Anda di halaman 1dari 13

Karakteristik Straylight pada Mata Miopia orang Normal yang berusia muda

dan Perubahan Sebelum dan Setelah LASIK

Tujuan. Untuk meneliti karakteristik straylight dan faktor yang relevan pada mata
miopia orang normal yang orang berusia muda dan untuk menilai perubahan
straylight dan kemungkinan faktor yang mempengaruhi sebelum dan setelah
keratomileusis laser in situ (LASIK).
Metode. Dalam penelitian non-acak prospektif ini, 105 mata dari 105 pasien
diikutsertakan. Tingkat straylight diukur dengan straylight meter, dan dilakukan
analisis mengenai hubungan komponen ini dengan beberapa parameter optik pada
mata miopia orang normal yang berusia muda. Perbedaan antara straylight
pascaoperasi dan pra operasi dan hubungan strayligh dengan ablasi diteliti
sebelum dan pada waktu 1 bulan, 4 bulan, dan 10 bulan setelah operasi LASIK.
Hasil. Untuk mata normal, nilai sferis, astigmatisme, keratometri, ketebalan
kornea sentral (CCT),dan kedalaman bilik anterior (ACD) menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel ini dengan straylight. Namun, nilai
straylight menunjukakn peningkatan yang signifikan secara statistik pada waktu 1
bulan dan 4 bulan setelah operasi (p< 0.05) namun kembali menjadi nilai pra
operatif setidaknya 10 bulan setelah operasi (p > 0.05) pada mata yang menjalani
LASIK. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara nilai
straylight dan kedalaman ablasi yang dilakukan, rasio ablasi, ketebalan dasar yang
tersisa (RBT), atau RBT/CCT (P > 0.05) setelah operasi.
Kesimpulan. Parameter optik yang spesifik (kekuatan refraktif, nilai K, CCT dan
ACD) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan straylight. Meskipun
straylight meningkat selama periode pasca operasi dini, parameter ini kembali
menjadi kadar praoperatif seiring dengan berjalannya waktu.

Pada beberapa tahun terakhir, telah semakin banyak penelitian yang telah
berfokus pada performa visual dan kualitas optik setelah berbagai operasi,
khususnya setelah operasi refraksi. Kombinasi yang rumit dari banyak faktor
mengatur kualitas optik sistem penglihatan, yang mencakup penyimpangan
okuler, difraksi, dan penyebaran cahaya. Banyak penelitian yang telah berfokus
pada penyimpangan muka gelombang dan pengaruhnya terhadap kualitas
penglihatan, sementara penyebaran cahaya intraokular jarang diteliti. Kami
memusatkan penelitian kami pada penyebaran cahaya.
Straylight adalah ukuran fungsional mengenai pengaruh penyebaran cahaya
di seluruh retina. Fenomena ini bersifat kompleks dan bergantung pada tingkat
dan kekeruhan media okular. Semua cahaya yang mencapai mata disebarkan
sampai batas tertentu ketika ia melewati struktur-struktur mata. Penyebaran ini
menimbulkan suatu selubung cahaya yang dinamakan straylight, yang
menimbulkan penurunan kualitas penglihatan. Singkatnya, straylight dapat
disamakan dengan cahaya yang mencapai retina namun tidak berkontrbusi
terhadap pembentukan gambar yang normal. Straylight juga dapat digambarkan
sebagai yang terkait dengan fungsi titik penyebaran (PSF): suatu domain sudut
dengan ukuran sebesar 1o yang menciptakan luminansi selubung di seluruh retina,
yang menciptakan rasa silau. Puncak pusat dari PSF sangat dipengaruhi oleh
penyimpangan optikal, seperti defokus, astigmatisma, dan penyimpangan dengan
urutan yang lebih tinggi lainnya. Sulit untuk melakukan pengukuran penyebaran
cahaya langsung pada mata orang yang masih hidup. Suatu instrumen dengan
menggunakan metode psikofisik yang diusulkan oleh Van den Berg (dalam
Franssen dkk) untuk penggunaan klinis telah mempermudah penelitian mengenai
straylight intraokular.
Penggunaan teknik ini telah membuktikan bahwa straylight meningkat
sejalan dengan usia dan bergantung pada pigmentasi pada mata yang normal.
Sebuah penelitian terbaru meneliti ketergantungan straylight pada biometri okular
dan menemukan bahwa straylight meningkat seiring dengan bertambahnya
panjang aksial namun tidak memiliki hubungan dengan keratometri dan
astigmatisma kornea atau dengan warna iris.
Beberapa penelitian mengenai straylight intraokular telah dilakukan setelah
operasi refraktif kornea dan tidak teramati adanya peningkatan straylight yang
signifikan setelah LASIK. Secara teori, perubahan pada struktur kornea dan
ketidaksempurnaan optik terkait flap setelah operasi refraktif kornea dapat
meningkatkan nilai straylight. Dalam sebuah penelitian sebelumnya, kami
menemukan peningkatan nilai straylight yang signifikan selama periode pasca
operasi LASIK secara dini. Straylight dapat meningkat secara dramatis pada mata
dengan komplikasi operasi refraktif kornea dengan cara mengganggu transparansi
kornea (misalnya, pertumbuhan epitel ke arah dalam dan pengaburan subepitel
kornea) dan pada pasien dengan penyakit mata lainnya, seperti katarak, retinitis
pigmentosa dan koreoideremia.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap straylight intraokular belum
banyak diteliti. Pengaruh operasi refraktif kornea terhadap straylight mata harus
dijelaskan dan diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk
menentukan pengaruh berbagai parameter optik terhadap straylight dan untuk
meneliti perubahan straylight setelah operasi LASIK.

Metode
Pasien
Penelitian ini merupakan suatu penelitian non-acak prospektif terhadap 105
pasien (60 wanita dan 45 pria; usia 23.97 ± 5.51 tahun [rerata ± SD], rentang, 18-
36), sebanyak 60 dari mereka dijadwalkan untuk menjalani operasi LASIK.
Protokol penelitian ini mematuhi prinsip-prinsip dari Deklarasi Helsinki dan
mendapatkan persetujuan dari dewan peninjau etik institusional. Persetujuan
diperoleh dari tiap subjeks setelah diskusi secara menyeluruh mengenai manfaat
dan risiko tindakan yang telah diketahui. Pada 105 pasien miopia yang berusia
muda, rata-rata sferikal ekuivalen (SE) refraksi praoperatif adalah -5.40 ± 1.76 D
(rentang, -10.25 hingga -1.63), dengan rata rata astigmatisma sebesar – 0.62 ±
0.53 D (rentang – 2.00 hingga 0). Rata-rata nilai keratometri, ketebalan kornea
sentral (CCT), dan kedalaman bilik anterior (ACD) adalah 43.30 ± 1.37 D
(rentang, 38.10 – 46.20), 545.39 ± 24.10 µm (rentang, 486 – 601), dan 3.26 ± 0.25
mm (rentang, 2.47 – 3.71), secara berturut-turut. Pada 60 pasien yang menjalani
tindakan LASIK, rata-rata kedalaman ablasio adalah 78.55 ± 12.99 µm (rentang,
29 – 105). Rasio ablasi, ketebalan dasar stroma yang tersisa (RBT), dan RBT/CCT
dihitung menurut kedalaman ablasi dan CCT. Pemeriksaan pra operatif mencakup
ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi (UCVA) dan visus dengan koreksi
terbaik setelah pengoreksian dengan kacamata (BSCVA), refraksi yang
bermanifes dan saat dilakukan sikloplegi, tekanan intraokular (IOP), topografi,
pemeriksaan mikroskop dengan slit lamp, dan funduskopi indirek dengan dilatasi.
Nilai keratometri praoperatif, CCT dan ACD didapatkan dengan sistem tomografi
Scheimpflug (Pentacam, Oculus GmbH, Wetzlar, Jerman). Semua pasien yang
didaftarkan dikonfirmasi memiliki refraksi yang stabil dan terbebas dari penyakit
pada mata dan sistemik. Lensa kontak dihentikan 2 minggu sebelum LASIK untuk
lensa kontak soft dan 4 minggu sebelum LASIK untuk lensa kontak hard.

Pengukuran Straylight
Straylight meter (C-Quant; Oculus GmbH) merupakan instrumen yang baru
dikembangkan yang digunakan untuk mengukur straylight retina. Alat ini
menggunakan metode perbandingan kompensasi yang diusulkan oleh Van den
Berg. Alat ini merupakan suatu modifikasi dari versi instrumen sebelumnya dan
mengimplementasikan metode kompensasi langsung. Peralatan ini memberikan
informasi langsung mengenai penyebaran cahaya intraokular di arah depan.
Bidang pemeriksaan ini dibagi menjadi dua bagian yang sama besar. Cahaya
kompensasi disampaikan ke setengah bidang pemeriksaan (yang dipilih secara
acak), sementara itu tidak ada cahaya kompensasi yang disampaikan ke bagian
tengah lainnya. Terdapat sumber cahaya yang terang, berbentung cincin dan
berkelap-kelip yang bersesuaian dengan sudut penyebaran sebesar 7o. Karena
adanya penyebaran cahaya di mata, bagian cahaya yang berkelap kelip dari cincin
ini juga mencapai bagian tengah proyeksi cincin ke retina. Sebagai hasilnya, dua
kerlipan diterima yang berbeda dalam kedalaman modulasinya: satu terjadi akibat
cahaya straylight saja, dan yang lainnya merupakan kombinasi dari straylight dan
cahaya kompensasi, kerlipan yang berlawanan dengan straylight. Karena
perubahan rata-rata luminansi stimulus dan cahaya pemodulasi lawannya, nilai
straylight dari mata masing-masing tercapai saat kedua bagian ini berada dalam
keadaan seimbang. Respon subjek direkam dengan dua tindakan yang dipilih
secara paksa yang terdiri dari dua kemungkinan cara. Kurva psikometri
dicocokkan dengan respon subjek, yang merupakan asal darimana log (parameter
straylight), perkiraan deviasi standar (ESD), dan faktor kualitas (Q) dapat
disimpulkan. Pengukuran ini dapat dianggap terpercaya saat ESD dan Q kurang
dari 0.08 dan lebih dari 1.00, secara berturut-turut. Nilai straylight dinyatakan
sebagai log. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan straylight yang lebih banyak.
Semua pengukuran dilakukan dibawah kondisi low-mesopic. Masing-masing mata
diperiksa dengan pupil yang tidak didilatasi dan dengan kompensasi kesalahan
refraktif. Selama pemeriksaan, dilakukan rangkaian stimulus dengan durasi
terbatas. Tugas bagi subjek adalah untuk memutuskan, pada tiap stimulus yang
diberikan, bagian setengah bidang pemeriksaan mana yang berkedip dengan lebih
kuat. Respon subjek direkam dengan menekan salah satu dari dua tombol, yang
merupakan bidang pemeriksaan kiri dan kanan.

Teknik Operasi
Semua tindakan LASIK dilakukan pada mata dibawah anestesi topikal.
Suatu mikrokeratom (model M2; Moria SA, Antony, Perancis) digunakan untuk
menciptakan flap dengan diameter 110 m dengan perlekatan di bagian superior,
dan dasar stroma diablasi dengan sistem laser excimer (Star S4; VISX, Inc., Santa
Clara, CA). Setelah fotoablasi, flap diletakkan pada dasar stroma, dan pertemuan
antara flap dan stroma ini diirigasi. Ukuran zona optik sebesar 6.0 atau 6.5 mm
dengan zona transisi sebesar 8 mm diterapkan pada semua kasus.

Penatalaksanaan Pasca operasi


Pasien yang menjalani LASIK menjalani pemeriksaan follow up pada 1
bulan, 4bulan, dan 10 bulan setelah operasi. Penilaian pascaoperasi mencakup
pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan koreksi terbaik setelah dikoreksi
kacamata, refraksi yang bermanifest, topografi, dan straylight, serta pemeriksaan
mikroskopis dengan slit lamp. Obat-obatan pasca operasi termasuk kombinasi
obat tetes mata antibiotika topikal (ofloksasin 0.5% selama 1 minggu) dan obat
tetes mata steroid topikal (fluorometholone 0.1% selama 4 minggu).
Fluorometholone diberikan sebanyak 1 tetes empat kali sehari selama minggu
pertama, tiga kali sehari selama minggu kedua, dua kali sehari selama minggu
ketiga, dan satu kali sehari selama minggu terakhir.

Analisis Statistik
Data monookular (mata kanan) dianalisis dan disajikan sebagai rerata ± SD
(SPSS versi 13.0; SPSS, Chicago, IL). Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk
memeriksa normalitas semua data; hanya data astigmatisma yang menunjukkan
kegagalan pada pengujian normalitas data. Perbandingan nilai straylight pra
operasi dan pascaoperasi dilakukan dengan analisis varians one-way (ANOVA).
Koefisien korelasi Pearson (r) atau Spearman digunakan untuk mengevaluasi
korelasi antar variabel. Nilai p sebesar < 0.05 dianggap signifikan secara statistik.

Hasil
Pada 105 pasien miopia yang berusia muda, analisis menunjukkan bahwa
rata-rata straylight adalah 0.93 ± 0.14. Dilakukan analisis mengenai korelasi
antara nilai straylight dan sferis, astigmatisma, SE, nilai K, CCT, dan ACD. Tidak
terdapat hubungan antara setiap dua variabel tersebut (p < 0.04). Tabel 1
menunjukkan rata-rata nilai untuk parameter dan koefisien korelasi untuk jumlah
straylight. Untuk mengeksklusi pengaruh usia dan penyakit okular lainnya, kami
hanya mengikutsertakan mata miopia pada orang yang berusia muda dan sehat.
Gambar 1 menunjukkan distribusi straylight pada mata miopia orang normal yang
berusia muda.
Tabel 2 menunjukkan outcome straylight pra dan pasca operasi pada mata
yang menjalani LASIK. Nilai log straylight praoperatif berbeda secara signifikan
terhadap nilai-nilai yang diukur pada 1 bulan dan 4 bulan setelah operasi (p<
0.0001 dan p < 0.0001), namun tidak pada 10 bulan setelah operasi ( p = 0.45).
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang tercatat antara kelompok nilai
yang diambil pada 1 dan 4 bulan setelah operasi (p = 0.15). Baik pengukuran pada
waktu 1 dan 4 bulan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan nilai 10 bulan
pasca operasi (p = 0.01 dan p = 0.0001). Ketergantungan straylight pada waktu
setelah operasi LASIK disajikan dalam gambar 2. Gambar 3 menunjukkan nilai
straylight pada waktu 10 bulan pasca operasi yang dibandingkan dengan nilai pra
operasi. Gambar 4 menunjukkan kurva waktu untuk straylight yang meningkat
sebanyak lebih dari 0.2 unit pada waktu 4 bulan setelah LASIK.
Tabel 3 menunjukkan data untuk kedalaman ablasi, rasio ablasi, RBT, dan
RBT/CCT. Setelah meneliti hubungan nilai straylight pasca operasi dan
perubahan yang berkaitan dengan kedalama ablasi, rasio ablasi, RBT, dan
RBT/CCT, secara berturut-turut, kami tidak menemukan hubungan yang
signifikan secara statistik (p > 0.05).

Tabel 1. Data praoperasi dan hubungannya dengan jumlah straylight


Log Pra-operasi
Parameter Rerata ± SD Rentang
r (p) P
Sferis, D -5.09 ± 1.67 - 9.25 hingga-1.50 - 0.18 0.07
Astigmatisma, D -0.62 ± 0.53 -2.00 hingga 0 -0.14 0.17
Sferikal Ekuifalen, D -0.54 ± 1.76 -10.25 hingga – 1.63 -0.19 0.06
Nilai keratometri 43.30 ± 1.37 38.10 hingga 46.20 -0.17 0.09
Ketebalan kornea sentral, µm 545.39 ± 24.10 486 hingga 601 0.11 0.26
Kedalaman bilik mata deapan, mm 3.26 ± 0.25 2.47 hingga 3.71 0.17 0.08

Gambar 1. Distribusi nilai straylight pada mata miopia orang yang berusia muda.
Gambar 2. Perubahan rata-rata nilai straylight pada pasien yang menjalani
LASIK. Error bar, ± 1.0 SD.

Tidak terlihat adanya komplikasi yang signifikan secara klinis pada setiap
kasus. Rata-rata visus pascaoperasi adalah 20/20 atau lebih baik pada masing-
masing mata.

Pembahasan
Straylight menyebar di seluruh retina akibat adanya struktur intraokular,
seperti kornea, lensa, iris, dan media intraokular. Penyebaran oleh lensa
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan meningkat pada pasien dengan
katarak. Penyebaran cahaya oleh kornea bersifat konstan sejalan dengan
bertambahnya usia namun bisa berubah dengan adanya kerusakan kornea atau
setelah operasi refraktif kornea. Pada mata yang normal, terdapat banyak faktor
yang mungkin berkaitan dengan straylight. Penelitian sebelumnya membuktikan
bahwa straylight intraokular meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan
bergantung pada pigmentasi mata.
Rozema dkk baru-baru ini menyimpulkan bahwa straylight meningkat
sejalan dengan penambahan panjang aksial bola mata namun tidak menemukan
adanya hubungan dengan keratometri atau astigmatisma kornea. Berdasarkan
temuan kami, tampaknya tidak terdapat hubungan yang kuat antara straylight dan
nilai K atau astigmatisma, yang sesuai dengan temuan dari Rozema dkk. Selain
itu, kami tidak mendeteksi adanya hubungan nilai straylight dengan SE, CCT,
atau ACD.
Setelah operasi LASIK, kami menemukan adanya peningkatan rata-rata
nilai straylight yang signifikan pada waktu 1 dan 4 bulan setelah LASIK; namun,
nilai ini kembali ke nilai pra operasi 10 bulan setelah LASIK. Hasil kami tidak
sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Beerthuizen dkkk dan Lapid-Gortzak
dkk. Dalam penelitian oleh Beerthuizen dkk, yang mana jumlah sampelnya lebih
kecil dari penelitian kami, penulis mengevaluasi 12 mata yang telah menjalani
LASIK. Mata tersebut menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dalam
nilai straylight pada waktu 1 bulan setelah operasi; namun, empat mata dalam
kelompok tersebut menunjukkan peningkatan straylight sebesar lebih dari 0.15
unit log. Baru-baru ini, Lapid-Gortzak dkk menunjukkan bahwa nilai straylight 3
bulan setelah LASIK rata-rata sedikit lebih rendah dibandingkan nilai awal. Salah
satu pertimbangan adalah bahwa nilai rata-rata straylight praoperasi lebih tinggi
dibandingkan yang teramati pada populasi normal, karena sebagian besar pasien
menggunakan lensa kontak hingga beberapa hari sebelum pemeriksaan pra
operatif. Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan bertambahnya ukuran
straylight, bahkan setelah lensa kontak tidak digunakan selama beberapa saat.
Dalam penelitian ini, hanya sedikit pasien yang telah menggunakan lensa kontak,
sehingga tidak terlihat adanya peningkatan pra operasi.
Untuk pasien yang menjalani LASIK, diasumsikan bahwa perubahan nilai
straylight setelah LASIK disebabkan oleh faktor-faktor berikut. Pertama, kornea
mempertahankan transparansinya sebagai akibat dari penyusunan atom serat
kolagen yang teratur yang mengompensasi penyebaran cahaya. Pembentukan flap
kornea, ablasi laser pada dasar stroma, dan penyembuhan luka kornea dapat
mengganggu susunan atom serabut dan sel-sel kornea, yang menyebabkan
meningkatnya nilai straylight. Suatu kombinasi remodeling stroma,
ketidakcocokan antara flap dan area stroma, dan perubahan pada morfologi seluler
dan molekuler setelah operasi mungkin bertanggungjawab atas peningkatan
penyebaran cahaya. Kedua, adanya sel mikrofold dan partikel pada lapisan
pertemuan antara flap dan stroma setelah LASIK telah digambarkan pada banyak
penelitian berdasarkan mikroskop konfokal. Mikroskop konfokal telah
memperlihatkan adanya perubahan yang teratur setelah operasi, termasuk
mikrofold (yang paling sering ditemukan pada lapisan Bowman dan kadang di
stroma anterior) serta partikel-partikel yang terletak pada lapisan hubungan
dengan reflektivitas yang beragam. Mikrofold, yang tidak terlihat secara klinis,
dapat terjadi akibat peregangan flap selama operasi atau akibat gangguan
kompatibilitas flap ke dasar stroma yang baru terbentuk kembali. Potensi sumber
dari bahan-bahan atau materi asing pada tautan antara flap dan stroma ini
mencakup logam dari pisau mikrokeratom, kapas dari pengelap, lipid atau sel-sel
inflamasi dari air mata, atau sisa epitel yang dibawa ke antarmuka lapisan oleh
mikrokeratom.

Tabel 2. Nilai straylight pra dan pasca operasi


Pasca 1 Pasca 4 Pasca 10 Rata-rata perubahan
Pra
Log bulan (n = bulan bulan Pasca 1 bulan - Pasca 4 bulan - Pasca 10
(n=60)
57) (n=39) (n=26) pra pra bulan - pra
Rerata ± 0.94 ±
1.06 ± 0.13 1.10 ± 0.13 0.97 ± 0.14 0.11 ±0.16 0.16 ± 0.17 -0.01 ± 0.16*
SD 0.14
0.63 –
Rentang 0.80 – 1.40 0.83 – 1.34 0.68 – 1.28 -0.20 – 0.70 -0.21 – 0.54 -0.30 – 0.31
1.37

Gambar 3. Nilai straylight pra operasi berbanding pasca operasi 10 bulan setelah
LASIK.
Tabel 3. Data ablasi relatif
Kedalaman
Rasio alblasi RBT (µm) RBT/CCT
ablasi (µm)
Rerata ± SD 78.55 ± 12.99 0.14 ± 0.02 362.50 ± 20.71 0.66 ± 0.02
Rentang 29-105 0.05 – 0.19 325 - 416 0.62 – 0.74

Lapid-Gortzak dkk juga mengevaluasi beberapa kasus peningkatan


straylight. Biomikroskopi menunjukkan temuan fisik (misalnya, mikrostriae flap,
pengaburan dan debris interface) yang dapat menjelaskan peningkatan nilai
straylight ini.
Hasil penelitian kami mengonfirmasi bahwa ketajaman penglihatan, hasil
pemeriksaan slit lamp, dan penyebaran cahaya di belakang tidak berhubungan
secara langsung dengan straylight. Meskipun baik itu pengukuran pada 1 bulan
dan 4 bulan setelah operasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan nilai
praoperasi, rata-rata ketajaman penglihatan pasca operatif adalah 20/20 atau lebih
baik pada semua kasus. Satu alasan akan temuan ini adalah bahwa straylight
disebabkan oleh iregularitas, dengan pembesaran pada urutan panjang gelombang
cahaya yang dapat terlihat. Ketidakteraturan yang kecil (dalam rentang
mikrometer) mempengaruhi straylight namun tidak mempengaruhi ketajaman
penglihatan. Van den berg juga menunjukkan bahwa ketajaman penglihatan
berhubungan sedikit lebih lemah dengan jumlah penyebaran. Evaluasi ketajaman
penglihatan kadangkala menyebabkan estimasi ketajaman penglihatan yang
berlebihan, khususnya dalam kasus adanya kekeruhan media. Selain itu,
pemeriksaan slit lamp menunjukkan tidak adanya komplikasi yang terlihat secara
klinis pada pasien kami, meskipun terdapat peningkatan nilai straylight.
Pemeriksaan slit lamp klinis adalah alat yang agak buruk dalam mengevaluasi
perubahan stroma setelah LASIK.
Gambar 4. Kurva masing-masing kasus yang mana straylight nya lebih besar
dari 0.2 unit log. Garis putus-putus: nilai rata-rata untuk masing-masing
kasus.

Selain itu, penyebaran cahaya di belakang (dari mata yang mendekati ke


arah sumber cahaya), yang dapat dinilai dengan pemeriksaan slit lamp, berbeda
dari penyebaran cahaya ke depan (dari sumber cahaya ke arah mata), yang dapat
menyebabkan penurunan penglihatan. Penyebaran ke arah belakang memiliki
sedikit hubungan dengan penyebaran ke depan. Pengukuran straylight
memberikan suatu petunjuk akan jumlah penyebaran cahaya di depan. Penyebaran
cahaya di depan dan di belakang oleh karena itu tidak diharapkan dapat
memperlihatkan hubungan yang erat.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa aspek kualitas optik tertentu dapat
terpengaruh secara subklinis setelah LASIK, meskipun kornea bisa terlihat
transparan secara klinis. Perubahan ini mungkin tidak disadari oleh pasien. Pasien
mungkin melaporkan gangguan penglihatan setelah operasi yang menyebabkan
perbaikan UCVA. Cahaya yang tersebar dapat mengurangi penglihatan dengan
dua cara. Pertama, cahaya dari objek disebarkan dan mengurangi kontras gambar
retina. Kedua, gejala silau umumnya disebabkan oleh penyebaran cahaya dengan
sudut yang lebar dari sumber kesilauan perifer; kesilauan ini menghasilkan
luminansi selubung pada retina dan selanjutnya mengurangi kontras gambar
retina.
Dalam penelitian kami, peningkatan straylight intraokular dialami selama
periode pasca-LASIK dini, yang diikuti dengan perbaikan ke nilai praoperatif
secara perlahan. Perubahan morfologi pada hubungan antara flap stroma setelah
operasi dapat menyebabkan perpindahan straylight setelah LASIK. Namun,
penelitian ini tidak mencakup evaluasi ultrastruktural dan histologi. Penelitian
lebih lanjut dengan mikroskop konfokal dapat berguna untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan straylight setelah operasi
refraksi kornea.

Anda mungkin juga menyukai