RSU Cut Meutia Aceh utara Polip nasi polypous (Yunani) polyposis (latin) berkaki banyak Polip nasi kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan Polip nasi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit (sinusitis, rinitis alergi, fibrosis kistik dan asma Polip nasi penyakit paling sering menyebabkan obstruksi hidung unilateral/bilateral Klasifikasi stadium polip nasi (Mackay and Lund, 1997): Stadium 0: tidak ada polip Stadium 1: polip terbatas di meatus media (MM), tidak keluar ke rongga hidung. Tidak tampak dengan pemeriksaan rinoskopi anterior, hanya terlihat dengan pemeriksaan endoskopi Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus media dan tampak di rongga hidung tetapi tidak memenuhi/menutupi rongga hidung Stadium 3: polip sudah memnuhi rongga hidung Epidemiologi • Insiden: 1-4% atau 1-20/1000 orang dewasa • Pria:wanita = 2,5:1 • Mengenai seluruh ras • Sering pada kelompok usia 20-40 tahun • Jarang dijumpai pada anak-anak • Pada anak-anak biasanya merupakan gejala dari kistik fibrosa. Etiologi
• Etiologi pasti belum diketahui
• Terdapat 3 faktor terjadinya polip nasi: 1. Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus 2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor 3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan udem mukosa hidung Faktor Predisposisi: 1. Alergi terutama rinitis alergi 2. Rinosinusitis kronik 3. Iritasi 4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan konka hipertropi 5. Kistik fibrosa 6. Pengunaan asetil salisilat atau NSAID Patofisiologi • timbul akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi • polip berasal dari pembengkakan lapisa permukaan mukosa hidung atau sinus, yg menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat • Fenomena Bernoulli udara yang mengalir melalui tempat yg sempit mengakibatkan tekanan negatif udem mukosa pembentukan polip Histopatologi • Makroskopis ὸ massa bulat/lonjong, permukaan licin, warna pucat keabuan, lobuler, dapat multiple dan sangat tidak sensitif ὸ warna polip pucat oleh karena sedikitnya aliran udara yang memasok massa polip tersebut ὸ bila terjadi trauma berulang atau proses inflamasi kemerahan • Mikroskopis ὸ epitelnya eptel bertingkat semu bersilia ὸ sama dgn epitel mukosa sinus dan mukosa hidung normal ὸ membran basal tebal, stroma udematous, sel2nya terdiri dari campuran limfosit, sel plasma, eosinofil dan makrofag ὸ mukosa mengandung sel-sel goblet ὸ sedikit pembuluh darah dan syaraf ὸ bila polip sudah lama bisa terjadi metaplasia epitel krn sering terkena aliran udara menjadi epitel, transisional, kubik atau gepeng, berlapis tanpa keratinisasi Hellquist membagi polip nasi menjadi 4 sub tipe histologis: Tipe I : polip alergik dgn eosinofil yg dominan Tipe II : polip fibroinflamatorik dgn neutrofil yg dominan Tipe III : polip dgn hiperplasia kelenjar serumusinosa Tipe IV : polip dgn stroma atipik Diagnosis 1. Anamnesis • KU hidung tersumbat menetap, makin lama makin berat • Hiposmia – anosmia • Sakit kepala, nyeri muka, rinolalia, snorong, gangguan tidur dan penurunan kualtas hidup 2. Pemeriksaan fisik • Inspeksi ὸ Pada polip masif deformitas hidung luar ὸ Pelebaran kavum nasi • Rinoskopi anterior ὸ polip multiple atau soliter ὸ sekret mukous • Rinoskopi posterior ὸ sekret mukopurulen di daerah etmoid atau rongga hidung bagian superior 3. Pemeriksaan Penunjang • nasoendoskopi tangkai polip berasal dari ostium assesoris sinus maksila, kadang terlihat polip koanal • radiologi ὸ foto polos sinus paranasal penebalan mukosa ὸ CT scan melihat sel-sel etmoid, OMC dimana tempat biasanya polip nasal tumbuh 4. Tes alergi • Terutama pada pasien alergi lingkungan atau ada riwayat alergi dalam keluarga 5. Laboratorium • Membedakan penyebab alergi atau non alergi • Pada alergi ditemukan eosinofil pada swab hidung, sedangkan non alergi ditemukan neutrofil 6. Pemeriksaan histopatologis, dijumpai • pseudostratified ciliated columnar epithelium • epithelial basement membrane yang menebal • udematous stroma Diagnosis Banding Polip Nasi Konka Polipoid 1. Btangkai, mdah digerakkan 1. Tdk btangkai, susah digrkan 2. Konsistensi lunak 2. Konsistensi keras 3. Tdk nyeri bila ditekan 3. Nyeri pada penekanan 4. Tidak mudah berdarah 4. Mudah berdarah 5. Berwarna putih kebiruan 5. Berwarna merah muda 6. Tdk mengecil pemberian 6. Mengecil pemberian vasokonstriktor spt adrenalin vasokonstriktor Penatalaksanaan Medikamentosa: • Kortiko steroid ὸ Sistemik dosis tinggi & jangka pendek ὸ intra nasal terutama yg disebabkan oleh alergi ὸ oral jangka pendek dari terapi polip nasi, efektif utk mengurangi inflamasi dosis: prednison (30-60 mg) selama 4-7 hari dan diturunkan selama 1-3 minggu dosis anak2: 1 mg/kg BB/hari selama 5-7 hari diturunkan selama 1-3 minggu • Antibiotik bila terjadi infeksi bakteri ditandai dgn sekret muko purulen paling sering staphylococcus aureus • Antihistamin mengurangi reaksi inflamasi • Nasal dekongestan sedikit melapangkan rongga hidung • Imunoterapi terutama yg disebabkan oleh alergi penggunaannya bersama-sama dgn terapi lain Pembedahan dilakukan jika: 1. Polip menghalangi saluran nafas 2. Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus 3. Polip berhubungan dengan tumor 4. Pada anak-anak dgn multiple polip atau rinosinusitis kronik yang gagal dengan terapi medikamentosa Polipektomi: • menggunakan senar dgn AL • FESS membuka celah di meatus media sehingga mengurangi angka kekambuhan • surgical micro debridement aman, cepat, akuta, mengurangi perdarahan dan visualisasi lebih baik Prognosis • Polip multiple sering rekuren • Polip tunggal yang besar seperti polip antrokoanal jarang relaps • Rekurensi terjadi bila masih ada iritasi atau alergi • Untuk mencegah rekurensi penatalaksanaanya kepada penyebabnya • Bila penyebabnya alergi eliminasi dan avoidance