Anda di halaman 1dari 43

ANALISA CAIRAN PLEURA

MERI SUZANA, SST, MKES


PENGERTIAN
Pleura adalah membran tipis , licin, mengkilat, dan transparan yang terdiri
atas 2 lapis:
1. Pleura visceralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi
permukaan paru.
2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding
dada.

Dalam keadaan normal rongga pleura hanya berrisi sedikit cairan (<1-
10cc)
CAIRAN PLEURA
Pelumas
untuk meminimalkan gesekan
antara paru dengan dinding
dada pada proses pernafasan

Normal
seimbang atara produksi dan
absorbsi cairan pleura
Adanya gangguan pada filtrasi
dan absorbsi : Efusi Pleura
EFUSI PLEURA
 Suatu keadaan terjadinya akumulasi cairan pleura yang
abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi
yang berlebihan
 Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus
menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui
pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura
viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah.
 Efusi terjadi jika pemnbentukan cairan oleh pleura parietalis
melampau batas pengambilan yang dilakukan pleura viseralis
sehingga cairan terakumulasi di dalam pleura.
 Jumlahnya bisa mencapai 3 L yang menekan paru-paru
EFUSI PLEURA
PEMBENTUKAN CAIRAN PLEURA
Cairan pleura dihasilkan dari filtrasi cairan pembuluh kapiler
pleura parietalis

Filtrasi dipengaruhi oleh:


 Tekanan hidrostatik kapiler
 Tekanan onkolik plasma
 Reabsorbsi limfalik
 Pernmeabelitas dinding kapiler

Diabsorbsi oleh pleura viseralis dan pembuluh limfatik


Proses Pembentukan dan Absorbsi Cairan Dikontrol
oleh 4 faktor:
1. Permeabelitas kapiler pada membran pariental
2. Tekanan hidrostatik kapiler
3. Tekanan koloid osmotik (tekanan onkolik) karena terdapatnya protein
plasma pada kapiler
4. Absorbsi cairan oleh sistem limfatik
TUJUAN

Menegakkan diagnosis
Mencari etiologi
Pemantauan terapi
Prognosis
Jenis Cairan Pleura

1. Transudat
2. Eksudat
3. Kilus
4. Pseudokilus
EKSUDAT

 Akibat kondisi patologis pada daerah pleura (lokal) yang


menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler atau peningkatan
reabsorbsi limfatik
 Infeksi bakteri (pleuritris eksudativa tuberkulosis), infeksi virus,
parasit, jamur, neoplasma dan penyakit imunologik ( pleuritis
lupus, sarkoidosis
TRANSUDAT

 Penyakit sistemik yang memyebabkan peningkatan tekanan


hidrostatik kapiler atau penurunan tekanan onkolik pada keadaan
hipoproteinemia
 Penyakit gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik,
dialisis peritonium
KILUS

 Akibat kebocoran pembuluh limfatik (Ductus Toraksis Mayor)


 Keganasan (linfomia, karsinoma) atau trauma
PSEUDOKILUS

 Penumpukan cairan pleura di dalam rongga pleura dalam waktu


lama akibat proses radang kronik pada pleura
 Penyakit tuberkulosis dan pleuritis rheumatoid
SPESIMEN
 Aspirasi cairan pleura
 Bahan pemeriksaan harus segera dikirim
dan diperiksa untuk menghindari
terjadinya perubahan kimiawi maupun
seluler
Volume cairan normal pada rongga pleura,\
perikard dan peritonial : 0,1 – 0,2 ml/kg
BB pada tiap rongga
SAMPEL PEMERIKSAAN CAIRAN PLEURA
 Pemeriksaan makroskopis  Dapat dilakukan setelah pengambilan
cairan oleh dokter yang melakukan punksi
warna dan kejernihan
 1 ml dengan antikoagulan EDTA atau sodium
 Pemeriksaan mikroskopis heparin
jumlah sel dan hitung jenis sel 2 ml dengan antikoagulan EDTA
pemeriksaan sitologi (sel ganas
 Pemeriksaan kimia  3 – 5 ml dalam tabung tanpa antikoagulan
o glukosa
o Protein, LDH,trigliserida, amylase 5 – 10 ml dalam tabung tanpa antikoagulan
o pH
 Pemeriksaan mikrobiologi  1 – 3 ml dengan semprit yang mengandung
pulasan gram dan BTA heparin
PEMERIKSAAN CAIRAN PLEURA

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
PEMERIKSAA RUTIN Untuk mempertajam diagnosa
Makroskopis Contoh: Adenosin Deaminase
Mikroskopis (ADA) untuk TB, Amylase
Kimia untuk dugaan kebocoran
pankreas
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

1. Warna
2. Kejernihan
3. Ada/tidaknya bekuan
4. Bau
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

1. Warna
2. Kejernihan
3. Ada/tidaknya bekuan
4. Bau
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

Dalam keadaan normal cairan dalam


rongga pleura, perikard dan peritoneal
sekitar 0,1-0,2 mL / BB

Berupa transudat

Jumlah tidak banyak


WARNA
MAKROSKOPIS
MAKROSKOPIS PEMERIKSAAN LANJUTAN INTERPRETASI HASIL

Cairan berwarna merah Hematokrit  < 1% : Tidak bermakna


 > 1% : hitung rasio Ht cairan terhadap Ht darah tepi
 Rasio Ht > 0,5 (hematotoraks
 Rasio Ht antara 0,1 – 0,5 : sesuai dengan keganasan pleura
(kanker), emboli paru atau trauma
Cairan keruh Sentrifus Keruh pada supernatan : kadar lemak tinggi
(adanya sel atau lemak)

Kekeruhan pada Kadar trigliserida >110 mg/dl, terdapat kilomikron: efusi kilus
supernatan 50 – 110 mg/dl: memerlukan analisis lipoprotein : adanya
khilomikron →khilotorak
<50 mg.dl, tidak ada khilomikron→efusi pseudokilus
Bau seperti feses Pewarnaan gram dan Kemungkinan adanya kuman anaerob
biakan

Berat Jenis BJ 1.015 : urinometer Kadar protein < 3 g/dl : transudat


BJ 1.020 : refraktometer Kadar protein > 3 g/dl : eksudat
PERBEDAAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT
PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT

Penyebab Tekanan hidrostatik Permeabilitas kapiler meningkat


meningkat Absorbsi limfatik menurun
Tekanan onkotik menurun

Pemeriksaan makroskopis
Warna Kuning pucat Bervariasi ( kuning, kehijauan, merah)
Kejernihan Jernih Keruh
clots no Bervariasi, kadang ada bekuan
Pemeriksaan Mikroskopis <1.000 sel/µl (pleura) >1000 sel/µl (pleura)
Jumlah leukosit < 3.000 sel/µl (peritoneal) >500 sel/µl (peritoneal)

Hitung jenis Predominan sel mononuklear Mula-mula predominan netrofil


Stadium lanjut: predominan
mononuklear
Pemeriksaan kimia
Glukosa = serum </= serum
Protein total < 50% serum >50% serum
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

 Pemeriksaan mikroskopis melalui apusan cairan pleura


 Tehnik konvensional/tehnik khusus (Cytocentrifuge)
TEKHNIK KONVENSIONAL VS CYTOCENTRIFUGE

PARAMETER TEKHNIK CYTOCENTRIFUGE


KONVENSIONAL

Langkah pengerjaan 3 langkah : 1 langkah sekaligus: sentrifus +


 Sentrifus sedimen + membuat apusan
 Ambil endapan
 Apus pada slide

Hasil Apusan Penyebaran sel tidak Penyebaran sel merata dan


merata, bertumpuk- tidak bertumpuk-tumpuk
tumpuk
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

1. Hitung lekosit, eritrosit : manual/cell counter


2. Hitung jenis lekosit
3. Sel ganas
4. Lain-lain: parasit, jamur, bakteri
1/2. HITUNG LEKOSIT, HITUNG JENIS

PARAMETER HITUNG LEKOSIT, HITUNG JENIS

TRANSUDAT < 1000sel/µl

EKSUDAT >= 1000sel/µl


PMN meningkat : infeksi bakterial akut
MN meningkat : Infeksi virus, Tuberkulosis (TBC) dan
infeksi bakterial kronik
3. SEL GANAS

 Sering dijumpai pada penyakit neoplasma


 Sel berkelompok dengan sitoplasma berlipat
 Membran sitoplasma dan membran inti tidak teratur/bergerigi
 Kromatin inti tidak rata
 Ada banyak nukleoli, hiperkromatik dengan membran anak inti tidak rata
 Ratio inti terdapat sitoplasma lebih tinggi dari mesotel
SEL GANAS
Mesotel
4. JAMUR
PEMERIKSAAN KIMIA

1. Kimia Rutin 2. Kimia Tambahan


 LDH  pH

 Protein  Bilirubin

 Albumin  Trigliserida

 glukosa  Kolesterol

 Amylase

 ADA (Adenosine Deaminase)


PEMERIKSAAN Adenosine Deaminase

 Membantu diagnosa TBC


 253 dari 254 pasien dengan pleuritis TB didapatkan kadar ADA
yang tinggi >40 U/L
 Isoenzim ADA1 dan ADA2
Pemeriksaan Trigliserida dan Kolesterol

KILUS PSEUDOKILUS

Penampakan Putih susu atau kekuning- Putih susu atau kehijauan


kuningan

Pemeriksaan Limfositosis Reaksi sel campuran antara


Mikroskopis sel MN dan PMN, kristal
kolesterol
Trigliserida > 110 mg/dl (>1,24 mmol/L < 50 mg/dl (<0,56 mmol/L

Elektroforesis Kilomikron + Kilomikron -


lipoprotein
Pemeriksaan Amylase

Kadar amylase meningkat :


 Pankreatitis
 Ruptur esophagus
 Perforase gastroduodenal
 Metastasis
Pemeriksaan Imunoserologi

 Pemeriksaan Imunology Antinuklear Antibody (ANA) atau


Rheumatoid Factor (RF)
 Diagnosa pleuritis lupus atau pleuritis rheumatoid
Pemeriksaan Sitologi

 Membantu diagnosa keganasan


 Angka sensitivitas : 10 – 70% karena sel ganas tidak selalu tampak
pada cairan pleura
 Adenokarsinoma : 70%
 Karsinoma sel squamosa : 20%
 Limfoma :n25 – 50%
 Sarcoma : 25%
 Mesotelioma : 10%
Pemeriksaan Mikrobiologi
Yang mungkin dijumpai:
 Staphylococcus aureus
 Enterobacteriaceae
 Bakteri anaerob
 Mycobacterium tuberkulosisi
BTA
 Kultur Aerob
 Kultur anaerob
Sensitivitas Hasil Pemeriksaan tergantung pada:
1. Pengambilan dan penanganan cairan dengan baik
2. Pemeriksa mempunyai kompetensi yang tinggi dalam membaca
sediaan
3. Pada caiaran yang mempunyai bekuan, mikroorganisme akan
tertangkap dalam bekuan sehingga mikroorganisme sering tidak
dijumpai
4. Kontaminasi dengan mikroorganisme pada waktu pengambilan
darah : Positif Palsu
Biakan
1. Biakan aerob dan anaerob
2. Sensitivitas kultur positif tergantung dari asal cairan dan
mikroognanisme:
 Cairan efusi : 80% hasil positif
 Cairan peritonial : 50 – 70% hasil positif
 Efusi cairan perikardial : 50% hasil positif
 Efusi tuberkulosis : 30% hasil positif
Pemeriksaan Polimerase Chain Reaction (PCR)
 Berdasarkan amplifikasimycobacterial Deoxyribonucleic Acid
(DNA)
 Lebih cepat dan lebih baik dari biakan efusi
 Bila biakan mycobakterium cairan pleura (+) maka PCR TB pasti
(+), bila biakan mycobakterium cairan (-) maka PCR TB
kemungkinan (+) pada 30 – 60% kasus
 Analisa Cairan Pleura - YouTube.htm
SEKIAN…

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai