Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

PEMERIKSAAN CAIRAN PLEURA


MENGHITUNG INDEKS BAKTERIAL BASIL TAHAN ASAM (BTA)

KELOMPOK 1:
Maria Yoseva Mandala Dede (1508010001)
Rosalina Steny Bulu (1508010002)
Kristina Trifirawati Lawung (1508010003)
Tekla Windyanita Sengi (1508010004)
Yustina Nada Jon Putri (1508010005)
Diorita Sely Keba (1508010006)
Yohanes Matius D. Mukin (1508010007)
Adolfina Citra Maria (1508010008)
Chrysthien Venty Marumata (1508010009)
Kandida Bibiana Ugha (1508010010)
Maria Laranita Meak Foni (1508010052)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN 2016
Pemeriksaan Cairan Pleura

1. Pendahuluan
Cairan pleura berada pada rongga pleura, sebagai pelicin gesekan antara pleura visceral
dan pleura parietalis. Volume normal cairan pleura 1 – 10 ml yang dihasilkan secara kontinu
berdasarkan tekanan hidrostatik kapiler, tekanan onkotik plasma, dan permeabilitas kapiler.
Cairan pleura direabsorpsi melalui pembuluh limfe dan venule. Akumulasi cairan pleura
disebut efusi, yang terjadi karena adanya ketidaksembangan antara produksi dan reabsorpsi.
Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura dibedakan menjadi transudat dan eksudat yang
dapat diidentifikasi melalui tes Rivalta. Cairan transudat merupakan cairan dalam ruang
interstitial yang terjadi sebagai akibat (1) menurunnya tekanan onkotik plasma
(hipoproteinemia) akibat sirosis hati dan sindroma nefrotik, (2) peningkatan tekanan
hidrostatik dalam paru. Sedangkan cairan eksudat adalah cairan yang timbul akibat proses
inflamasi yang menyebabkan perubahan permeabilitas membran pleura dan penurunan
reabsorpsi limfatik penyebab tersering timbulnya cairan eksudat ini adalah infeksi bakteri
misalnya tuberkulosis. Adapula penyebab lain seperti infeksi jamur, keganasan, penyakit-
penyakit sistemik, trauma, dan kondisi inflamasi lainnya. Sifat cairan eksudat antara lain
serous, fibrinous, purulen, dan hemoragik. Indikasi pengambilan pengambilan cairan pleura :
1) Pemeriksaan laboratorium (mengetahui etiologi efusi transudat atau eksudat).
2) Mengurangi gejala klinik (misalnya sesak, sakit).
3) Menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah (hemitoraks, empiema).
4) Mengurangi cairan dalam rongga pleura untuk diganti dengan obat ke dalam rongga
tersebut.

Berikut ini tabel perbedaan sifat cairan transudat dan eksudat.

TRANSUDAT EKSUDAT
- Tidak berwarna / kuning muda / - Tidak berwarna / serous / purulent
serous / jernih / agak keruh / kuning / chylous / milky / bloody
(bilirubin) (hemoragik) pada keganasan
- Berbau : infeksi / keganasan
- Lemak < 0,35 g/ml : sirosis - > 0,35 g/ml : keganasan
- Protein < 3 g/dl - > 3 g/dl
- Berat jenis < 1,018 - > 1,018
- Bekuan (-) / pellicle tipis - (+) fibrinogen meningkat
- Flocculi
- LDH (laktat dehidrogenase) < 200 - > 200 IU/dl
IU/dl
- Ratio LDH cairan ; serum < 0,6 - > 0,6
- Ratio albumin serum : cairan ≥ 1,1 - < 1,1
MIKROSKOPIK :
- Sel (-) / jarang - Limfosit meningkat  kronik
- Sedikit endotel / mesotel (TBC / sifilis / tumor)
- Limfosit ( pada cairan mesotel) - Granulosit  akut (kuman piogen)
- Eosinofil  alergi / parasit
- Sel L.E
- Sitologik : sel ganas
- Bakteri sangat jarang - Streptokokus / pneumokokus /
stafilokokus / TBC / actinomyces

2. Tujuan
a. Untuk mengetahui tampilan makroskopik dari cairan pleura
b. Untuk mengidentifikasi cairan pleura termasuk transudat dan eksudat ( tes Rivalta)

3. Prinsip Kerja
A. Makroskopik
1. Volume
Peningkatan volume cairan pleura menunjukkan adanya gangguan keseimbangan
cairan atau terjadi inflamasi.
2. Warna dan Kejernihan
Setiap kelainan paru memberi warna dan kejernihan cairan pleura yang berbeda.
3. Bau
Timbulnya bau menunjukkan terjadinya pembusukan protein.
4. Bekuan Spontan
Adanya proses peradangan menyebabkan sampel membeku.

B. Tes Rivalta
Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat dan tidak terdapat dalam transudat akan
bereaksi dengan asam asetat yang encer membentuk kekeruhan yang nyata.

4. Alat dan Bahan


A. Alat
1) Tabung reaksi
2) Pipet tetes 2 buah
3) Rak tabung

B. Bahan
1) Cairan pleura
2) Asam asetat glasial
3) Aquades
5. Langkah Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Mengamati cairan pleura secara makroskopik
3) Memasukan 0,1 ml/10 tetes asam asetat glasial ke dalam tabung yang berisi 100 ml
aquades
4) Memasukkan 1 tetes sampel cairan pleura sambil mengamati perubahan apa yang
terjadi pada isi tabung

6. Hasil
1) Gambaran cairan pleura secara makroskopik :
 Warna : kuning
 Viskositas : cair
 Kejernihan : jernih
 Bau : tidak berbau
 Bekuan spontan : negatif
 Volume : 5 ml
2) Tes Rivalta :

Hasil Pengamatan :
 Tidak berwarna
 Jernih

7. Pembahasan
- Pemeriksaan makroskopik cairan pleura
Rujukan pasca analitik :
1) Volume
Interpretasi volume cairan pleura 5 ml : normal.
2) Warna dan kejernihan
Interpretasi :
 Transudat : kuning, jernih
 Eksudat : bervariasi (kuning, abu-abu, merah, merah muda)
3) Bau
Transudat maupun eksudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali terdapat
pembusukan protein
4) Bekuan spontan
Interpretasi : bekuan (+) menunjukkan proses peradangan, makin besar bekuan
makin berat peradangan.
Hasil percobaan :
1) Volume = 5 ml
Indikasi : volume cairan pleura normal dan tidak ada efusi cairan pleura.
2) Warna dan kejernihan : kuning dan jernih
Interpretasi : cairan transudat
Indikasi : peningkatan tekanan hidrostatik dalam paru atau penurunan tekanan
onkotik plasma.
3) Bau
Interpretasi : tidak terjadi pembusukan protein
4) Bekuan spontan
Interpretasi : bekuan (-)
Indikasi : normal (tidak ada peradangan)

- Tes Rivalta
Berdasarkan percobaan, diperoleh hasil sebagai berikut tidak berwarna dan cairan
pleura tetap jernih. Ini menunjukkan cairan pleura tersebut merupakan transudat
dimana karakteristik transudat kuning, jernih, dan tidak ada bekuan.
Timbulnya cairan transudat ini berindikasi adanya (1) penurunan tekanan onkotik
plasma (hipoproteinemia) akibat sirosis hati dan sindroma nefrotik, (2) peningkatan
tekanan hidrostatik dalam paru.

8. Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Dari praktikum ini, kami dapat mengetahui tentang ciri makroskopik dari cairan
pleura yaitu warna, kejernihan, bau, dan adanya bekuan atau tidak. Selain itu, kami
dapat membedakan adanya cairan transudat dan eksudat pada cairan pleura melalui
tes rivalta. Transudat disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan. Transudat
mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku. Sedangkan
eksudat adalah cairan yang terjadi akibat radang mengandung fibrinogen.
B. Saran
1) Jumlah reagen asam asetat glasial yang disediakan oleh pihak laboratorium
disesuaikan dengan jumlah kelompok yang melaksanakan praktikum sehingga
tidak membuang waktu untuk mengantri.
2) Sebaiknya pada saat praktikum diberikan modul praktikum agar lebih terarah.
MENGHITUNG INDEKS BAKTERIAL BASIL TAHAN ASAM

1. Pendahuluan
Kuman golongan Mycobacterium berbentuk batang yang agak sulit untuk diwarnai,
tetapi sekali berhasil diwarnai, sulit untuk dihapus dengan zat asam. Oleh karena itu
disebut juga kuman batang tahan asam (BTA). Kini dikenal empat puluh satu spesies yang
diakui oleh ICSB (lnternational Committee on Systematic Bacteriology). Sebagian besar
adalah saprofit, sebagian kecil patogen untuk manusia di antaranya Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium leprae dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan infeksi
kronik.
Golongan saprofit ini dikenal juga dengan nama atipik. Sifat tahan asam
Mycobacterium adalah karena sifat dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan
lemak yang terdiri dari asam lemak mikolat. Macam-macam Mycobacterium berbeda
dalam derajat tahan asamnya seperti Mycobacterium leprae bersifat tahan asam lemah
dibandingkan dengan Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis biasanya terdapat pada manusia yang sakit tuberkulosis.
Penularan terjadi melalui jalan pernapasan. Pada jaringan tubuh kuman tuberkulosis
berbentuk batang halus berukuran 3 x 0.5 μm dapat juga terlihat seperti berbiji-biji. Pada
perbenihan berbentuk kokoid dan berfilamen. Tidak berspora dan tidak bersimpai. Pada
pewarnaan cara Ziehl-Neelsen atau Tan Thiam Hok kuman berwarna merah dengan latar
belakang berwarna biru. Pada pewarnaan fluorokrom kuman berfluoresensi dengan warna
kuning oranye. Pertumbuhan secara aerob obligat. Daya tahan kuman tuberkulosis lebih
besar apabila dibandingkan dengan kuman lainnyakarena sifat hidrofobik permukaan sel.

2. Tujuan
1) Mengetahui gambaran mikroskopik basil tahan asam.
2) Mengetahui cara menghitung indeks bakterial BTA.
3) Dapat menentukan derajat keparahan penyakit tuberculosis.

3. Prinsip Kerja
Mengamati basil tahan asam yang terlihat berwarna merah dengan latar belakang biru pada
pewarnaan Ziehl-Neelsen dan menghitung indeks bakterial BTA.
4. Alat dan Bahan
a. Alat : mikroskop cahaya
b. Bahan : preparat dan minyak imersi

5. Langkah Kerja
Persiapan sampel : Tidak dibutuhkan persiapan khusus.
1) Mengamati sediaan preparat basil tahan asam (BTA) pada mikroskop dengan
perbesaran 100x.
2) Menghitung indeks bakterial BTA.

6. Interpretasi
(− ) = Tidak ada BTA dalam 100 – 300 LP
(+) = 10 – 99 BTA / 100 LP
(++) = 1 – 10 BTA / LP diamati sampai 50 LP
(+++) = > 10 BTA / LP diamati kurang lebih 20 LP

7. Hasil
Indeks Baterial Basil
No. Gambar
Tahan Asam

1 (+)

2 (++)
3 (+)

4 (+++)

5 (+++)
6 (+++)

7 (+)
8 (++)

9 (+++)

8. Pembahasan
Dari 9 sediaan preparat, didapatkan hasil bahwa :
1) Preparat 1, 3, dan 7 indeks bakterial BTA positif (+) yang menunjukkan ada 10 – 99
BTA / 100 LP.
2) Preparat 2 dan 8 indeks bakterial BTA positif (++) yang menunjukkan ada 1 – 10 BTA
/ LP diamati sampai 50 LP.
3) Preparat 4, 5, 6, dan 9 indeks bakterial BTA positif (+++) yang menunjukkan ada >
10 BTA / LP diamati kurang lebih 20 LP.
9. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari praktikum ini, kami dapat mengetahui gambaran mikroskopis basil tahan asam,
mengetahui cara menghitung indeks bakterial, dan derajat keparahan penyakit
tuberculosis.
B. Saran
1) Jumlah sediaan preparat yang disediakan terlalu sedikit sehingga tidak efektif
dalam pengamatan karena terburu-buru.
2) Sebaiknya pada saat praktikum diberikan modul praktikum agar lebih terarah.

Anda mungkin juga menyukai