Anda di halaman 1dari 4

Polip Hidung

2.1.1 Definisi

Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna
putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Bentuk menyerupai buah anggur, lunak
dan dapat digerakkan. Polip timbul dari dinding lateral hidung. Polip yang diakibatkan proses
inflamasi biasanya bilateral (Schlosser & Woodworth 2009; Mangunkusumo & Wardani 2007).

Faktor genetik dianggap berperan dalam etiologi polip hidung. Sekitar 14% penderita polip
memiliki riwayat keluarga menderita polip hidung. Etnis dan geografis memiliki peranan dalam
patofisiologi polip. Pada populasi Caucasian dominan polip eosinofilik sementara di Asia dominan
neutrofilik (Aaron, Chandra, Conley & Kern 2010)

Patogenesis polip hidung

Alergi ditengarai sebagai salah satu faktor predisposisi polip hidung karena mayoritas polip hidung
mengandung eosinofil, ada hubungan polip hidung dengan asthma dan pemeriksaan hidung
menunjukkan tanda dan gejala alergi. Suatu meta-analisis menemukan 19% dari polip
hidungmempunyai Ig E spesifik yang merupakan manifestasi alergi mukosa hidung (Kirtsreesakul
2005).

Ketidakseimbangan vasomotor dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi polip hidung karena
sebagian penderita polip hidung tidak menderita alergi dan pada pemeriksaan tidak ditemukan
alergen yang dapat mencetuskan alergi. Polip hidung biasanya mengandung sangat sedikit
pembuluh darah. Regulasi vaskular yang tidak baik dan meningkatnya permeabilitas vaskular dapat
menyebabkan edema dan pembentukan polip hidung (Kirtsreesakul 2005).

Fenomena Bernouilli terjadi karena menurunnya tekanan akibat konstriksi. Tekanan negatif akan
mengakibatkan inflamasi mukosa hidung yang kemudian memicu terbentuknya polip hidung
(Kirtsreesakul 2005).

Ruptur epitel mukosa hidung akibat alergi atau infeksi dapat mengakibatkan prolaps lamina propria
dari mukosa. Hal ini akan memicu terbentuknya polip hidung (Kirtsreesakul 2005).

Infeksi merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan polip hidung. Hal ini didasari
pada percobaan yang menunjukkan rusaknya epitel dengan jaringan granulasi yang berproliferasi
akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus atau Bacteroides fragilis
(merupakan bakteri yang banyak ditemukan pada rhinosinusitis) atau Pseudomonas aeruginosa yang
sering ditemukan pada cystic fibrosis(Lund 1995).
Klasifikasi histopatologi polip hidung (Hellquist 1996)

1. Edematous, Eosinophilic Polyp (Allergic Polyp)

Gambaran histopatologi berupa edematous stroma, hyperplasia goblet cells di epitel respiratori,
didapatinya sejumlah besar eosinofil dan sel mast di stroma polip dan penipisan bahkan adanya
hialinisasi minimal pada membran basalis yang terlihat jelas membatasi stroma yang edema
dengan epitel. Pada stroma terlihat sejumlah fibroblast yang jarang dimana terdapat juga
sejumlah sel inflamasi. Stroma yang edema sebagian terisi cairan yang membentuk rongga
seperti pseudokista. Infiltrasi sel inflamasi dapat sangat tegas. Polip edematous biasanya
bilateral.

2. Chronic Inflammatory Polyp (Fibroinflammatory Polyp)

Tidak adanya edema stroma dan hiperplasia sel goblet adalah tanda khas tipe histopatologi polip
ini. Dijumpai sel goblet tetapi epitel devoid hiperplasia sel goblet. Sering terlihat adanya epitel
squamous dan metaplasia epitel cuboidal. Terdapat penipisan membran basal walaupun tidak
sejelas penipisan membran basal pada tipe eosinofilik. Sering terlihat adanya infiltrasi sel
inflamasi dengan dominasi limfosit yang sering bercampur dengan eosinofil. Stroma
mengandung sejumlah fibroblast dan tidak jarang terdapat fibrosis. Pada tipe ini sering kali
terlihat adanya hiperplasia minimal kelenjar seromusin dan dilatasi pembuluh darah sering
terlihat.

3. Polyp with Hyperplasia of Seromucinous Glands

Tipe polip ini ditandai dengan didapatinya banyak kelenjar seromusin dan stroma yang edema.
Tipe ini mempunyai banyak kesamaan dengan tipe edematous. Terdapat kelenjar yang sangat
banyak dengan kelenjarnya merupakan gambaran histopatologi yang khas tipe ini. Hiperplasia
kelenjar menyebabkan gambaran histopatologi tipe ini mirip neoplasma glandular jinak dan
sering disebut pada banyak literatur sebagai tubulocytic adenoma. Polip disusun oleh banyak
kelenjar dengan sel silindris dengan inti sel ganjil terletak didepan bagian basal sel. Kelenjar
biasanya berhubungan dengan overlying epitel dan menunjukkan ketiadaan atypia. Perbedaan
dengan tumor kelenjar, pada tipe ini kelenjar terletak terpisah satu sama lain, berbeda dengan
tumor dimana kelenjar sering kali saling bersentuhan bahkan lengket pada bagian leher satu
sama lain. Tipe polip ini sangat jarang, hanya sekitar 5% dari seluruh polip.

4. Polyp with Stromal Atypia

Tipe ini adalah tipe yang paling jarang. Dapat dengan mudah dianggap sebagai suatu neoplasma
jika ahli patologi anatomi tidak familiar dengan gambaran histopatologi ini. Secara makroskopis
sama dengan polip hidung yang lain tetapi gambaran histopatologi ditandai dengan stroma yang
atypik.

2.1.8 Diagnosis

2.1.8.1 Anamnesis

Keluhan utama penderita polip hidung adalah hidung tersumbat. Rinore mulai yang jernih
sampai purulen atau post nasal drips, gangguan penghidu, suara sengau serta rasa nyeri pada
hidung disertai sakit kepala(Lund 1995).

2.1.8.2 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat massa yang berwarna pucat dan mudah digerakkan.
Adanya fasilitas naso-endoskopi akan sangat membantu diagnosis kasus polip stadium dini
(Mangunkusumo dan Wardani 2007).

2.1.8.3 Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas penegakan diagnosa polip hidung. Menurut
Hellquist (1996), ada empat tipe histopatologi polip hidung, antara lain :Edematous,
Eosinophilic Polyp(Allergic Polyp), Chronic Inflammatory Polyp (Fibroinflammatory Polyp),
Chronic Inflammatory Polyp (Fibroinflammatory Polyp) dan Polyp with Stromal Atypia.

2.1.8.4 Pemeriksaan radiologi

CT scan diindikasikan pada kasus polip yang gagal terapi medikamentosa, ada komplikasi
sinusitis dan rencana tindakan bedah terutama bedah sinus endoskopi fungsional
(Mangunkusumo dan Wardani2007).

Penatalaksanaan polip hidung

Penatalaksanaan polip hidung dengan medikamentosa, operasi atau kombinasi. Berdasarkan


guideline PERHATI-KL, stadium 1 (menurut Mackay and Lund) dapat diterapi dengan
medikamentosa (polipektomi medikamentosa), untuk stadium 2 dapat diterapi medikamentosa
atau operasi dan stadium 3 dianjurkan untuk dioperasi (Aouad & Chiu 2011; PERHATI-KL
2007).

Tujuan Penatalaksanaan Polip Hidung.

1. Eliminasi polip hidung atau mengurangi ukuran polip sebesar mungkin.

2. Membuka kembali jalan nafas melalui hidung.


3. Meredakan gejala.

4. Penciuman kembali normal.

5. Mencegah kekambuhan polip hidung.

6. Mencegah komplikasi

Sarat Terapi Polip Hidung yang Ideal.

1. Kepatuhan pasien (dipengaruhi rasa nyeri atau ketidaknyamanan, biaya pengobatan, lamanya
pengobatan dan lamanya efek pengobatan.

2. Tidak ada efek samping yang berbahaya.

3. Tidak ada perubahan struktur normal dan fungsi hidung.

Anda mungkin juga menyukai