Anda di halaman 1dari 19

POLIP NASI

1
Polip nasi adalah….
• Polip nasi atau polip hidung
adalah kelainan selaput
permukaan hidung berupa
massa lunak yang bertangkai
berbentuk bulat atau
lonjong, berwarna putih
keabu-abuan dengan
permukaan licin dan agak
bening karena mengandung
banyak cairan
• Polip nasi bukan merupakan penyakit tersendiri tapi
merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam
penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis,
rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma.
Epidemiologi
• Prevalensi polip nasi di Amerika Serikat sekitar
1-4% pada orang dewasa dan 0,1% pada anak-
anak
• Polip nasi lebih banyak terjadi pada laki-laki
dengan perbandingan 2-4:1
• Insidennya meningkat seiring usia (>50 tahun)
Etiologi
• Terdapat 3 faktor penting yang
berperan di dalam terjadinya
polip, yaitu
– Peradangan lama dan berulang pada Rhinitis Alergi
selaput permukaan hidung dan sinus Asma
– Gangguan keseimbangan Vasomotor Riwayat atopi
– Peningkatan tekanan cairan antar lainnya
Sinusitis kronik
ruang sel dan bengkak selaput
permukaan hidung
Patofisiologi

• teori Brenstein, terjadi


– perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau
turbulensi udara terutama di daerah sempit di kompleks
ostiomeatal
– prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
pembentukan kelenjar baru
– peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel
epitel yang berakibat retensi air

POLIP NASI
Patofisiologi

• Teori ketidakseimbangan saraf


vasomotor
– peningkatan permeabilitas kapiler dan
gangguan regulasi vascular  edema 
polip.
– Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab semakin membesar  turun ke
rongga hidung dengan membentuk tangkai
Diagnosis
• Anamnesis
– hidung rasa tersumbat
– rinore
– hiposmia atau anosmia.
– bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala daerah frontal.
– Bila infeksi sekunder didapati post nasal drip dan rinore purulen

• Gejala sekunder
– bernafas melalui mulut,
– suara sengau,
– halitosis,
– gangguan tidur dan
– penurunan kualitas hidup

• riwayat rhinitis alergi, asma, alergi makanan.


• Pemeriksaan fisik
– Inspeksi
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan
deformitas hidung luar sehingga hidung tampak
mekar karena pelebaran batang hidung. Dapat
dijumpai pelebaran kavum nasi terutama polip
yang berasal dari sel-sel etmoid
– Rhinoskopi anterior (Polip dapat terlihat)
• Tampak adanya massa lunak, bertangkai, tidak nyeri jika ditekan, tidak
mudah berdarah
• Tampak sekret mukus dan polip multipel atau soliter.
• Pembagian stadium polip menurut Mackay
dan Lund (1997)
– Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus medius
– Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius,
tampak dirongga hidung tapi belum memenuhi
rongga hidung
– Stadium 3: polip yang massif
– Endoskopi nasal

• Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat


pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak
dengan pemeriksaan nasoendoskopi.
– Pemeriksaan radiologi
• Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP,
aldwell dan lateral) dapat memperlihatkan
penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan
didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus
polip.
• Karena dapat memberikan kesan positif palsu atau
negative palsu dan tidak dapat memberikan informasi
mengenai keadaan dinding lateral hidung dan variasi
anatomis didaerah kompleks osteomeatal.
• Tindakan operasi yang dapat dilakukan
meliputi :
– Polipektomi intranasal
merupakan tindakan pengangkatan polip
menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi
lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang
besar namun belum memadati rongga hidung.
– Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF)
merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus
operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah
polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat
kelainan di kompleks osteomeatal
• Pemeriksaan tomografi computer sangat bermanfaat untuk
melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal
apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau
sumbatan pada kompleks osteomeatal.
• CT terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi
dengan medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan
pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.
– Rhinoskopi posterior
• Tujuan: untuk melihat apakah polip sudah masuk ke
koana atau nasofaring
• Pada pemeriksaan rhinoskopi posterior bila ukurannya
besar akan tampak massa berwarna putih keabu-abuan
mengkilat yang terlihat mengggantung di nasofaring
Tata laksana
• Tujuan utama pengobatan pada kasus polip
nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan
yang dirasakan oleh pasien.
• kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan
belum memasuki rongga hidung. Caranya bisa
sistemik, intranasal atau kombinasi keduanya.
Berikan antibiotik jika ada tanda infeksi.
Berikan anti alergi jika pemicunya dianggap
alergi.
• Dosis dewasa: prednison (30-60mg) selama 4-7 hari dan diturunkan
selama 1-3 minggu.
• Dosis anak-anak: max 1mg/kb/hari selama 5-7 hari dan diturunkan
selama 1-3 minggu.

– Leukotrin inhibitor
Menghambat pemecahan asam arakidonat oleh enzyme 5-
lipoxygenase yang akan menghasilkan leukotrin yang merupakan
mediator inflamasi.
– Pengobatan juga dapat ditujukan untuk mengurangi reaksi alergi pada
polip yang dihubungkan dengan rhinitis alergi.
– Pada penderita dapat diberikan antihistamin oral untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang terjadi.
– Bila telah terjadi infeksi yang ditandai dengan adanya sekret yang
mukopurulen maka dapat diberikan antibiotik.
PROGNOSIS
• Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi
alergi masih tetap berlanjut.
• Rekurensi dari polip umumnya terjadi bila
adanya polip yang multipel.

Anda mungkin juga menyukai