Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN RHINITIS VASOMOTOR

No. Dokumen
SOP Tanggal Terbit
NO. Revisi
Halaman

UPT PUSKESMAS
KEMIRI
1. Pengertian Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan obat (kontrasepsi oral,
antihipertensi, B-bloker, aspirin, klorpromazin, dan obat topikal hidung
dekongestan). Rhinitis ini digolongkan menjadi non-alergi bila adanya
alergi/allergen spesifik tidak dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :


1. Untukmenegakkan diagnose rhinitis vasomotor
2. Untukmelakukanpenatalaksanaanpenyakit rhinitis vasomotor
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Permenkes no 5 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi


dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa
langkah-langkah  Keluhan berupa hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan
tergantung posisi tidur pasien. Keluhan memburuk karena
adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab,
dan karena adanya asap rokok. Gejala lainnya adalah rinore
yang bersifat serous atau mukus dan bersin lebih jarang
dibandingkan rhiitis alergika.
 Faktor predisposisi adalah obat-obatan penghambat simpatis
(ergotamine, anti hipertensi, vasokonstriktor topikal, dan
sebagainya), faktor fisik (asap, udara dingin, lembap, bau yang
menyengat, dan makanan pedas/panas/dingin), dan faktor
psikis.
2.Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi anterior:
a. Tampak mukosa hidung edema, konka berwarna merah gelap
atau merah tua tetapi dapat pula pucat.
b. Permukaan konka licin atau tidak rata.
c. Pada rongga hidung terlihat adanya sekret mukoid, biasanya
jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada golongan rinore
tampak sekret serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak
dengan konka licin atau berbenjol-benjol.
3. Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan dan dapat dilaksanakan di layanan primer,
yaitu: Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi.
a. Kadar eosinofil
b. Tes cukit kulit (skin prick test)
c. Kadar IgE spesifik
4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan kadar eosinofil, tes cukit
kulit (skin prick test), dan kadar IgE spesifik
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Ada 3
golongan rhinitis vasomotor berdasarkan gejala:
a. Golongan bersin (sneezer), gejala biasanya memberikan
respon baik dengan terapi antihistamin dan glukokortikoid
topikal.
b. Golongan rinore (runners) dengan gejala rinore yang jumlahnya
banyak.
c. Golongan tersumbat (blockers) dengan gejala kongesti hidung
dan hambatan aliran udara pernafasan yang dominan dengan
rinore yang minimal.
6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien rhinitis
vasomotor
 Non Medikamentosa
Edukasi pasien untuk menghindari faktor pencetus.
 Medikamentosa
Tatalaksana dengan terapi kortikosteroid topikal dapat
diberikan, misalnya budesonid, 1-2 x/hari dengan dosis 100-
200 mcg/hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mcg/hari.
Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama
2 minggu. Pada kasus dengan rinorea yang berat, dapat
ditambahkan antikolinergik topikal ipratropium bromide.
Kauterisasi konka yang hipertofi dapat menggunakan larutan
AgNO3 25% atau trikloroasetat pekat.
Terapi oral dapat menggunakan preparat golongan agonis alfa
sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin. Dekongestan oral : pseudoefedrin, fenilpropanol-
amin, fenilefrin.

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait 1. UGD
2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan

8. Dokumen Terkait

9. Rekaman historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai