Oleh :
Henggar Allest Pratama 122010101080
Pembimbing
dr. Bagas Kumoro , Sp.M
1. Apa dasar diagnosis ulkus kornea pada kasus tersebut? Mengapa bisa terjadi semua
kornea berwarna hijau ( fluoresensi positif di semua lapang kornea)?
Prinsip fluoresin tes adalah zat warna fluoresin akan berwarna hijau jika terdapat defek
pada epitel kornea. Hal ini terjadi karena epitel yang rusak akan melepaskan lipid di
membrane sel. Fluoresin tes akan berubah warna menjadi kehijauan karena berikatan
dengan lipid tersebut..
Definisi ulkus kornea adalah adanya diskontinuitas jaringan yang lebih dalam dari epitel.
Sehingga apabila terwarnai fluoresin maka hanya teinya saja yang terwarnai, tengahnya
tidak karena defeknya lebih dalam dari epitel.
Pada kasus ini fluoresin meluas hingga ke seluruh lapangan kornea. Kemengkinannya
adalah ulkus yang terjadi di seluruh kornea namun telah terjadi epitelisasi yang belum
sempurna sehingga epitel yang belum terbentuk sempurna akan terwarnai pada fluoresin.
Fluoresin positif pada seluruh lapangan kornea menandakan adanya ulkus yang meluas
hingga ke seluruh lapangan kornea dalam waktu cepat. Berdasarkan onsetnya, ini
mengarahkan diagnose bakteri infeksi yang menyebabkan infeksi ini adalah
Pseudomonas. Pseudomonas dicirikan sebagai ulkus yang dapat menyebar dengan cepat
karena mampu memproduksi enzim proteolitik dan dapat menyebabkan melting ulcer.
Melting ulcer adalah hilangnya stroma secara progresif dalam waktu kurang dari 24 jam
akibat adanya proteolitik dan kolagenase yang dihasilkan oleh Pseudomonas. Namun
melihat hipopion yang terjadi sangat luas, juga mengarahkan bakteri penyebabnya kea rah
Streptococcus/Staphylococcus. Dapat dilakukan parasintesis untuk dilakukan kultur dan
pengecatan untuk mengetahui apakah hipopion tersebut steril ataukah ada kuman.
d. Persepsi
Adalah diterjemahkannya impuls listrik di korteks serebri.
Pada penatalaksanaan nyeri dengan farmakologis, yang perlu diperhatikan adalah ada 3
hambatan yang dapat dilakukan untuk menghambat nyeri, yaitu pada tahap transduksi,
transmisi, dan modulasi.
NSAID bekerja dengan menghambat zat-zat kimia, terutama (prostaglandin E2) pada nerve
ending sehingga menghambat transduksi. Golongan NSAID yang efektif sebagai analgetik
adalah ibuprofen, indometasin, na diclofenac, asam mefenamat, piroksicam, metamizole,
ketorolac. Ketorolac adalah NSAID yang memiliki efek paling baik dan kuat.
Anestesi local dapat memblok transmisi karena dapat memblok perjalanan impuls dari nerve
ending menuju ke korteks serebri. Anestesi local seperti lidocaine atau anestesi topical
bermanfaat pada kasus-kasus tertentu yang terdapat inflamasi local.
Terapi yang paling tinggi untuk memblok adalah dengan sistemik, yang merupakan gold
standar pengelolaan antinyeri. Namun memiliki beberapa efek samping sistemik. Opioid
umumnya digunakan untuk nyeri sedang-berat. Pada nyeri sedang dapat digunakan codein,
sedangkan jika nyeri berat dapat digunakan metadon, petidin, ataupun morfin.
Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat
pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat
tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah
sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,
makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.