Anda di halaman 1dari 26

DIABETES MELLITUS TIPE 2 + DIABETIC

FOOT A/R PLANTAR PEDIS SINISTRA

Laporan Kasus

Nama: Roy Sandy Permana, dr.

RSUD KOTA MATARAM


NUSA TENGGARA BARAT
2017

1
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM

Nama Penderita : Ny. H Ruangan : 3C


Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 51 tahun
Jabatan/Pekerjaan : IRT Bangsa : Indonesia
Nama & Alamat Keluarga : Mataram

Dikirim Oleh : Poli IPD Tgl. Dirawat : 7 Februari 2017


Tgl. Diperiksa : 8 Februari 2017 Tgl. Keluar : 11 Februari 2017
Keadaan waktu pulang : Rawat jalan

A. ANAMNESA (Auto/Hetero)

Keluhan Utama :
Borok di telapak kaki kiri

Anamnesis Khusus :

Sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) penderita menyadari borok yang
sebelumnya telah ada di telapak kaki kiri menjadi semakin bertambah besar dan
bernanah. Borok tersebut berukuran kira-kira panjang 5 cm dan lebar 2 cm. borok
tersebut disertai rasa nyeri.

5 bulan SMRS borok tersebut bermula berupa bengkak seperti bisul sebesar
kepala jarum pentul yang semakin lama semakin bertambah besar. Kemudian
bengkak tersebut mengeluarkan cairan berupa darah dan cairan berwarna kuning
sehingga terbentuk borok. Karena keluhan tersebut penderita berobat ke dokter
dan diberi obat berupa salep yang penderita lupa nama obatnya namun tidak ada
perbaikan hingga saat ini. Riwayat pasien beraktivitas dengan berdiri lama (-).

Penderita diketahui menderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Penderita
kontrol teratur setiap bulan. Penderita mengkonsumsi glibenklamid dan
metformin untuk mengontrol kadar gula darah dan obat lain yang pasien tidak
ingat.

2
Riwayat kencing manis pada anggota keluarga yang lain (+) yaitu kakek dan
paman pasien. Riwayat darah tinggi tidak ada.

ANAMNESIS TAMBAHAN

a. Gizi
- Kualitas : Cukup
- Kuantitas :Cukup
b. Penyakit menular : Tidak ada
c. Penyakit turunan : Ada, kencing manis
d. Ketagihan : Tidak ada
e. Penyakit venerik : Tidak ada

3
B. STATUS PRAESEN

I. KESAN UMUM

a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Watak : Kooperatif
Kesan sakit : Sakit ringan
Pergerakan : Tidak terbatas
Tidur : Terlentang dengan 1 bantal
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 60 kg
Keadaan gizi
- Gizi kulit : Cukup
- Gizi otot : Cukup
Bentuk badan : Piknikus
Umur yang ditaksir : Sesuai
Kulit : keriput

b. Keadaan sirkulasi
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit reguler,equal,isi cukup
Suhu : 36oC
c. Keadaan pernafasan
Tipe : Thorakoabdominal
Frekuensi : 18x/menit
Corak : Normal
Hawa/bau napas : Tidak ada
Bunyi napas : Tidak ada

4
II. PEMERIKSAAN KHUSUS

a. Kepala

1. Tengkorak
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada kelainan

2. Muka
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada kelainan

3. Mata
- Letak : Simetris
- Kelopak mata : Tidak ada kelainan
- Kornea : Tidak ada kelainan
- Refleks kornea : +/+
- Pupil : Bulat, isokor
- Reaksi konvergensi :+/+
- Sklera : Ikterik tidak ada
- Konjungtiva : Anemis tidak ada
- Iris : Tidak ada kelainan
- Pergerakan : Normal ke segala arah
- Reaksi cahaya : Direk + / + , Indirek + / +
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Telinga
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada kelainan
- Pendengaran : Tidak ada kelainan

5. Hidung
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Sumbatan : Tidak ada
- Ingus : Tidak ada

5
6. Bibir
- Sianosis :Tidak ada
- Kheilitis :Tidak ada
- Stomatitis angularis :Tidak ada
- Rhagaden :Tidak ada
- Perleche :Tidak ada

7. Gigi dan gusi : 8 7 6 5 4 3 2 11 2 3 4 5 6 7 8 O = Tanggal


8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 X = Karies
Perdarahan gusi (-)
8. Lidah
- Besar : Tidak ada kelainan
- Bentuk : Tidak ada kelainan
- Pergerakan : Tidak ada kelainan
- Permukaan : Basah bersih

9. Rongga mulut
- Hiperemis :Tidak ada - Aphtea : Tidak ada
- Lichen :Tidak ada - Bercak : Tidak ada

10. Rongga leher


- Selaput lendir :Tidak ada kelainan - Tonsil : T1 T1 tenang

- Dinding belakang faring :Tidak hiperemis

b. Leher

1. Inspeksi
- Trakhea :Tidak terlihat deviasi
- Kelenjar tiroid :Tidak terlihat pembesaran
- Pembesaran vena :Tidak ada
- Pulsasi vena leher :Tidak ada
- Tek. Vena Jugularis :Tidak meningkat (5+ 2 cmH2O)

2. Palpasi
- Kel. getah bening :Tidak teraba membesar
- Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
- Tumor : Tidak ada

6
- Otot leher : Tidak ada kelainan
- Kaku kuduk : Tidak ada

c. Ketiak
1. Inspeksi
- Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
- Tumor : Tidak ada

2. Palpasi
- Kel. getah bening : Tidak teraba membesar
- Tumor : Tidak ada

d. Pemeriksaan thoraks

Thoraks depan

1. Inspeksi
- Bentuk umum : Simetris
- Diameter frontal-sagital : Diameter frontal < Diameter sagital
- Sudut epigastrium : < 90o
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
- Pergerakan : Simetris
- Kulit : Ikterik tidak ada
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
- Tumor : Tidak ada
- Ictus cordis : Tidak terlihat
- Pulsasi lain : Tidak ada
- Pelebaran vena : Tidak ada

2. Palpasi
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
- Mammae : Tidak ada kelainan
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
- Paru
Pergerakan : Simetris, paru kanan = paru kiri
Vokal fremitus : Normal, paru kanan = paru kiri

7
- Ictus cordis
Lokalisasi : ICS V linea midclavicularis sinistra
Intensitas : cukup
Pelebaran : Tidak ada
Thrill : Tidak ada

3. Perkusi
- Paru-paru
Suara perkusi : Sonor kanan = kiri
Batas paru-hati : ICS VI Linea midclavicularis dextra
Peranjakan : 1 sela iga

- Jantung
Batas kanan : Linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V,2 jari medial linea midclavicularis
sinistra
Batas atas : ICS II Linea sternalis sinistra

4. Auskultasi
- Paru paru
Suara pernafasan pokok :Vesikuler, kanan = kiri
Suara tambahan :Wheezing - / -, Ronkhi -/-
Vokal resonansi :Normal, kanan = kiri

- Jantung
Irama :Reguler
Bunyi jantung pokok : M1 > M2, P1 < P2
T1 > T2, A1 < A2, A2 > P2
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising jantung : Tidak ada
Bising gesek jantung : Tidak ada

Thorak belakang

1. Inspeksi

8
- Bentuk : Simetris
- Pergerakan : Simetris
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Muskulatur : Tidak ada kelainan
2. Palpasi
kanan : kiri :
- Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit Tidak melebar,
tidak menyempit
- Muskulatur : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Vocal fremitus :Normal, paru kanan = paru kiri

3. Perkusi
kanan kiri
- Batas bawah : Vertebra Th.X Vertebra Th.XI
- Peranjakan : 1 sela iga

4. Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler, paru kanan = paru kiri
- Suara tambahan : Wheezing -/-, Ronkhi -/-
- Vocal resonansi : Normal, paru kanan = paru kiri
e. Abdomen

1. Inspeksi
- Bentuk : Datar
- Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Umbilikus : menjorok ke dalam
- Pergerakan usus : Tidak ada kelainan
- Pulsasi : Tidak ada
- Venektasi : Tidak ada

2. Palpasi
- Dinding perut : Lembut
- Nyeri tekan lokal : Tidak ada
- Nyeri tekan difus : Tidak ada

9
- Nyeri lepas : Tidak ada
- Defence muskuler : Tidak ada

- Hepar
Teraba/tidak teraba : Tidak teraba
Besar :-
Kosistensi :-
Permukaan :-
Tepi :-
Nyeri tekan :-

- Lien
Teraba/tidak teraba: Tidak teraba
Pembesaran :-
Kosistensi :-
Permukaan :-
Insisura :-
Nyeri tekan :-

- Tumor/massa :Tidak teraba

- Ginjal
Teraba/tidak teraba: Tidak teraba
Nyeri tekan : Tidak ada

3. Perkusi
- Suara perkusi : Tympani
- Ascites
Pekak samping : Tidak ada
Pekak pindah : Tidak ada
Fluid wave : Tidak ada

4. Auskultasi
-Bising usus : Ada, normal
- Bruit : Tidak ada

10
- Lain-lain : Tidak ada kelainan

f. CVA (Costo-vetebra angle) : Nyeri ketok -/-

g. Ekstremitas atas bawah


1. Inspeksi
- Bentuk : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Pergerakan : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Kulit : Tidak ada kelainan a/r plantar pedis
sinistra: ulkus (+), pus (+), bau (-), hiperemis (-)
- Otot-otot : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Edema : Tidak ada Tidak ada
- Clubbing finger : Tidak ada -
- Palmar eritema : Tidak ada -

2. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada ada
- Tumor : Tidak ada Tidak ada
- Pitting edema : Tidak ada Tidak ada
- Pulsasi Arteri : a. Brachialis +/+, a. Radialis +/+, a. Femoralis +/+,
a. Poplitea +/+, a. Tibialis posterior +/+, a. Dorsalis pedis +/+

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah
Hb : 12,4 gr/dL MCH : 30 pq
Eritrosit : 4.200.000/mm3 MCHC : 34.2 g/dl
Lekosit : 31.000/mm3 RDW : 13.6%
Trombosit : 344.000 /mm3 Hitung Jenis :
Hematokrit : 36.3% - Basofil :0
MCV : 87,6 fl - Eosinofil :3

11
- Segmen : 44.1 Kimia Klinik
- Limfosit : 42.1
Glukosa darah sewaktu: 268 mg/dl
- Monosit :8

DIAGNOSIS KERJA
DM Tipe 2 + ulkus diabetikum a/r plantar pedis sinistra

PENGOBATAN
Umum
- Tirah baring
- Diet DM.
Khusus
- Inj. Lantus 10 U (malam)
- Inj. Apidra 3x8 U
- Inj. Ceftraxone 2 x 1 gr
- Debridemen

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam

12
DISKUSI ANAMNESIS

Diskusi Keluhan utama :


Penderita datang ke RSUD Kota Mataram dengan keluhan utama borok di
telapak kaki kiri.

Pada kasus diabetes mellitus, keluhan utama yang dapat menjadi alasan penderita
datang ke dokter atau rumah sakit adalah akibat komplikasi yang timbul, baik akut
maupun kronis, yaitu:

Komplikasi akut:

- Hipoglikemi (penurunan kesadaran)

- Hiperglikemi (penurunan kesadaran)

- Infeksi (luka yang tidak sembuh-sembuh)

Komplikasi kronik:

- Neuropati (kesemutan, baal-baal)

- Retinopati (penglihatan berangsur-angsur menurun)

- Aterosklerosis (nyeri dada)

- Nefropati (bengkak pada kedua kelopak mata dan kedua tungkai)

Diskusi Anamnesa Khusus :

Sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) penderita menyadari


borok yang sebelumnya telah ada di telapak kaki kiri menjadi semakin bertambah
besar dan bernanah. Borok tersebut berukuran kira-kira panjang 5 cm dan lebar
2 cm. borok tersebut disertai rasa nyeri.

5 bulan SMRS borok tersebut bermula berupa bengkak seperti bisul


sebesar kepala jarum pentul yang semakin lama semakin bertambah besar.
Kemudian bengkak tersebut mengeluarkan cairan berupa darah dan cairan
berwarna kuning sehingga terbentuk borok.

13
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.

DIABETES MELITUS

Hiperlipidemia
Merokok

Neuropati Penyakit vaskular


peripheral

Neuropati Autonomic neuropathy

Somatik
Limited joint Keringat Altered
Masalah Ortopedi Menurun
movemement blood flow
Pain sensation menurun
Proprioseptive menurun
Plantar Pressure

Dry skin Engorged


fissure vein, warm
Otot hipotropik
foot
Callus

Ulkus pada kaki Ischemic limb

14
Infeksi
Riwayat pasien beraktivitas dengan berdiri lama (-).

Anamnesis riwayat berdiri lama ditanyakan untuk mengetahui penyebab ulkus


akibat bendungan di daerah proksimal vena tungkai bawah sehingga tekanan vena
akan meningkat. Akibat keadaan ini akan timbul edema yang dimulai di sekitar
pergelangan kaki. Tekanan kapiler vena juga akan meningkat dan sel darah merah
keluar kemudian masuk kedalam jaringan, sehingga timbul perdarahan (purpura),
yang semula terlihat sebagai bintik-bintik merah lambat laun berubah menjadi
hitam. Vena superfisial melebar dan memanjang berkelok-kelok (varises).
Keadaan ini lebih jelas terlihat bila penderita berdiri.
Bilamana telah berlangsung lama, jaringan yang semula sembab akan diganti oleh
jaringan fibrotik, sehingga kulit teraba kaku atau mengeras. Hal ini akan
mengekibatkan jaringan pada suatu tempat mengalami gangguan suplai makanan
karena iskemia, lambat laun terjadi nekrosis. Keadaan ini dinamakan ulkus
varikosum. Ulkus varikosum biasanya solitar terletak di atas maleolus internus,
bentuknya bulat atau lonjong, dangkal, tertutup oleh jaringan nekrotik, pinggir
umumnya tidak menimbul, jaringan sekitarnya hiperpigmentasi atau mengalami
dermatitis stasis.

Diskusi Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum :
Kesadaran : kompos mentis
Penderita dalam keadaan sadar, yang dapat diajak berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dan hal ini menunjukan bahwa
pasien tidak terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi yang menyebabkan
penurunan kesadaran.
Kesan sakit : tampak sakit ringan

b. Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Penderita mengalami prehipertensi
Nadi : 76x/ menit reguler, equal, isi cukup

15
Nadi dalam batas normal
Respirasi : 18x/ menit
Pernafasan masih dalam batas normal
Suhu : 36C
Suhu dalam batas normal

c. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
Muka : simetris
Mata : tidak ada kelainan
Sklera tidak ikterik
Konjungtiva Anemis
Mulut : Lidah Basah bersih
THT : Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang

.
2. Leher : KGB tidak membesar
JVP tidak meningkat (5+2 cmH2O)
Biasanya tidak ditemukan kelainan.

Thorax : bentuk dan gerak simetris


Cor : BJ I-II murni reguler
Tidak ada bunyi tambahan
Pulmo : VBS kanan = kiri
Ronkhi - / - Wheezing - / -
3. Abdomen : datar, lembut, tidak ada nyeri tekan
Pekak samping : -
Pekak pindah : -
Fluidwave : -

4. Ekstremitas : a/r plantar pedis sinistra: ulkus (+), pus (+), bau (-), hiperemis
(-)

16
Diskusi Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Lekosit
Leukositosis
Hitung jenis
Glukosa darah sewaktu: 268 mg/dl

Pada pasien ditemukan hiperglikemi yang merupakan tanda penyakit DM.

Diskusi Diagnosis Kerja


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium, dapat diambil kesimpulan bahwa pasien menderita DM Tipe 2 +
ulkus diabetikum a/r plantar pedis sinistra
Yang menunjang ke arah diagnosis :
Anamnesa :
Dari anamnesa, didapatkan data tentang gejala dan riwayat penyakit (simptom),
yaitu:
- Mendapat terapi DM pada usia 56 tahun.
- Ulkus yang timbul setelah pasien mengalami DM dan tidak sembuh-sembuh.
- Lokasi ulkus di plantar pedis yang merupakan predisposisi terjadinya ulkus
diabetik pada pasien DM

Pemeriksaan Fisik :
a/r plantar pedis sinistra: ulkus (+), pus (+),

Laboratorium
- Hiperglikemi

Diskusi Usul Pemeriksaan

1. Pemeriksaan HbA1c

17
Untuk menilai kadar kadar glukosa darah 40-60 hari terakhir yang
merupakan waktu paruh eritrosit, stabil dan tidak dipengaruhi kadar glukosa
darah harian. Berguna juga untuk mengetahui kualitas pengendalian glukosa
darah dan merupakan pedoman monitor terapi DM.
2. Apus ulkus: gram, kultur, resistensi
Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya infeksi pada ulkus, mengetahui
penyebabnya dan mentukan antibiotik yang sensitif.

Diskusi Terapi
Umum
- Tirah baring
- Diet DM
Khusus
Inj. Lantus 10 U (malam)
Inj. Apidra 3x8 U
Inj. Ceftraxone 2 x 1 gr
Debridemen

Tirah baring pada pasien ulkus berguna agar pasien tidak banyak beraktivitas
yang akan menyebabkan penekanan berulang pada plantar pedis yang
mengakibatkan sulit memperbaiki ulkus atau bahkan memperburuk ulkus yang
telah ada.
Antibiotika. Antibiotika sistemik intravena yang berspektrum luas dan sensitif
bagi bakteri anaerob.

Diskusi Prognosa
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam

Pada penderita ini prognosa quo ad vitam yaitu dubia ad bonam, karena penderita
belum terjadi tanda-tanda gejala berat. Dari segi quo ad functionam: dubia ad
malam karena pada penderita DM jika terjadi ulkus akan sulit disembuhkan

18
disebabkan suasana ulkus yang memungkinkan tumbuhnya bakteri akibat
hiperglikemi pada darah.

19
TINJAUAN PUSTAKA
KAKI DIABETES

I. KLASIFIKASI
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana
seperti Edmonds dari Kings College Hospital London, klasifikasi Liverpool
yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan
pengelolaan kaki diabetes, dan juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks
tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabetes.

Klasifikasi Texas
Stadium Tingkat
0 1 2 3
A Tanpa tukak Luka Luka sampai Luka sampai
atau pasca superficial, tendon atau tulang/sendi
tukak, kulit tidak sampai kapsul sendi
intak/utuh tendon atau
tulang kapsul sendi
B ................ Dengan Infeksi ..................
C .................. Dengan Iskemia....................
D ................... Dengan Infeksi dan Iskemia ..................

Klasifikasi Wagner (Klasifikasi yang saat ini masih banyak dipakai)


0. Kulit intak / utuh
1. Tukak superficial
2. Tukak Dalam (sampai tendo, tulang)
3. Tukak Dalam dengan infeksi
4. Tukak dengan gangren pada 1-2 jari kaki
5. Tukak dengan gangren luas seluruh kaki

20
Klasifikasi Liverpool
Klasidikasi Primer : 1. Vaskular
2. Neuropati
3. Neuroiskemik
Klasifikasi Sekunder : 1. Tukak sederhana, tanpa
Komplikasi
2. Tukak dengan komplikasi

II. PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.

III. PENGELOLAAN KAKI DIABETES

Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu


pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer
sebelum terjadinya perlukaan pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi
kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan
ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi)

PENCEGAHAN PRIMER

Kiat-kiat Pencegahan Terjadinya Kaki Diabetes

Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sngat penting untuk

pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap

kesempatan pertemuan dengan penyandang DM, dan harus selalu diingatkan

kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak terkait pengelolaan

21
DM, baik para ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupin dokter sebagai dirigen

pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu mengingatkan kembali

mengenai cara pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik. Berbagai

kejadian/tindakan kecil yang tampak sepele dapat mengakibatkan kejadian yang

fatal. Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya sepele dapat memberikan

manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki pasien setelah mereka

melepaskan sepatu dan kausnya.

Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar risiko terjadinya

dan risiko besarnya masalah yang mungkin imbul. Penggolongan kaki diabetes

berdasar risiko terjadinya masalah (Frykberg): 1). Sensasi normal tanpa

deformitas; 2). Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi ; 3).

Insensitivitas tanpa deformitas; 4). Iskemia tanpa deformitas; 5).

Kombinasi/complicated: (a) kombinasi insentivitas, iskemia dan atau deformitas,

(b) riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.

Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya

tukak, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki. Bernagai usaha pencegahan

dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risisko tersebut. Peran ahli rehabilitasi

medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada usaha pencegahan terjadinya

ulkus. Dengan memberikan alas kaki, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena

faktor mekanik akan dapat dicegah.

Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut: untuk kaki

yang kurang merasa/insensitif (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan

benar, untuk melindungi kaki yang insensitif tersebut.

22
Kalau sudah ada deformitas ( kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus

mengenai sepatu/alas kaki yang diapakai, untuk meratakan penyebaran tekanan

pada kaki.

Untuk kasus dengan kategori 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki perlu

diperhatikan benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki.

Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana

seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini

masuk ke usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

PENCEGAHAN SEKUNDER

Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik

Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multidisipliner sangat

diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil

pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya

harus dikelola bersama:

Mechanical control-Pressure control

Wound control

Microbiological control-infection control

Vascular control

Metabolik control

Educational control

Untuk pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang optimal, berbagai hal dibawah

ini merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat

23
pencegahan sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal uklus/gangren

diabetik.

Kontrol metabolik. Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki.

Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk

memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat

penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi

konsentrasi glukosa darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki.

Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain harus juga

diperhatikan dan diperbaiki, seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb,

dan derajat oksigenasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor

tersebut tentu akan dapat menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak

diperhatikan dan tidak diperbaiki.

Kontrol vaskular. Keadaan vaskular yg buruk tentu akan menghambat

kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai

keadaan pasien dan juga sesuai kondisi pasien. Umunya kelainan pembuluh darah

perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti: warna dan suhu

kulit, perabaan arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis Posterior serta ditambah

pengukuran tekanan darah. Disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas

mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non-invasif

maupun yang invansif dan semiiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index,

ankle pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian

pemeriksaan arteriografi.

Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan

untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa:

24
LAMPIRAN

Patofisiologi Terjadinya Ulkus pada Kaki Diabetik

DIABETES MELITUS

Hiperlipidemia
Merokok

Neuropati Penyakit vaskular


peripheral

Neuropati Autonomic neuropathy

Somatik
Limited joint Keringat Altered
Masalah Ortopedi Menurun
movemement blood flow
Pain sensation menurun
Proprioseptive menurun
Plantar Pressure

Dry skin Engorged


fissure vein, warm
Otot hipotropik
foot
Callus

Ulkus pada kaki Ischemic limb

Infeksi

25
DAFTAR PUSTAKA

Waspadji S. Kaki diabetes. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata


MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi kelima. Jakarta:
InternaPublishing; 2009. p.1961-6.

Pandelaki K. Retinopati diabetik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi kelima.
Jakarta: InternaPublishing; 2009. p.1932.

Subekti I. Neuropati diabetik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata


MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi kelima. Jakarta:
InternaPublishing; 2009. p.1949.

Sularsito SA. Ulkus kruris. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: FKUI; 2010. p. 247-8.

26

Anda mungkin juga menyukai