an Initial Manifestation of Mild Hemophilia A in a Child Gayatri S, Lily Daniel*,Vaishnavi R, Yamuna Devi, S.Shuba, Julius Xavier Scott,Anupama Chandrasekarc, Aruna Rajendran Department of Ophthalmology, Department of Paediatrics, Department Of Radiology,Sri Ramachandra Medical College & Research Institute,Sri Ramachandra University, Porur, Chennai 600 116 Latar belakang Perdarahan subperiosteum dapat terjadi akibat dari trauma, blood dyscriasis dan keganasan pada darah yang ditandai dengan onset akut, gangguan visual dan oftalmoplegia. Perdarahan subperiosteum yang mengikuti perdarahan subgaleal merupakan suatu indikator yang buruk terutama saat diikuti dengan oftalmoplegia, neuropati kompresi dan paparan kornea. Tujuan Untuk mengevaluasi pengaruh faktor hemofilia terhadap insiden perdarahan Subgaleal dan proptosis bilateral Desain Studi retropeksi Metodologi -Tinjauan data secara retropektif pada pasien anak usia 9 tahun Hasil -Koagulasi terdiri dari jalur intrinsik dan ekstrinsik yang membantu pembentukan bekuan fibrin yang stabil di lokasi cedera. Faktor VIII dan IX ketika diaktifkan, bekerja sama untuk membelah dan mengaktifkan faktor X, yang sangat penting untuk konversi fibrinogen menjadi fibrin. Hemofilia diklasifikasikan berdasarkan tingkat prokoagulan plasma separah (F VIII)
-Proptosis biasanya kejadian akhir dalam
kasus hematoma subgaleal, alasannya karena konfigurasi anatomi septum orbital, yang bertindak sebagai penghalang antara struktur wajah dan orbital. Septum orbital memanjang dari periosteum ke kelopak mata atas, pencampuran anterior dengan aponeurosis levator kontinuitas ini hilang di wilayah canthal lateral, menciptakan komunikasi antara ruang subgaleal dan ruang periorbital.
-Subperiosteal berdarah bisa spontan atau
dapat hasil dari trauma, perdarahan diatesis, penyakit pembuluh darah, lymphangiomas dan hemangioma kavernosum.
-Mild hemofilia A harus dianggap sebagai
faktor penyebab pada anak laki-laki yang datang dengan perdarahan subgaleal dan proptosis yang timbul dari perdarahan subperiosteal. Kesimpulan Perdarahan subperiosteum dapat terjadi baik secara spontan maupun akibat dari trauma, bleeding diathesis, penyakit vaskular, limfangioma, dan hemangioma kavernosa. Hemofilia A ringan dapat menjadi penyebab perdarahan subgaleal pada anak-anak dan proptosis akibat perdarahan subperiosteum. Diagnosis dini dan terapi pengganti faktor VIII pada kasus perdarhan subgaleal akibat defisiensi faktor VIII dapat mencegah perburukan visus pasien. Rangkuman hasil pembelajaran Hemofilia A merupakan kelainan terkait kromosom X yang ditandai dengan defisiensi faktor VIII yang dapat diturunkan atau akibat dari mutasi gen. Defisiensi faktor VIII ini dapat menyebabkan perdarahan spontan pada subgaleal yang ditandai dengan hematom orbita dan proptosis bilateral. Prognosis penyakit ini buruk apabila diikuti dengan penurunan visus, RAPD, oftalmoplegia eksterna dan keratopati eksposure. Diagnosis dini dan terapi pengganti faktor VIII pada kasus perdarahan subgaleal akibat defisiensi faktor VIII dapat mencegah perburukan visus pasien. Hemofilia A merupakan suatu kelainan terkait kromosom X yang ditandai dengan defisiensi faktor VIII yang dapat diturunkan atau akibat dari mutasi gen. Normalnya ketika faktor VIII dan IX diaktifkan, akan terjadi aktivasi faktor X yang nantinya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Namun apabila terjadi defisiensi faktor VIII makan akan terjadi hambatan perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Sehingga akan terjadi hambatan pembekuan darah. Proptosis merupakan tanda akhir dari hematom subgaleal. Hal ini terjadi karena septum orbita bertindak sebagai pembatas antara fasialis dengan struktur orbita. Perdarahan subperiosteum dapat terjadi baik secara spontan maupun akibat dari trauma, bleeding diathesis, penyakit vaskular, limfangioma, dan hemangioma kavernosa. Hemofilia A ringan dapat menjadi penyebab perdarahan subgaleal dan proptosis pada anak-anak akibat perdarahan subperiosteum. Selain itu defisiensi faktor XII atau faktor IX juga dapat menyebabkan hematom subgaleal dan orbita. Apabila pada pasien dengan perdarahan subgaleal mengalami penurunan visus, RAPD, oftalmoplegia eksterna dan keratopati eksposure maka hal tersebut dapat menjadi indikator prognosis yang buruk. Apabila pasien tidak disertai dengan perdarahan subgaleal, dapat diberikan terapi pengganti faktor VIII dan terapi suportif untuk memperbaiki proptosis. Namun penggantian faktor VIII akan sia-sia apabila pasien memiliki antibodi faktor VIII. Apabila pasien mengalami kompartemen sindrom pada orbita, dapat dilakukan dekompresi orbita. Kemampuan membuat diagnosis lebih awal terhadap penyakit-penyakit hematologi dan diikuti dengan terapi pengganti faktor VIII dapat mencegah perburukan visus pasien. Terutama apabila pasien mengalami perdarahan subgaleal dan perdarahan subperiosteum bilateral.