Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ABORTUS IMMINENS

Disusun oleh:

Afina Tsalis Maraya 119180004

Pembimbing :

dr. Deni Wirhana S, Sp.OG (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

2020
ii

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

BAB I LAPORAN KASUS...............................................................................4

1.1. Identitas Pasien……………………………………...………..............4

1.2 Anamnesis…………………………………………………………....4

1.3. Pemeriksaan Fisik…………………………………………………….6

1.4 pemeriksaan penunjang….....................................................................8

1.5 Resume …………………………………………………………...…10

1.6 Diagnosa Kerja………………………………………………………11

1.7 Penatalaksanaan………………………………………………….......11

1.8 Prognosis………………………………………………………..…...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
3iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas laporan kasus ini
dengan judul “Abortus Imminens“. Tugas laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi
tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah
Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan kesulitan.


Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan kasus
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.
Deni Wirhana S, Sp.OG (K) ., selaku pembimbing. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam laporan kasus ini,

Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini. Akhir kata
semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan umumnya.

Cirebon, Agustus 2020

Penulis
4

BAB I

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Desa Sukadana, Kec. Pabuaran, Kab.Cirebon
Tanggal masuk : 24 Agustus 2020
Jam Masuk : 15:30 WIB

Nama Suami : Tn. E


Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Desa Sukadana, Kec. Pabuaran, Kab.Cirebon

2. ANAMNESIS
a. Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir
b. Riwayat penyakit sekarang:
Seorang perempuan, berusia 37 tahun datang ke Poliklinik Kandungan
RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada tanggal 24 Agustus 2020 pukul
14:00 WIB dengan G4P3A0 gravida 16 minggu dengan Abortus
5

Imminens, pasien mengatakan keluar darah sejak pukul 22:00 WIB pada
hari Minggu, 23 agustus 2020 dan mulai berhenti pada keesokan harinya.
Darah yang keluar bewarna merah segar. Diceritakan pada awalnya pasien
mengalami mulas yang hilang timbul disertai rasa tidak enak badan pada
hari kamis 20 agustus 2020, lalu pasien memeriksakan diri ke puskesmas
terdekat pada hari jumat tanggal 21 agustus 2020 dan diberi vitamin oleh
petugas puskesmas lalu disarankan untuk istirahat dirumah, namun pasien
tetap pergi bekerja. Pada hari minggu 23 agustus 2020 pasien mengalami
perdarahan, perdarahan terjadi setelah pasien melakukan hubungan suami
istri. Pasien mengatakan darah yang keluar tidak terlalu banyak atau
sejumlah 1 pembalut dan berhenti pada keesokan harinya saat pasien
memeriksakan diri ke dokter di rumah sakit. Pendarahan tidak disertai
gumpalan. Pasien beberapa kali melakukan hubungan suami istri sejak
awal kehamilan ini. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
c. Riwayat penyakit ibu
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : Disangkal
- Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
e. Riwayat operasi
6

Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya


f. Riwayat menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus haid : Teratur
- Panjang siklus : 28 hari
- Lama Haid : 6 hari
- Disminorhea : Tidak ada
- Banyak : 1-2 pembalut
- HPHT : 29-04-2020
- Taksiran Persalinan : 06-02-2021
g. Riwayat obstetri
- Riwayat paritas : Anak ke 1 laki-laki cukup bulan, lahir
spontan pervaginam dibantu oleh bidan berat badan lahir 2,9 kg, usia
sekarang 19 tahun. Anak ke 2 perempuan cukup bulan, lahir spontan
pervaginam di rumah sakit berat lahir 3,2 kg, usia 14 tahun. Anak ke
3 laki-laki cukup bulan, lahir spontan pervaginam di rumah sakit berat
lahir 3,6 kg, usia 8 tahun.
- Riwayat Abortus : disangkal
- Riwayat Infeksi Nifas : disangkal
- Riwayat Penyulit Kehamilan : disangkal
h. Riwayat ANC
- Pasien melakukan pemeriksaan ANC di puskesmas
- Riwayat imunisasi TT disangkal
- Pasien mengaku belum pernah USG selama kehamilan ini
i. Riwayat pernikahan
Pasien mengaku menikah 2x. Pertama kali menikah di usia 17 tahun, lama
pernikahan 18 tahun dengan suami pertama dan dikaruniai 3 anak, dan 8
bulan dengan suami ke 2.
j. Riwayat kontrasepsi
7

Pasien mengaku mengikuti program KB implan


k. Riwayat ginekologi
Riwayat penyakit kanker, kista ovarium, mioma uteri, perdarahan
pervaginam diluar menstruasi disangkal pasien.

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign :
i. Tekanan darah : 130/90 mmHg
ii. Nadi : 98 x/menit
iii. Respirasi : 20 x/menit
iv. Suhu : 36,6 °C
d. Berat badan : 58 kg
e. Tinggi badan : 154cm
f. Status generalis :
- Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam dan tidak
mudah rontok
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
- Hidung : Deviasi (-), sekret (-), darah (-)
- Telinga : Darah (-), sekret (-)
- Mulut : Sianosis bibir (-), gusi berdarah (-), karies gigi (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan
JVP (-)
- Thoraks
Inspeksi : Datar, simetris, retraksi ICS (-), otot bantu pernapasan
(-), ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil (+)
8

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas kanan jantung di ICS


II linea parasternalis dextra, batas pinggang jantung di
ICS III linea parasternalis sinistra, apeks jantung di ICS
IV linea axilaris anterior
- Auskultasi
Cor : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen : cembung gravida(+), striae (-), jejas (-), bising usus
(+), nyeri tekan (-)
- Ekstremitas : Refleks patella (+/+), Edema (-)
g. Pemeriksaan obstetri :
Pemeriksaan fisik luar :
- TFU : teraba diantara simpisis dan pusat
- DJJ : -
- His : -
- Palpasi :
▪ Leopold I : tidak dapat dinilai
▪ Leopold II : tidak dapat dinilai
▪ Leopold III : tidak dapat dinilai
▪ Leopold IV : tidak dapat dinilai

Pemeriksaan fisik dalam :

V/V : tidak ada kelainan

VT : Vulva vagina tidak ada kelainan

OUE tertutup, tidak teraba jaringan, bercakan darah(-)


9

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hematologi

Darah rutin

Hemoglobin 13,3 12,5-15.5 gr%

Hematokrit 40 36-48 %

Trombosit 327 150-400 Mm

Leukosit 11,5 4-10 Mm

MCV 82,9 82-98 Mikro m

MCH 27,7 >= 27 Pg

MCHC 33,4 32-36 g/dl

Eritrosit 4,8 3,8-5,4 Mm

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 1 2-4 %

Neutrofil batang 0 3-5 %

Neutrofil segmen 72 50-80 %

Limfosit 20 25-40 %
10

Monosit 7 2-8 %

Gol darah + Rh A (+)

Imunologi

HbsAg Rapid Non reactive

HIV Rapid Non reactive

PP test (+)

USG : janin tunggal hidup, usia kehamilan 16 minggu

5. RESUME
Seorang perempuan, berusia 37 tahun datang ke Poliklinik Kandungan
RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada tanggal 24 Agustus 2020 pukul 14:00
WIB dengan G4P3A0 gravida 16 minggu dengan Abortus Imminens, pasien
mengatakan keluar darah sejak pukul 22:00 WIB pada hari Minggu, 23
agustus 2020 dan mulai berhenti pada keesokan harinya. Darah yang keluar
bewarna merah segar. Diceritakan pada awalnya pasien mengalami mulas
yang hilang timbul disertai rasa tidak enak badan pada hari kamis 20 agustus
2020, lalu pasien memeriksakan diri ke puskesmas terdekat pada hari jumat
tanggal 21 agustus 2020 dan diberi vitamin oleh petugas puskesmas lalu
disarankan untuk istirahat dirumah, namun pasien tetap pergi bekerja. Pada
hari minggu 23 agustus 2020 pasien mengalami perdarahan, perdarahan
terjadi setelah pasien melakukan hubungan suami istri. Pasien mengatakan
darah yang keluar tidak terlalu banyak atau sejumlah 1 pembalut dan berhenti
pada keesokan harinya saat pasien memeriksakan diri ke dokter di rumah
sakit. Pendarahan tidak disertai gumpalan. Pasien beberapa kali melakukan
11

hubungan suami istri sejak awal kehamilan ini. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit sedang,


kesadaran composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 98x/menit,
respirasi 20 x/menit, suhu 36.6°C. Pada pemeriksaan status generalis
conjungtiva tidak anemis. Pada pemeriksaan dalam ditemukan V/V tidak ada
kelainan, VT OUE tertutup dan tidak teraba jaringan . Pada pemeriksaan
ultrasonografi didapatkan kesan : janin tunggal hidup, usia kehamilan 16
minggu.

6. DIAGNOSIS
Ny. S usia 37 tahun G4P3A0 Gravida 16 minggu dengan Abortus Imminens

7. PENATALAKSANAAN
Bed rest
Isoxsuprine HCl 2 x 10 mg

8. PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad Bonam
- Ad functionam : dubia ad Bonam
- Ad Sanationam : dubia ad Bonam
12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang


sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus
dan menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.

Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau


abortus therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus
yang terjadi adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-


tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
13

Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:

a) Abortus imminens yaitu abortus mengancam (threatened abortion) dimana


terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah
keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga
kali berturut-turut atau lebih.
g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
genital.
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritonium.

2. Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak


selalu tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil
14

konsepsi yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio
atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, terkadang janin
masih hidup dalam uterus sebelum ekspulsi. Terjadinya abortus secara
spontan dapat dipengaruhi oleh berbagai etiologi yang saling terkait. Secara
umum, etiologi terjadinya abortus spontan dapat dibagi menjadi tiga yakni
janin, maternal, dan paternal.

a. Perkembangan Zigot yang Abnormal


Abortus spontan sering disebabkan oleh adanya abnormalitas dari
perkembangan zigot, embrio, fetus atau plasenta. Abnormalitas kromosom
bertanggung jawab terhadap 50-60% embrio yang gugur. Angka ini
menurun seiring kemajuan dari umur persalinan. Sembilan puluh lima
persen dari abnormalitas kromosom disebabkan oleh kesalahan
gametogenesis maternal sementara 5% disebabkan oleh kesalahan
paternal. Autosomal trisomi, monosomi X (45,X), dan autosomal trisomi
merupakan kelainan kromosom yang paling sering ditemui pada abortus.
Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas
kromosom sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal
merupakan anomali yang paling sering ditemukan (52%), kemudian
diikuti oleh poliploidi (21 %) dan monosomi X (13%).
b. Faktor Maternal
Faktor maternal pada kejadian abortus sering dikaitkan dengan
abortus yang terjadi pada zigot euploidi. Peristiwa abortus tersebut
mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena saat
terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan
etiologi abortus yang dapat dikoreksi. Penyebab dari abortus euploidi
tidak dipahami secara penuh, namun beberapa penyakit medis, kondisi
kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa
abortus euploidi.
15

1. Infeksi
Beberapa organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus
Herpes Simplex, Cytomegalovirus listeria monocytogenes, dan
Toxoplasma dicurigai berperan sebagai penyebab abortus. Isolasi yang
dilakukan pada Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticun dari
traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah
menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma
yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari
kedua organisme tersebut, diketahui bahwa Ureaplasma urealyticum
merupakan penyebab utama.
2. Penyakit Kronis yang Melemahkan
Abortus pada masa awal kehamilan jarang disebabkan oleh
penyakit kronis yang melemahkan imunitas ibu seperti tuberculosis
atau karsinomatosis. Salah satu penyakit yang diasosiasikan dengan
abortus spontan adalah celiac sprue. Terdapat asosiasi yang kuat
antara abortus dan abortus berulang dengan antibodi antigliadin dari
penyakit celiac karena bersifat toksik terhadap trophoblast.
Abortus jarang disebabkan karena seorang ibu mengalami
hipertensi, namun hipertensi dapat menyebabkan kematian janin dan
persalinan prematur. Diabetes yang tidak terkendali sering
dihubungkan dengan peningkatan kejadian abortus spontan.
Peningkatan kejadian dikaitkan dengan abnormalitas struktur pada
fetus. Namun pada wanita dengan diabetes yang terkendali, diabetes
jarang menjadi penyebab abortus.
3. Pengaruh Endokrin
16

Peningkatan kejadian abortus dapat dikaitkan dengan kondisi


hipotiroidisme, diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron.
Hipotiroidisme sering disebakan oleh adanya antibodi antitiroid.
Kejadian abortus spontan terjadi 2 kali lipat lebih seing pada
perempuan dengan antibodi tiroid yang terdeteksi 17% dibandingkan
dengan perempuan tanpa antibodi tiroid. Diabetes tidak menyebabkan
abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik. Defesiensi
progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus
luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua,
defesiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi
pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam
peristiwa abortus spontan.
4. Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling
besar kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatnya
kemungkinan abortus. Nausea serta vomitus yang lebih sering
ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrien yang
ditimbulkan akibat hyperemesis gravidarum jarang diikuti dengan
abortus spontan. Sebagaian besar mikronutrien pemah dilaporkan
sebagai unsur yang penting untuk mengurangi abortus spontan.
5. Obat-obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Rokok, alkohol, kafein, dan radiasi merupakan salah
satu penyebab utama peningkatan resiko abortus pada ibu hamil. Kline
dalam penelitianya menemukan bahwa wanita yang merokok lebih
dari 14 batang setiap harinya memiliki resiko abortus 1,7 kali lebih
besar dari kelompok kontrol. Wanita yang meminum alkohol paling
tidak dua kali dalam seminggu memiliki resiko 2 kali lebih tinggi
17

untuk mengalami abortus dibandingkan wanita yang tidak


mengkonsumsi alkohol.

6. Faktor-Faktor Immunologis
Abortus diperkirakan terjadi akibat gagalnya sebuah proses supresi
sistem imun. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain : antikoagulan
lupus (LAC) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis,
abortus serta destruksi plasenta. Obstetrical antiphospolipid syndrome
penyakit auto imun yang muncul pada kehamilan yang menyebabkan
keguguran berulang karena mengakibatkan thrombosis pembuluh
darah dan menyebabkan kerusakan plasenta, apoptosis jaringan,
keguguran.
7. Gamet yang Menua
Angka insiden abortus spontan juga dipengaruhi oleh umur sperma
dan ovum. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang
berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari
sesudah peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan
bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita
sebelum fertilisasi dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus.
Beberapa percobaan binatang juga selaras dengan hasil observasi
tersebut.
8. Laparotomi
Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan
terjadinya abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan
tersebut dengan organ panggul, maka kemungkinan terjadinya abortus
semakin besar.
9. Trauma Fisik dan Trauma Emosional
18

Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian


embrio atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh
trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru
terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu
sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional
bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus
dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas.
10. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan uterus kongenital
dan kelainan uterus yang didapat. Paparan diethylstilbestrol (DES)
pada janin dapat mengakibatkan abnormalitas pembentukan duktus
müllerian. Kavitas endometrium pada wanita yang terpapar DES
memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari pada wanita normal.
Hal ini diperkirakan dapat menjadi penyebab dari peningkatan kasus
abortus spontan pada perempuan yang terpapar DES.
11. Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten
biasanya terjadi pada trimester kedua. Inkompetensi serviks
merupakan dilatasi asimptomatik dari ostium servikalis internus.
Keadaan ini akan mengakibatkan dilatasi kanalis serviks selama
trimester kedua persalinan. Tidak adanya bantalan yang menunjang
fetus akan mengakibatkan terjadinya ruptur dan prolaps, yang sering
diikuti dengan ekspulsi fetus dan plasenta.
c. Faktor Paternal
Peranan faktor paternal tidak banyak diketahui dalam proses
timbulnya abortus spontan. Adanya kelainan kromososomal pada sperma
seperti terjadinya translokasi abnormal kromosom pada sperma dapat
menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom yang terlalu sedikit
atau terlalu banyak, sehingga dapat mengakibatkan abortus.
19

3. Patogenesis
Proses terjadinya abortus berawal dari perdarahan pada desidua basalis
yang kemudian diikuti oleh proses nekrosis pada jaringan sekitar daerah yang
mengalami perdarahan itu. Dengan demikian konseptus terlepas sebagian atau
seluruhnya dari tempat implantasinya. Konseptus yang telah lepas dari
perlekatannya merupakan benda asing di dalam uterus dan merangsang rahum
untuk berkontraksi. Rangsangan yang terjadi semakin lama semakin
bertambah kuat dan terjadilah his yang memeras isi rahim keluar.
Pada keguguran yang terjadi sebelum kehamilan kurang dari 8 minggu
pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi abortus kompletus oleh
karena villi koreales belum tumbuh terlalu mendalam ke dalam lapisan
desidua. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna oleh karena villi koriales telah tumbuh dan menembus lapisan
desidua jauh lebih tebal sehingga ada bagian yang terisa melekat pada dinding
rahim dan terjadilah abortus inkomplit. yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh
plasenta yang telah lengkap terbentuk. Sisa abortus yang tertahan didalam
mengganggu kontraksi rahim yang menyebabkan pengeluaran darah yang
lebih banyak. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap.

4. Gambaran klinis

Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.


Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada
20

abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi
infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus
membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam
untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang
dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta
uterus berukuran kecil dari yang seharusnya. Pada pemeriksaan USG,
ditemukan kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda
kehidupan dari janin. Sedangkan pada abortus imminens masih terdapat hasil
konsepsi pada pemeriksaan USG.

5. Diagnosis

Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di


perut bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar
ke punggung, bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam
yang tidak tinggi. Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil
konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim. Selain itu, ditanyakan
adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.
Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi.
Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram
bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.

Riwayat penyakit sekarang seperti DM yang tidak terkontrol,


tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil
alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan. Riwayat
21

kepergian ke tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui


jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.

b. Pemeriksaan Fisik

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi


abdomen dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam
abdomen dengan pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus
membesar sesuai usia gestasi, dan konsistensinya. Pada pemeriksaan
pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai sa
terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam
uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari tabel di bawah ini:4

Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis


tanda
Bercak Tertutup Sesuai dengan usia Kram perut Abortus
sedikit gestasi bawah, uterus immines
hingga lunak
sedang Tertutup/terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tanpa Abortus
usia gestasi nyeri perut komplit
bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai dengan usia Kram atau Abortus
sehingga kehamilan nyeri perut insipien
masif bawah, belum
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
22

nyeri perut incomplit


bawah,
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak dan lebih Mual/muntah, Abortus
besar dari usia kram perut mola
gestasi bawah,
sindroma mirip
PEB, tidak ada
janin, keluar
jaringan seperti
anggur

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin,


leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada
pemeriksaan USG ditemukan hasil konsepsi yang masih utuh maupun
kantung gestasi yang sudah tidak utuh, dan ada sisa hasil konsepsi dalam
uterus.

6. Diagnosis banding.

 kehamilan ektopik tertanggu


 abortus mola hidatidosa
 kehamilan dengan kelainan ginekologi

7. Penatalaksanaan
23

Abortus mengancam:

Pada kasus ini, dapat dianjurkan tirah baring, dan anjurkan untuk tidak
melakukan aktivitas berlebihan atau hubungan seksual. Analgesia dengan
asetaminofen dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Biasanya
dilakukan analisis terhadap ultrasonografi untuk melihat kondisi janin,
pemeriksaan serial serum hCG, dan kadar progesteron.

8. Prognosis
Ad vitam : dubia ad Bonam
Ad functionam : dubia ad Bonam
Ad Sanationam : dubia ad Bonam
24

DAFTAR PUSTAKA

1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics,


22nd edition. Mc-Graw Hill. 2010

2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders, Current medical diagnosis and


treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill.

3. Sarwono, P. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010. Hal 459.

4. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap
LC, Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 24nd ed. USA : The McGraw-
Hills Companies, Inc ; 2014 : p. 215-237

5. Guyton, A. C., Hall, J. E., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC. 2014. p. 1022
6. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17

7. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina


Etaham, 2008, ms 33-35
25

8. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam : Wiknjosastro GH,


Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2010 : hal. 459-474.

9. Berek JS, et all. Novak’s Gynaecology. 16th ed. Philadelphia: 2012.

10. Manuaba, I. B. G. Ilmu Kandungan dan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC.


2010.

Anda mungkin juga menyukai