“Selulitis Cruris”
Oleh :
Akbar Dito Erlangga
Alif Hamzah
Pembimbing :
dr. Ahmad Ichwan Luthfi
Nama Tn.D
Umur 45 th
Jenis Kelamin Laki - Laki
Agama Islam
Pekerjaan Pengumpul barang bekas
Alamat Karangwangun,babakan
Tanggal Masuk RS 09 Februari 2021
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Luka pada kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan luka pada kaki kanan.
Luka pada kaki kanan muncul sejak 7 hari SMRS. Awalnya luka kemerahan, nyeri dan panas, semakin lama
membengkak dan keluar nanah. 10 hari SMRS pasien mengeluhkan badan terasa lemas. Luka muncul
sebelumya dikarenakan kaki pasien terpentok besi saat sedang mengumpulkan barang bekas. Pasien belum
pernah melakukan pengobatan untuk luka tersebut sebelumnya.
Sebelum luka terjadi pasien sering merasa kesemutan dan kebas yang hilang timbul pada kaki, pasien juga
menyatakan sering terbangun di malam hari untuk BAK, sering lapar, dan sering haus. Selain itu pasien juga
merasa demam hingga menggigil yang hilang timbul dan badan semakin terasa lemas. Nafsu makan pasien
menurun dan pasien sering merasa mual namun tidak sampai muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat pribadi sosial :
Riwayat Hipertensi (-) Merokok satu bungkus
Riwayat DM (sejak 5 tahun) (+) perhari sejak 10 tahun yang
Riwayat Asma (-) lalu
Riwayat pengobatan TB (-)
Konsumsi Kopi
Riwayat Asam Urat (-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS VI linea axillaris sinistra
Batas kanan : ICS V linea midclavicularis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II regular, murmur sistolik (-),
gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : cembung, lembut, tidak ada benjolan, tidak ada sikatrik
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Perkusi : Timpani di ke 4 kuadran abdomen, undulasi (-), shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) epigastrium, nyeri tekan lepas (-).
Hati : Tidak teraba pembesaran
Limpa : Tidak teraba pembesaran
Status lokalis
Ginjal : Ballotment (-), CVA -/-
a/r Cruris dextra
Ekstremitas
Look : luka tertutup perban (+), terdapat
Akral hangat rembesan darah (+), rembesan pus (-)
CRT <2 detik Feel : nyeri tekan (+), baal pada ekstremitas
tungkai edema pitting (-) distal (-), teraba krepitasi (-)
Sensorik : +/+ Move : ROM baik
ABI : 0,83
Resume Medis
Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan luka pada kaki kanan. Luka pada kaki kanan muncul sejak 7 hari SMRS
.Awalnya luka kemerahan, nyeri dan panas, semakin lama membengkak dan keluar nanah. 10 hari SMRS pasien mengeluhka
n badan terasa lemas. Luka muncul sebelumya dikarenakan kaki pasien terpentok besi saat sedang mengumpulkan barang be
kas. Pasien belum pernah melakukan pengobatan untuk luka tersebut sebelumnya. Sebelum luka terjadi pasien sering merasa
kesemutan dan kebas yang hilang timbul pada kaki, pasien juga menyatakan sering terbangun di malam hari untuk BAK, seri
ng lapar, dan sering haus. Selain itu pasien juga merasa demam hingga menggigil yang hilang timbul dan badan semakin tera
sa lemas. Nafsu makan pasien menurun dan pasien sering merasa mual namun tidak sampai muntah.
Pasien memiliki kebiasaan merokok sebungkus dalam sehari sejak 10 tahun yang lalu. Pasien juga memiliki riwayat diabetes
sejak 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil yang normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Hb : 8,6 gram/dL (13,5-17,5)
Ht : 26% (40-50)
Leukosit : 15,3 /mm3 (4-10)
Trombosit : 559/mm3 (150-400)
Eritrosit : 2,45 mm3 (4,5-5,8 mm3)
MCV : 85,7 mikro mm3
MCH : 28,6 pg
MCHC : 33,3 g/dl
Kimia Klinik
Ureum : 32,0 mg/dl (10-50 mg/dl)
Kreatinin : 0,63 mg/dl (0,62-1,1 mg/dl)
GDS sekarang : 147 mg/dL (80-135)
GDS awal masuk : 400 mg/dl
Serologi
SARS-CoV 2 : Negatif
Diagnosis
- Selulitis Cruris Dextra e.c Diabetes Melitus tipe 2
- Anemia Normositer suspek DKD
PROGNOSIS
Penatalaksanaan 2. Non Farmakologi - Quo at Vitam : dubia ad malam
Tatalaksana awal Modifikasi gaya hidup : - Quo at Functionam : dubia ad malam
- Quo at Sanationam: dubia ad malam
NaCL 0,9% 1L loading dose - Diet
Pasang DC - Olahraga
Sliding Scale / 6 jam
Cek GDS Ulang
Cek Elektrolit, Kalium, Urin lengkap
1. Farmakologi
NaCL 0.9% 500cc/6 jam
Paracetamol 4x 500mg
Clanexi 3x500 mg
Metformin 2x 500mg
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglike
mia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. International Diabetes Fe
deration (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun
2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Peningkatam prevalensi DM jika tidak ditangani dengan baik tentu
kejadian komplikasi DM juga akan meningkat, termasuk komplikasi kaki diabetes yang paling sering terjadi.
Diagnosis DM
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti :
4 5
Kehamilan dengan D
Gagal dengan kombi Stres berat (infeksi sist M/diabetes melitus g
Hiperglikemia dengan
nasi OHO dosis opti emik, operasi besar, IM estasional yang tidak
asidosis laktat
mal A, stroke) terkendali denagn pe
rencanaan makan
Efek Samping
Gangguan fungsi ginjal Kontraindikasi dan atau • Hipoglikemia
dan hati yang berat alergi terhadap OHO. • Hipokalemia
• Reaksi imunologi terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau
resistensi insulin
HbA1c > 10%
• Penambahan berat badan
GDP > 250 mg/dl
GDS > 300 mg/dl
Target : GD PP
Kerja Pendek :
30-45 menit se
belum makan
Kerja Cepat :
5-15 menit
sebelum makan
Target :
GD Basal
Kerja Panjang : 1
x malam sebelum
tidur ATAU
2x malam dan pagi
1. Hipoglikemia
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hiperosmolar non ketotik
HIPOGLIKEMIA
• GDS < 70 mg/dl (Perkeni 2015 dan ADA 2016)
• GDS < 60 mg/dl atau < 80 mg/dl dengan gejala klinis (PPK Puskesmas 2017)
• GDS < 70 mg/dl atau < 80 mg/dl dengan gejala klinis (PPK Papdi 2015)
1. Berikan larutan dekstrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL) bolus intra
vena.
2. Berikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam perkolf.
•Bila GDS > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut–turut, pemantauan GDS setia
p 2 jam, dengan protokol sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL pertimbangkan
mengganti infus dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %.
• Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, protokol hipoglikemi
dihentikan.
DIABETIC KETOASIDOSIS & HIPERGLIKEMIK
HIPEROSMOLAR STATE
DIABETIK KETOASIDOSIS
Gejala Klinis
Napas Kussmaul, dehidrasi, syok, Bila pasien koma, pikirkan sebab
napas bau aseton lain (uremia, trauma, alkohol)
Kriteria Diagnosis
Glukosa darah HCO3 <15 mEq/L Ketosis (Ketonuria,
pH arteri <7.3 ↑ anion gap
>250 mg/dl (rendah) Ketonemia)
©Bimbel UKDI MANTAP
HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC STATE (HHS)
1 Ulkus superfisial
Inspeksi Palpasi
• Oklusi arteri akan menyebabkan
perabaan dingin serta hilangnya
pulsasi pada arteri yang terlibat.
• Komplikasi Vaskular dari diabetes (nefropati, retinopati dan neuropati) berhubungan dengan
anemia yang bisa menyebabkan terganggunya penyembuhan luka dan penyakit makro-
vaskular.
• Anemia telah ditemukan sebagai komplikasi dari diabetes melitus. Dari beberapa penelitian
sebelumnya protein dari sel darah merah akan teroksidasi melalui glikosilasi yang dapat
meningkatkan stres oksidatif pada diabetes dan mengurangi hemoglobin dan Red blood cell
level yang menyebabkan hemolisis dan anemia.
KADAR FE PADA DIABETES MELITUS
H20 dan O2
H2O2
(non toksik)
Enzim katalase
• Aktivitas enzim katalase dalam responnya terhadap stres oksidatif sehingga dapat melindungi sel-sel beta
pankreas. Aktivitas katalase sebagai antioksidan endogen diinduksi oleh Fe sebagai kofaktor. Peningkatan aktivitas
katalase dalam menangkal radikal bebas membutuhkan jumlah Fe yang cukup. Jika cadangan Fe dalam sel sudah
berkurang maka Fe serum akan mengompensasi dan masuk ke dalam sel. Hal tersebut menyebabkan kadar Fe
dalam serum pasien DM tipe 2 lebih rendah dibandingkan non DM.
Diet ketat pada pasien DM akan mempengaruhi status Fe tubuh yang berdampak negatif pada
aktifitas enzim katalase.
HIPOALBUMIN PADA DIABETES
➢ Konsentrasi albumin pasien ulkus diabetik, umumnya lebih rendah dibandingkan pasien DM tanpa ulkus.
DM itu sendiri dapat menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia.
➢ Pada pasien DM, asupan kalori sering dibatasi untuk mencapai target glukosa darah, sementara asupan
protein dibatasi untuk mengurangi proteinuria dan memperbaiki prognosis pada nefropati diabetik.
➢ Secara umum, hipoalbumin pada ulkus diabetik bukan hanya hasil dari penurunan albumin saja, tetapi
proses multifaktorial yang melibatkan beberapa proses seperti sintetis, pemecahan, kebocoran ke ruang
ekstravaskuler dan asupan protein.
Kebocoran albumin melalui kapiler adalah penyebab hipoalbuminemia pada ulkus kaki diabetik yang
terinfeksi. Dalam kondisi inflamasi, perpindahan albumin ke transkapiler dapat meningkat.
HIPOALBUMIN PADA DIABETES
2. Deteksi dini kelainan kaki dengan resiko tinggi dapat dilakukan melalui pemeriksaan karakteristik kelainan kaki
:
➢ Kulit kaki yang kering, bersisik dan retak-retak serta kaku
➢ Rambut kaki menipis
➢ Kelainan bentuk dan warna kuku (kuku yang menebal, rapuh, ingrowing nail)
➢ Kalus (mata ikan) terutama di bagian telapak kaki
➢ Perubahan bentuk jari-jari dan telapak kaki dan tulang-tulang kaki yang menonjol
➢ Bekas luka atau riwayat amputasi jari-jari
➢ Kaki baal, kesemutan, atau tidak terasa nyeri
➢ Kaki yang terasa dingin
➢ Perubahan warna kulit kaki (kemerahan, kebiruan atau kehitaman)
3. Penatalaksanaan kaki diabetes dengan ulkus harus dilakukan segera mungkin. Komponen penting dalam manaje
men kaki diabetik dengan ulkus adalah :
➢ Kendali metabolik : pengendalian kadar glukosa darah, lipid, albumin dan hemoglobin.
➢ Kendali vaskular : perbaikan asupan vaskular (dengan operasi / angioplasty), biasanya dibutuhkan pada keadaan
ulkus iskemik
➢ Kendali infeksi
➢ Kendali luka : pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrosis secara teratur. Perawatan lokal pada luka termasuk k
ontrol infeksi dengan konsep TIME (Tissue debridement, Inflammation and Infection Control, Moisture Balance ,E
pithelial edge advancement )
➢ Kendali tekanan : mengurangi tekanan pada kaki, karena tekanan yang berulang dapat menyebabkan ulkus. Pem
buangan kalus dan memakai sepatu dengan ukuran yang sesuai diperlukan untuk mengurangi tekanan.
➢ Penyuluhan / edukasi : seluruh pasien dengan DM perlu diberikan edukasi mengenai perawatan kaki secara man
diri.
Management of infection
• Mild and moderate infections may be treated for polyclinics by oral antibiotics,
such as cephalexin, amoxilin-clavulanic, moxifloxin or clindamycin.
• In severe infections due to polymicrobial infection, such as staphylococcus,
streptococcus, Enterobacteriaceae, pseudomonas, enterococcus and
anaerobic bacteria e.g. Bacteroides, Pepto cocci, Pepto streptococci. In
severe infections should be hospitalized, with antibiotics that include gram
positive and gram negative, and aerobic and anaerobic. The choice of
intravenous antibiotics for severe infections includes imipenem-cilastatin, B-
lactam Blactamase (ampicillin-sulbactam and piperacilintazobactam) and
broad-spectrum cephalosporin.
Thank you
Insert the title of your subtitle Here