain : Tidak ada kelainan
2. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada ada
- Tumor : Tidak ada Tidak ada
- Pitting edema : Tidak ada Tidak ada
- Pulsasi Arteri : a. Brachialis +/+, a. Radialis +/+, a. Femoralis +/+,
a. Poplitea +/+, a. Tibialis posterior +/+, a. Dorsalis pedis +/+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah
Hb : 12,4 gr/dL MCH : 30 pq
Eritrosit : 4.200.000/mm3 MCHC : 34.2 g/dl
Lekosit : 31.000/mm3 RDW : 13.6%
Trombosit : 344.000 /mm3 Hitung Jenis :
Hematokrit : 36.3% - Basofil :0
MCV : 87,6 fl - Eosinofil :3
11
- Segmen : 44.1 Kimia Klinik
- Limfosit : 42.1
Glukosa darah sewaktu: 268 mg/dl
- Monosit :8
DIAGNOSIS KERJA
DM Tipe 2 + ulkus diabetikum a/r plantar pedis sinistra
PENGOBATAN
Umum
- Tirah baring
- Diet DM.
Khusus
- Inj. Lantus 10 U (malam)
- Inj. Apidra 3x8 U
- Inj. Ceftraxone 2 x 1 gr
- Debridemen
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
12
DISKUSI ANAMNESIS
Pada kasus diabetes mellitus, keluhan utama yang dapat menjadi alasan penderita
datang ke dokter atau rumah sakit adalah akibat komplikasi yang timbul, baik akut
maupun kronis, yaitu:
Komplikasi akut:
Komplikasi kronik:
13
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
DIABETES MELITUS
Hiperlipidemia
Merokok
Somatik
Limited joint Keringat Altered
Masalah Ortopedi Menurun
movemement blood flow
Pain sensation menurun
Proprioseptive menurun
Plantar Pressure
14
Infeksi
Riwayat pasien beraktivitas dengan berdiri lama (-).
b. Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Penderita mengalami prehipertensi
Nadi : 76x/ menit reguler, equal, isi cukup
15
Nadi dalam batas normal
Respirasi : 18x/ menit
Pernafasan masih dalam batas normal
Suhu : 36C
Suhu dalam batas normal
c. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
Muka : simetris
Mata : tidak ada kelainan
Sklera tidak ikterik
Konjungtiva Anemis
Mulut : Lidah Basah bersih
THT : Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang
.
2. Leher : KGB tidak membesar
JVP tidak meningkat (5+2 cmH2O)
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
4. Ekstremitas : a/r plantar pedis sinistra: ulkus (+), pus (+), bau (-), hiperemis
(-)
16
Diskusi Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Lekosit
Leukositosis
Hitung jenis
Glukosa darah sewaktu: 268 mg/dl
Pemeriksaan Fisik :
a/r plantar pedis sinistra: ulkus (+), pus (+),
Laboratorium
- Hiperglikemi
1. Pemeriksaan HbA1c
17
Untuk menilai kadar kadar glukosa darah 40-60 hari terakhir yang
merupakan waktu paruh eritrosit, stabil dan tidak dipengaruhi kadar glukosa
darah harian. Berguna juga untuk mengetahui kualitas pengendalian glukosa
darah dan merupakan pedoman monitor terapi DM.
2. Apus ulkus: gram, kultur, resistensi
Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya infeksi pada ulkus, mengetahui
penyebabnya dan mentukan antibiotik yang sensitif.
Diskusi Terapi
Umum
- Tirah baring
- Diet DM
Khusus
Inj. Lantus 10 U (malam)
Inj. Apidra 3x8 U
Inj. Ceftraxone 2 x 1 gr
Debridemen
Tirah baring pada pasien ulkus berguna agar pasien tidak banyak beraktivitas
yang akan menyebabkan penekanan berulang pada plantar pedis yang
mengakibatkan sulit memperbaiki ulkus atau bahkan memperburuk ulkus yang
telah ada.
Antibiotika. Antibiotika sistemik intravena yang berspektrum luas dan sensitif
bagi bakteri anaerob.
Diskusi Prognosa
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Pada penderita ini prognosa quo ad vitam yaitu dubia ad bonam, karena penderita
belum terjadi tanda-tanda gejala berat. Dari segi quo ad functionam: dubia ad
malam karena pada penderita DM jika terjadi ulkus akan sulit disembuhkan
18
disebabkan suasana ulkus yang memungkinkan tumbuhnya bakteri akibat
hiperglikemi pada darah.
19
TINJAUAN PUSTAKA
KAKI DIABETES
I. KLASIFIKASI
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana
seperti Edmonds dari Kings College Hospital London, klasifikasi Liverpool
yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan
pengelolaan kaki diabetes, dan juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks
tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabetes.
Klasifikasi Texas
Stadium Tingkat
0 1 2 3
A Tanpa tukak Luka Luka sampai Luka sampai
atau pasca superficial, tendon atau tulang/sendi
tukak, kulit tidak sampai kapsul sendi
intak/utuh tendon atau
tulang kapsul sendi
B ................ Dengan Infeksi ..................
C .................. Dengan Iskemia....................
D ................... Dengan Infeksi dan Iskemia ..................
20
Klasifikasi Liverpool
Klasidikasi Primer : 1. Vaskular
2. Neuropati
3. Neuroiskemik
Klasifikasi Sekunder : 1. Tukak sederhana, tanpa
Komplikasi
2. Tukak dengan komplikasi
II. PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
PENCEGAHAN PRIMER
pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap
kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak terkait pengelolaan
21
DM, baik para ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupin dokter sebagai dirigen
mengenai cara pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik. Berbagai
manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki pasien setelah mereka
dan risiko besarnya masalah yang mungkin imbul. Penggolongan kaki diabetes
deformitas; 2). Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi ; 3).
dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risisko tersebut. Peran ahli rehabilitasi
medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada usaha pencegahan terjadinya
ulkus. Dengan memberikan alas kaki, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena
yang kurang merasa/insensitif (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan
22
Kalau sudah ada deformitas ( kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus
pada kaki.
Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana
seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini
masuk ke usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.
PENCEGAHAN SEKUNDER
diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil
Wound control
Vascular control
Metabolik control
Educational control
ini merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat
23
pencegahan sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal uklus/gangren
diabetik.
Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain harus juga
dan derajat oksigenasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor
kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai
keadaan pasien dan juga sesuai kondisi pasien. Umunya kelainan pembuluh darah
perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti: warna dan suhu
kulit, perabaan arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis Posterior serta ditambah
pengukuran tekanan darah. Disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
maupun yang invansif dan semiiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index,
ankle pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian
pemeriksaan arteriografi.
untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa:
24
LAMPIRAN
DIABETES MELITUS
Hiperlipidemia
Merokok
Somatik
Limited joint Keringat Altered
Masalah Ortopedi Menurun
movemement blood flow
Pain sensation menurun
Proprioseptive menurun
Plantar Pressure
Infeksi
25
DAFTAR PUSTAKA
Sularsito SA. Ulkus kruris. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: FKUI; 2010. p. 247-8.
26