Anda di halaman 1dari 42

CATATAN PATOLOGI KLINIK BLOK 16

CARDIO 2011
Febrina Sylva Fridayanti

1. Pemeriksaan Darah Lengkap


a. Definisi
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau
untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu
juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi
pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

b. Kriteria Sampel Darah


 Sampel menggunakan darah vena atau darah arteri* dengan antikoagulan
EDTA
*Darah arteri digunakan sebagai sampel apabila dalam keadaan terpaksa,
seperti pasien bayi (susah mencari vena)
Note : Tidak boleh menggunakan darah kapiler
 Jumlah sampel : ± 3 ml  menyesuaikan jenis pemeriksaan
 Stabilitas sampel 2 jam pada suhu kamar, 24 jam pada suhu 40C

c. Parameter pemeriksaan
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan,
yaitu :
(1) Hemoglobin
(2) Hematokrit
(3) Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
(4) Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
(5) Red Cell Distribution Width (RDW)
(6) Laju Endap Darah (LED) atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
(7) Leukosit (White Blood Cell / WBC)
(8) Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
(9) Trombosit (platelet)
(10) Platelet Disribution Width (PDW)

2. Pemeriksaan Hitung Eritrosit


a. Tujuan pemeriksaan
 Untuk menetukan jumlah total eritrosit untuk melihat adanya anemia /
polisitemia
 Bersama-sama dengan pemeriksaa Hemoglobin dan Hematrokit  menilai
proses eritropoiesis
b. Eritrosit

c. Nilai normal
Nilai normal bervariasi, tergantung usia.
 Laki – laki dewasa : 4,3 – 5,9 juta
 Wanita dewasa : 3,9 – 4,8 juta
 Bayi : 5,0 – 7,0 juta
 Anak usia 3 bulan : 3,2 – 4,8 juta
 Anak usia 1 tahun : 3,6 – 5,2 juta
 Anak usia 10 – 12 tahun : 4,0 – 5,4 juta

d. Alat dan Bahan


Alat
 Kamar hitung Improved Neubauer

Bagian – bagian kamar hitung Improved Neubauer :


 Ruled area : sebagai counting chamber  kamar hitung eritrosit
 Raised ridge : penyangga cover glass untuk menutup ruled area

1 2

4
R 3

R : Kamar hitung eritrosit  R1 – R5


 Pipet pengencer dari Thoma untuk eritrosit

 Pipet ada tanda merah di bagian mixing chamber


 Memiliki skala 0 – 101  pengenceran 200x

 Mikroskop

Bahan
 Sampel darah vena / arteri + antikoagulan EDTA
 Reagen : Larutan Hayem  berisi pengencer dan cat
 Cover glass

e. Prosedur pemeriksaan
(1) Siapkan kamar hitung, beri gelas penutup di atasnya
(2) Letakkan kamar hitung di bawah mikroskop (mendatar) dengan pembesaran
obyektif 45x, cari daerah hitungnya.
(3) Hisap darah-EDTA dengan pipet Thoma untuk Eritrosit sampai tanda 0.5 dan
encerkan dengan reagen (larutan Hayem) sampai tanda 101 → pengenceran
(dilusi) 200x
(4) Campur larutan darah-Hayem ( kocok pipet dgn arah tegak lurus sumbu
pipet) selama 2 menit.
(5) Buang ± 4 tetes Larutan Darah-Hayem dari pipet  karena bahan yang
terakhir dihisap adalah larutan hayem, sehingga menghindari kesalahan
dalam penghitungan akibat tetesan pertama di kamar hitung berupa larutan
Hayem
(6) Isikan larutan Darah-Hayem ke dalam kamar hitung melalui tepi cover-glass
(7) Hitung eritrosit pada kotak R1, R2, R3, R4, dan R5 dengan cara di bawah.

f. Cara menghitung eritrosit


(1) Hitung eritrosit pada kotak R1, R2, R3, R4, dan R5
(2) Hitung sel secara sistematik dengan :
(a) Sel yang terletak atau menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas 
dihitung
(b) Sel yang terletak atau menyinggung garis batas sebelah kanan dan
bawah  tidak dihitung.
(c) Bila garis batasnya berupa tiga garis sejajar, sel yang dihitung adalah sel
yang terletak atau menyinggung garis tengah batas kiri dan atas / dalam
(3) Kalkulasi : 10.000 N

2
1

5 6
Keterangan :
1. Sel berada di dalam kotak  dihitung dalam kotak tersebut (sesuai panah)
2. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian atas / dalam  dihitung
dalam kotak di bawahnya (sesuai panah)
3. Sel berada / menyinggung di garis sebelah kanan kotak  dihitung dalam
kotak di kanannya (sesuai panah)
4. Sel berada / menyinggung di garis sebelah atas kotak  dihitung dalam
kotak di bawahnya (sesuai panah)
5. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian tengah  dihitung dalam
kotak di bawahnya (sesuai panah)
6. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian bawah / luar  tidak
dihitung dalam 1 kotak besar (yang dibatasi 3 garis sejajar)

Contoh :

4 7 2 5

1 5 5 5

5 7 5 5

6 4 8 6
g. Sebab kesalahan dalam hitung eritrosit
(1) Alat dan reagensia tidak sempurna (ujung pipet tidah utuh, lar. Hayem kotor)
(2) Kesalahan teknik pemeriksaan
(3) Kelelahan pemeriksa
(4) Bias

Besar kesalahan penghitungan dengan alat ini adalah 7,8%

h. Interpretasi hasil
 Penurunan jumlah eritrosit
 Anemia : penurunan Hb, Ht dan jumlah eritrosit
 Keganasan : limfoma, multipel mieloma, leukemia, SLE,
 Peningkatan jumlah eritrosit (eritrositosis)
 Primer : polisitemia vera
 Sekunder : penyakit paru, tempat tinggi, perokok, Hb pathy,
penyakit ginjal
 Relatif : dehidrasi
3. Pemeriksaan Hitung Leukosit
a. Tujuan pemeriksaan : Untuk menetukan jumlah total leukosit untuk melihat
adanya leukositosis / leukopenia
b. Leukosit

c. Nilai normal
 Laki-laki : 4.700 – 10.300/cmm
 Perempuan : 4.300 – 11.300/cmm
 Neonatus : 10.000 – 30.000/cmm
Faktor yang mempengaruhi :
 Variasi diurnal : jumlah pada siang hari > pagi
 Leukosit meningkat : olah raga, tegang, cemas
d. Alat dan Bahan
Alat
 Kamar hitung Improved Neubauer

Bagian – bagian kamar hitung Improved Neubauer :


 Ruled area : sebagai counting chamber  kamar hitung eritrosit
 Raised ridge : penyangga cover glass untuk menutup ruled area

1 2

W
3 4
W

W W
W : Kamar hitung leukosit  W1 – W4
 Pipet pengencer dari Thoma untul Lekosit

11

 Pipet berwarna putih


 Memiliki skala 0 – 11  pengenceran 20x

 Mikroskop

Bahan
 Sampel darah vena / arteri + antikoagulan EDTA
 Reagen : Larutan Turk  berisi pengencer dan cat
 Cover glass

e. Prosedur pemeriksaan
(1) Siapkan kamar hitung, beri gelas penutup diatasnya.
(2) Letakkan kamar hitung dibawah mikroskop (mendatar) dengan pembesaran
obyektif 10x, cari daerah hitungnya.
(3) Hisap darah-EDTA dengan pipet Thoma untuk Leukosit sampai tanda 0,5 dan
encerkan degan reagen (larutan Turk) sampai tanda 11 → pengenceran
(dilusi) 20 x.
(4) Campur larutan darah-Turk ( kocok pipet dgn arah tegak lurus sumbu pipet)
selama 2 menit.
(5) Buang ± 4 tetes Larutan Darah-Turk dari pipet  karena bahan yang terakhir
dihisap adalah larutan hayem, sehingga menghindari kesalahan dalam
penghitungan akibat tetesan pertama di kamar hitung berupa larutan Hayem
(6) Isikan larutan Darah-Turk berikutnya ke dalam kamar hitung melalui tepi
cover-glass.
(7) Hitung Lekosit pada kotak W1, W2, W3, dam W 4

f. Cara menghitung leukosit


(1) Hitung leukosit pada kotak W1, W2, W3, dan W4
(2) Hitung sel secara sistematik dengan :
(a) Sel yang terletak atau menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas 
dihitung
(b) Sel yang terletak atau menyinggung garis batas sebelah kanan dan
bawah  tidak dihitung.
(c) Bila garis batasnya berupa tiga garis sejajar, sel yang dihitung adalah sel
yang terletak atau menyinggung garis tengah batas kiri dan atas / dalam
(3) Kalkulasi : 50 N

2
1

5 6
Keterangan :
1. Sel berada di dalam kotak  dihitung dalam kotak tersebut (sesuai panah)
2. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian atas / dalam  dihitung
dalam kotak di bawahnya (sesuai panah)
3. Sel berada / menyinggung di garis sebelah kanan kotak  dihitung dalam
kotak di kanannya (sesuai panah)
4. Sel berada / menyinggung di garis sebelah atas kotak  dihitung dalam
kotak di bawahnya (sesuai panah)
5. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian tengah  dihitung dalam
kotak di bawahnya (sesuai panah)
6. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian bawah / luar  tidak
dihitung dalam 1 kotak besar (yang dibatasi 3 garis sejajar)

Contoh :
2 1 2 2

1 5 1 1

2 0 0 0

Kepotong

g. Sebab kesalahan dalam hitung leukosit


(1) Alat dan reagensia tidak sempurna (ujung pipet tidah utuh, lar. Hayem kotor)
(2) Kesalahan teknik pemeriksaan
(3) Kelelahan pemeriksa
(4) Bias
Besar kesalahan penghitungan dengan alat ini adalah 10%

h. Interpretasi hasil

Keadaan Penjelasan Interpretasi klinik


Leukositosis Jumlah leukosit lebih dari Leukositosis fisiologik
nilai normal  kerja fisik yang berat
 gangguan emosi (stress,
takut, menangis)
 kejang
 takhikardi paroksismal
 partus dan haid
 mual dan muntah
 kesakitan
 cuaca ekstrim  klinis tidak
ada kelainan

Leukositosis patologik
selalu diikuti oleh peningkatan
absolut dari salah satu atau lebih
jenis leukosit seperti leukositosis
dengan netrofilia
 Kebutuhan meningkat 
Infeksi & inflamasi akut
 Produksi meningkat secara
primer :
 Leukemia
 polisitemia vera
 trauma/operasi
 zat toksik
 keganasan
 hemolisis / perdarahan
akut
 nekrosis jaringan
 obat (epinefrin /
adrenalin, ether)
 Pemusnahan menurun 
pasca splenektomi.
 Pengaruh obat  steroid
Leukopenia Jumlah leukosit kurang dari  Produksi berkurang 
nilai normal depresi SST  Infeksi virus,
obat, leukemia, anemia
aplastik, anemia perniciosa,
 Pemusnahan meningkat 
hipersplenisme
 Penghancuran meningkat 
Immune associated
neutropenia
4. Pemeriksaan Hitung Trombosit
a. Tujuan pemeriksaan : Untuk menetukan jumlah total leukosit untuk melihat
adanya trombositosis / trombositopenia
b. Trombosit

 Dimainkan mikro, trombosit akan terlihat jelas


c. Nilai normal
Normal: 150.000 – 400.000/ cmm

d. Alat dan Bahan


Alat
 Kamar hitung Improved Neubauer
Bagian – bagian kamar hitung Improved Neubauer :
 Ruled area : sebagai counting chamber  kamar hitung eritrosit
 Raised ridge : penyangga cover glass untuk menutup ruled area

1 2

3
T 4
T

T T
W : Kamar hitung leukosit = trombosit  T1 – T4
 Pipet pengencer dari Thoma untuk eritrosit = trombosit

 Pipet ada tanda merah di bagian mixing chamber


 Memiliki skala 0 – 101  pengenceran 200x
 Mikroskop

Bahan
 Sampel darah vena / arteri + antikoagulan EDTA
 Reagen : Larutan Rees Ecker  berisi pengencer dan cat
 Cover glass
e. Prosedur pemeriksaan
 Sama dengan hitung eritrosit  pipet penghisap dari Throma
 Kamar hitung yang digunakan adalah kamar hitung untuk lekosit, namun
dengan pembesaran mikroskop obyektif 45X.

 Sesudah larutan dimasukkan ke dalam kamar hitung, diamkan (inkubasi) ± 10


menit agar trombosit mengendap.
 Untuk mencegah kekeringan selama inkubasi, masukkan kamar hitung ke
dalam cawan petri yang telah berisi kapas basah

f. Cara menghitung trombosit


(1) Langsung : dengan kamar hitung
(a) Hitung leukosit pada kotak W1, W2, W3, dan W4
(b) Hitung sel secara sistematik dengan :
 Sel yang terletak atau menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas
 dihitung
 Sel yang terletak atau menyinggung garis batas sebelah kanan dan
bawah  tidak dihitung.
 Bila garis batasnya berupa tiga garis sejajar, sel yang dihitung adalah
sel yang terletak atau menyinggung garis tengah batas kiri dan atas /
dalam
(c) Kalkulasi : 500 N
Note : Hitung trombosit cara langsung ini harus selalu dikontrol dengan
pemeriksaan hapusan darahnya (hitung tak langsung)

2
1

5 6

Keterangan :
1. Sel berada di dalam kotak  dihitung dalam kotak tersebut (sesuai panah)
2. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian atas / dalam  dihitung
dalam kotak di bawahnya (sesuai panah)
3. Sel berada / menyinggung di garis sebelah kanan kotak  dihitung dalam
kotak di kanannya (sesuai panah)
4. Sel berada / menyinggung di garis sebelah atas kotak  dihitung dalam
kotak di bawahnya (sesuai panah)
5. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian tengah  dihitung dalam
kotak di bawahnya (sesuai panah)
6. Sel berada / menyinggung garis sejajar bagian bawah / luar  tidak
dihitung dalam 1 kotak besar (yang dibatasi 3 garis sejajar)
(2) Tidak langsung : dengan hapusan darah tepi

g. Sebab kesalahan dalam hitung trombosit


(1) Alat dan reagensia kotor. Trombosit sukar dibedakan dengan kotoran yang
ukurannya sama besar.
(2) Trombosit menggerombol dan darah membeku. Untuk menghindarinya,
pengenceran harus dilakukan dengan cepat
(3) Penyebab kesalahan lain sama dengan hitung eritrosit.

h. Interpretasi hasil
 Trombositosis (peningkatan jumlah)
(1) Primer : trombositosis esensial  keganasan hematologi
(2) Reaktif : jumlah trombosit < 1.000.000/ul
 Anemia defisiensi besi
 Anemia hemolitik
 Acute blood loss
 Trombositopenia (penurunan jumlah)
(1) Jumlah trombosit < 20.000/ul darah : perdarahan spontan,
pemanjangan masa perdarahan (BT), ptechiae, ecchymosis
(2) Gangguan produksi
(3) Peningkatan pemecahan
(4) Peningkatan pemakaian
(5) Sekuestrasi di limpa
5. Pemeriksaan Hapusan Darah Tepi
a. Hemopoiesis

b. Definisi
Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood film)
merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu sisinya di
lapisi dengan lapisan tipis darah vena. Lalu diwarnai dengan pewarnaan
(biasanya Giemsa, Wright) dan diperiksa di bawah/ dengan menggunakan
mikroskop.

c. Indikasi pemeriksaan
(1) Hasil hitung sel eritrosit / leukosit / trombosit / ketiganya yang abnormal
 Anemia/ Polisitemia
 Leukopenia / Leukositosis
 Trombositosis / Trombositopenia
 Pansitopenia
(2) Perdarahan
(3) Curiga infeksi parasit
(4) Curiga keganasan
d. Tujuan pemeriksaan
(1) Menilai unsur darah tepi (eritrosit, leukosit, trombosit)
(2) Mencari adanya parasit (mikrofilaria, malaria, dsb)

e. Pembuatan sediaan hapusan darah tepi


(1) Syarat pembuatan sediaan hapusan darah tepi
(a) Objek glass harus bersih,kering dan bebas lemak
(b) Segera dibuat setelah darah diteteskan, karena jika tidak :
 Persebaran sel tidak rata
 Leukosit akan terkumpul pada bagian tertentu
 Clumping trombosit
(2) Alat dan Bahan
Alat
 Objek glass
 Gelas penghapus (cover glass/objek glass)
 Pipet tetes
 Tabung kecil tempat darah
 Larutan Giemsa
Bahan : Darah vena yang sudah dikasih antikoagulan EDTA

(3) Teknik pembuatan


Counting
area
(4) Ciri sediaan hapusan darah tepi yang baik
(a) Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek (Panjangnya 1⁄2 - 2⁄3
kaca objek)
(b) Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa 
counting area
Pada bagian itu eritrosit tidak menumpuk dan tidak menyusun
gumpalan rouleaux
(c) Pinggir sediaan harus rata tidak boleh ada bergaris-garis atau
berlubang-lubang
(d) Ujung sediaan tidak boleh seperti bendera sobek
(e) Penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit tidak boleh
menumpuk pada pinggir atau tepi sediaan.

f. Evaluasi hapusan darah tepi


(1) Eritrosit
Evaluasi : 3S (Size, Shape, Staining)
(a) Size / ukuran
 Parameter : ukuran eritrosit normal = ukuran inti limfosit kecil (inti
besar, sitoplasma sedikit)
 Cara pengukuran : dalam lapang pandang yang akan diperiksa,
harus ada sel limfosit kecil sebagai pembanding.
Apabila tidak ada, maka ukuran eritrosit tidak bisa dievaluasi 
geser di lapang pandang lain

Ukuran eritrosit dapat dievaluasi Ukuran eritrosit tidak dapat dievaluasi


 Kriteria :
 Normositer : ukuran sel = ukuran inti limfosit kecil

 Mikrositer : ukuran sel < ukuran inti limfosit kecil

 Makrositer : ukuran sel > ukuran inti limfosit kecil


(b) Shape / bentuk
 Bentuk
 Normal : bulat, cakram bikonkaf  seperti donat

 Abnormal

 Interpretasi hasil
 Anisositosis : bentuk sel normal (bulat), tetapi
ukuran bervariasi
 Anisopolikilositosis : bentuk dan ukuran sel bervariasi
Pada hal ini  bentuk sel eritrosit abnormal yang ditemukan
dalam lapang pandang tersebut harus disebutkan

1
4

Anisopolikilositosis dengan ditemukan : sel tear drop (1),


fragmentosit (2), sel target (3), eliptosis (4) positif

(c) Staining / warna


 Parameter : central pallor (bagian pucat di tengah) tidak lebih dari
1/3 bagian sel
 Interpretasi hasil
 Normokromik : cetral pallor = 1/3 bagian sel
 Hipokromik : central pallor > 1/3 bagian sel

Normoblast
 Normoblast
 Merupakan eritrosit yang masih muda dan memiliki inti
 Normalnya ditemukan hanya pada sumsum tulang, tidak pada
darah tepi
 Apabila ditemukan pada apusan darah tepi  hemopoiesis extra
medullaris
 Gambar

Retikulosit / Sel Polikromasia


 Retikulosit
 Sel darah merah muda  mengandung sisa ribosom dan sisa
asam ribonukleat
 Ukuran lebih besar dari SDM.
 Dijumpai pada sumsum tulang ataupun darah tepi
 Retikulosit dijumpai dalam sumsum tulang, setelah mengalami
maturasi selama 2 hari → dilepaskan ke darah tepi, beredar
selama 1 hari untuk kemudian menjadi eritrosit matur
 Gambar

 Penghitungan
 Dilakukan dengan menghitung retikulosit dalam 1000 eritrosit,
dinyatakan dalam % .
 Hitung retikulosit yg tepat dapat mencerminkan aktivitas
eritropoisis  keganasan
 Nilai normal
 Dewasa : 0.8 - 1.5 %
 Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %
 Bayi : 0.5 - 3.5 %
 Anak : 0.5 - 2.0 %
 Interpretasi hasil
 Retikulosit meningkat  eritropoiesis meningkat
 Anemia (hemolitik, sel sabit)
 Talasemia mayor
 Perdarahan kronis
 Pasca perdarahan (3 - 4 hari)
 Pengobatan anemia (defisiensi zat besi, vit B12, asam folat),
 Leukemia
 Eritroblastosis fetalis (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir)
 Penyakit hemoglobin C dan D
 Kehamilan
 Retikulosit menurun  eritropoiesis inefektif
 Gangguan sum.tulang (hipoplasia, infiltrasi sel – sel ganas)
 Defisiensi Mineral, Vitamin, Protein
 Eritropoisis inefektif atau kadar Eritropoitin rendah

(2) Leukosit
(a) Kesan Jumlah Sel
 Menaksir jumlah leukosit  pembesaran 100x

 Kesan jumlah sel leukosit :


 Dalam batas normal : 20 – 50 sel/lapang pandang
 Meningkat : > 50 sel/lapang pandang
 Menurun : < 20 sel/lapang pandang

(b) Hitung jenis leukosit (Diff count)


 Prinsip
 Menghitung dan mengelompokkan lekosit yang tampak pada
hapusan darah tepi untuk menentukan jumlh relatif tiap jenis
leu kosit.
 Jumlah sel yang dihitung umumnya adalah 100 sel (makin
banyak leukosit yang diamati, makin baik)

 Pelaporan
Hasil penghitungan yang diperoleh ditulis sebagai berikut:
Eo/Ba/St/Seg/Ly/Mo
1 / 3 / 6 / 49 / 33 / 8

 Teknik Pemeriksaan
1. Memeriksa hapusan darah dengan obyektif 100 kali dengan
menggunakan minyak emersi.
2. Penghitungan differential dilakukan di daerah penghitung
(counting area), yaitu daerah tempat eritrosit berdampingan
satu dengan yang lainnya dan tidak saling bertumpukan.
Penghitungan dimulai dari satu sisi dan bergerak ke sisi yang
lain, lalu bergeser ke kiri atau ke kanan menuju sisi semula dan
seterusnya.

3. Ditentukan jumlah 6 jenis sel darah putih yaitu eosinofil,


basofil, stab netrofil, segmen netrofil, limfosit, dan monosit.
4. Untuk memudahkan penghitungan, dapat dibuat kolom-kolom
untuk macam-macam lekosit dan masing-masing dibagi
menjadi sepuluh
5. Lekosit yang kita lihat mula-mula dicatat dalam kolom 1. Bila
jumlah kolom ini sudah 10, maka kita pindah untuk mengisi
kolom 2, dan seterusnya hingga kolom 10. Setelah masing-
masing kolom mengandung 10 lekosit, maka kita sudah
mendapat 100 sel. Kemudian, dihitung jumlah masing-masing
jenis lekosit pada kolom 11
Contoh :

6. Kelainan-kelainan dan variasi dari lekosit perlu dicatat.


Misalnya: vakuolisasi, adanya butir-butir toksis,
hipersegmentasi, dan lain sebagainya

 Fungsi dan nilai rujukan jenis leukosit


 Morfologi

No. Jenis sel Gambar Ciri


1. Basofil  Inti dalam lobus
tdk teratur,
tertutup granula2
 Granula tidak
merata di seluruh
sitoplasma
 Sitoplasma
biru/basa
2. Eosinofil  Inti bilobus KHAS
 Granula
sitoplasma kasar,
besar, dan merata
di seluruh
sitoplasma
 Sitoplasma warna
merah jambu

3. Neutrofil Neutrofil band Neutrofil band


 Nukleus bentuk
batang, huruf T,
lonjong
 Sitoplasma
banyak dan
kemerah-
merahan
 Granula kecil –
kecil
 Bagian tersempit
dari inti sel
memiliki
diameter > 1/3
lebar inti

Neutrofil segmen Neutrofil segmen


 Inti dengan
beberapa lobus
(2-5 lobus)
 Sitoplasma warna
merah jambu
muda (terbening)
 Granula halus,
warna merah
jambu juga
 Bagian tersempit
dari inti sel
memiliki
diameter < 1/3
lebar inti

4. Limfosit  Agranulosit
 Inti bulat hampir
memenuhi
sitoplasma
 Sitoplasma basa
lemah  biru
muda
5. Monosit  Agranulosit
 Inti lonjong,
bentuk ginjal atau
tapal kuda
(kadang2 ga jelas
bentuknya kyk
gambar yg di
bawah)
 Inti besar
 Sitoplasma sedikit
basofilik
 Interpretasi Hasil

No. Jenis sel Keadaan Keterangan Interpretasi hasil


1. Basofil Basofilia jumlah  polisitemia vera
basofil lebih  leukemia granulositik
dari 100/µl kronik
darah  alergi seperti
eritroderma, urtikaria
pigmentosa dan kolitis
ulserativa
Basopenia Penurunan  Tidak terlalu bermakna
jumlah secara klinis
basofil  Biasanya akibat
peningkatan sel lain
2. Eosinofil Eosinofilia jumlah  alergi dan infestasi
eosinofil parasit seperti cacing
lebih dari  penyakit kulit kronik
300/µl darah  infeksi dan infestasi
parasit
 kelainan hemopoiesis
seperti polisitemia vera
dan leukemia
granulositik kronik
Eosinopenia jumlah  Keadaan stress (syok,
eosinofil luka bakar, perdarahan
kurang dari dan infeksi berat)
50/µl darah  Hiperfungsi koreks
adrenal
 Pengobatan dengan
kortikosteroid
 Akibat peningkatan sel
lain
3. Neutrofil Neutrofilia jumlah  infeksi bakteri akut
netrofil lebih  keracunan bahan kimia
dari 7000/µl dan logam berat
dalam darah  gangguan metabolik
tepi seperti uremia,
nekrosis jaringan,
Neutrofil band kehilangan darah dan
kelainan
mieloproliferatif
Neutrofil segmen
Neutropenia jumlah  Gangguan
netrofil pembentukan netrofil
kurang dari di SST  penyakit
3000/µl hematologi seperti
darah leukemia, infeksi virus,
obat, radiasi,
metastase tumor
 Meningkatnya neutrofil
yang disimpan pinggir
pembuluh darah
(margin pool)
 Akibat pemendekan
umur netrofil 
banyak terpakai,
sekuestrasi di limpa,
autoimun
 Tidak diketahui
penyebabnya
(idiopatik)  pada
infeksi seperti tifoid,
infeksi virus, protozoa
dan rickettsia dan pada
hronic idiopathic
neutropenia
Istilah  Shift to the left :
Khusus peningkatan proporsi
netrofil
imatur/berlobus satu
(netrofil-batang pada
hitung jenis)
 Shift to the right :
peningkatan proporsi
netrofil matur/berlobus
banyak (netrofilsegmen
pada hitung jenis)
4. Limfosit Limfositosis peningkatan  Infeksi virus (morbili,
jumlah mononukleosis
limfosit lebih infeksiosa)
dari 8000/µl  Infeksi kronik
pada bayi (tuberkulosis, sifilis,
dan anak- pertusis)
anak serta  Kelainan
lebih dari limfoproliferatif
4000/µl (leukemia limfositik
darah pada kronik dan
dewasa makroglobulinemia
primer)
Limfopenia jumlah  Produksi limfosit
limfosit menurun (penyakit
kurang dari Hodgkin, sarkoidosis)
1000/µl  Penghancuran yang
darah pada meningkat (radiasi,
dewasa dan kortikosteroid dan
kurang dari obat-obat sitotoksis)
3000/µl  Kehilangan yang
darah pada meningkat (thoracic
anak-anak. duct drainage dan
protein losing
enteropathy)
5. Monosit Monositosis jumlah  penyakit
monosit lebih mieloproliferatif
dari 750/µl (leukemia monositik
pada anak akut dan leukemia
dan lebih dari mielomonositik akut)
800/µl darah  Penyakit kollagen (SLE,
pada orang reumatoid artritis)
dewasa  Penyakit infeksi oleh
bakteri, virus, protozoa
maupun jamur.
Monopenia Penurunan  Tidak terlalu bermakna
jumlah secara klinis
monosit  Biasanya akibat
peningkatan sel lain
(c) Adanya sel muda
Granulopoiesis

Tahapan :

Mieloblast

Promieloblast

Mulai dapat dibedakan


Mielosit differensiasi sel

Metamielosit

Band
Berada di darah tepi

Segmen

No. Jenis Sel Muda Ciri Gambar


1. Mieloblast  Ukuran sel lebih besar dari
sel matur
 Inti sel bulat
 Nukleolus (+)
 Di tepi sitoplasma terdapat
batas bitu
2. Promieloblast  Ukuran sel lebih besar dari
sel matur
 Inti sel bulat
 Nukleolus (+)

3. Mielosit  Ukuran sel lebih besar dari


sel matur
 Inti sel bulat
 Nukleolus (–)

4. Metamielosit  Ukuran sel lebih besar dari


sel matur
 Inti sel bulat
 Nukleolus (–)
 Bentuk inti mulai berlekuk

Note : Bentukan sel yang nekrosis  inti sel tidak beraturan


(d) Morfologi abnormal

No Kelainan Gambar Keterangan


1. Granula toksik  Pada pasien infeksi
berat / sepsis
 Ditemukan granula
berwarna gelap  berisi
enzim yang diagregasi
secara abnormal
2. Hipersegmentas Ditemukan pada anemia
i neutrofil megaloblastik

3. Dohle bodies  Ditemukan pada


penderita dengan
infeksi berat, luka bakar,
keganasan atau lisis sel
yang berlebihan,
kehamilan
 Sitoplasma neutrofil
ditemukan suatu massa
yang besar yang
berbentuk bulat dan
berwarna biru pucat
 Terbentuk karena
agregasi Retikulum Endo
plasma.
4. Vakuolisasi  Ditemukan pada infeksi
berat dan keracunan
 Sitoplasma bervakuola
 Sering ditemukan
bersama granula toksik
5. Basket cell / CLL (Chronic Limfoid
smudge cell Leukemia)
(3) Trombosit
(a) Kesan Jumlah Sel
 Menaksir jumlah trombosit dengan cara tak langsung
 Cara tak langsung  dengan membuat hapusan darah tepi dan
dihitung jumlah trombositnya (pembesaran 100X ).
Contoh :
 FN 18 : jumlah trombosit dalam 18 lapang pandang X 1000 =
jumlah trombosit/mm³
 FN 11 : juml trombosit dalam 11 lapang pandang X 1000 =
jumlah trombosit/mm³.
 Nilai rujukan :
 Laki-laki : 4.700 – 10.300/cmm
 Perempuan : 4.300 – 11.300/cmm
 Neonatus : 10.000 – 30.000/cmm
 Evaluasi taksiran jumlah per lapang pandang (pembesaran 100X )
Kesan jumlah sel trombosit :
 Dalam batas normal : 8 – 20 sel/lapang pandang
 Meningkat : > 20 sel/lapang pandang
 Menurun : < 20 sel/lapang pandang

(b) Morfologi
 Gambar
 Evaluasi
 Bentuk dan ukuran sama
 Bentuk sama, ukuran bervariasi : anisositosis
 Bentuk dan ukuran bervariasi : anisopolikilositosis

g. Pemeriksaan Hapusan Darah Tepi pada Kasus Keganasan Hematologi

No. Leukemia Akut Leukemia Kronik


1. Jumlah sel muda > 20% Jumlah sel muda < 5%
2. Maturation arrest Dapat ditemukan seluruh stadium sel (sel
Jarang ditemukan sel matur di apusan immatur – sel matur) di apusan darah
darah tepi tepi
3. Anemia berat Anemia ringan – normal
Sel eritrosit tidak rapat Sel eritrosit rapat
Kerapatan sel eritrosit  derajat anemia
4. Trombositopenia berat Trombositopenia ringan - normal
Note. Asal sel leukemia :
 Sel myeloblast : bentuk inti sel tidak beraturan
 Sel limfoblast : bentuk inti sel lebih bulat

Apabila sel imatur sebanyak 5 – 20 %  Reaksi Leukemoid  Sindrom Mielodisplastik

Cara membedakan infeksi dan keganasan pada apusan darah tepi

No. Pembeda Infeksi Keganasan


1. Hitung jenis Meningkat  beberapa jenis Meningkat
2. Sel immatur - +
Daftar Pustaka

Theml, Harald, M.D. 2004. Color Atlas of Hematology – Practical Microscopic and Clinical
Diagnosis. New York : Thieme

Slide Darah Lengkap (II) : dr. Rini Riyanti, Sp.PK

Slide Hemopoiesis dan darah lengkap 2011 : dr. Frida

Slide Darah Lengkap : Dr.Indah Widyaningsih – Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya


Kusuma Surabaya

Slide Pemeriksaan Hematologi : dr. Fatma C. Wijaya, Sp.PK - Bagian Patologi Klinik FK-UR/RSUD
Arifin Ahmad Pekanbaru

Slide Praktikum Patologi Klinik Cardio

Slide Praktikum Patologi Klinik Lambda

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/hitung-retikulosit.html

Anda mungkin juga menyukai