Anda di halaman 1dari 7

Nama : Guruh Hariyanto NIM Prodi : 080810318 : Teknobiomedik

Biooptik
A.Struktur Mata
Bagian-bagian yang terdapat pada mata : 1. Retina (Detektor cahaya) Terdapat sel batang (untuk melihat pada malam hari) dan kerucut (melihat pada siang hari).dari retina ini akan dilanjutkan ke syaraf optikus. 2. Fovea sentralis Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya terdapat macula lutea (bintik kuning) 3. Kornea dan lensa Kornea merupakan lapisan mata yang paling depan dan berfungsi mengfokuskan benda engan cara refraksi,tebalnya 0,5 mm sedangkan lensa terdiri dari kristal mempunyai dua permukaan degan jari-jari kelengkungan 7,8 mm fungsinya adalah mengfokuskan objek pada berbagai jarak.Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskulaisasi. 4. Pupil Di tengah-tengah iris terdapat pupil yag fungsinya mengatur cahaya yan g masuk.Apabila cahaya terang pupil menguncup demikian sebaliknya. 5. Iris Membantu mata dengan meningkatkan atau menurunkan cahaya yang jatuh pada retina sampai retina beradaptasi terhadap kondisi pencahayaan yang baru.Iris menimbulkan suatu pola difraksi pada retina. 6. Sklera Sklera adalah penutup seluruh mata kecuali kornea yang kuat,berwarna putih ,dan kedap cahaya.Sklera dilindungi oleh suatu selubung transparan yang disebut konjungtiva. Tabel : Indeks refraksi

Bagian Mata y Kornea y Humor aqueous y Penutup lensa y Tengah-tengah lensa y Humor vitreus

Indeks refraksi 1,37 1,33 1,38 1,41 1,33

B.Peralatan
1. Opthalmoskop Alat yang mula-mula dipakai oleh Helmholtz.Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keaaan fundus okuli.Ada dua prinsip kerja opthalmoskop,yaitu : y Pencerminan mata secara langsung Fundus okuli penderita disinari dengan lampu,apabila mata penderita emmetropi dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa yang juga tidak terakomodasi. y Pencerminan mata secara tidak langsung

Cahaya melalui lensa kondensor diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin datar ,kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata pemeriksa.Dengan menggunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalhan mata yang beerkaitan dengan tumor otak.

Gambar : Opthalmoskop

2. Retinoskop Alat ini digunakan untuk menentukan resep lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas penderita(meskipun demikian mata penderita perlu terbuka).Cahaya lampu dipoyeksi ke dalam mata penderita ,dimana mata penderita tanpa akomodasi,cahaya tersebut kemudian dipantulksn dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya. Fungsi retinoskop dianggap normal apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina.Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayang focus pada titik jauh pula.Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui retinoskop ,lensa positif dan negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleh retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa .Lensa positif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pemfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya.

Gambar : Retinoskop 3. Keratometer Alat ini digunakan untuk mengukur kelengkungan kornea.Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa kontak.Lensa ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mangalami gangguan kelengkungan.Benda dengan ukuran tertentu diletakkan di depan cermin cembung dengan jarak diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak r. Dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung. Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksikan dengna mengatur sudut prisma agar menghasilkan dua bayangan.Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea (dalam dioptri).Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm.Penderita dengan astigmatisma ,biasanya dalam pengukuran byangan dibuat arah vertical dan horizontal.

Gambar : Keratometer

4. Tonometer dari Schiotz Penderita diletakkan dengan mata menatap ke atas,kemudian kornea mata dibius.Tengah-tengah alat (plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea.Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut .Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 55,75 , 10,0 , 15,0 gram.Apabila pada pengukuran tekanan intraokuler dimana menggunakan alat pemberat 5,5 gram maka berat total tonometer = berat plug + alat pemberat. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20-25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairanhumor aquous 5 ml/hari. 5. Pupilometer dari Eindhoven Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari Eindhoven.Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu.Apabila melihat lubang ini dengan latar belakang bersinar dan tanpa akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebgai berikut : Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 adalah sejajar.Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil,sehingga diperoleh jarak d,jarak ini adalah diameter pupil.Pada penentuan besar pupil,jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.

Gambar : Pupilometer

6. Lensomer Suatu alat yang dipakai untuk mengukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Pada dasarnya ,menentukan focus lensa positif sangta mudah ,dapat dengan cara : a. Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga (misalnya : matahari ) b. Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya. Teknik di atas ini tidak diterapkan pada lensa negative namun dapat dilakukan sedikit modifikasi yaitu mengkombinasikan lensa negative dengan lensa positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya ,dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut :

+

Dengan memakai lensometer ,benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa.

C.Jenis penyakit mata


1. Glaukoma Glaukoma adalah nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata di mana terjadi kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang terletak di belakang mata dan mengakibatkan penurunan penglihatan tepi (perifer) dan berakhir dengan kebutaan. Kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf.

Gambar : Mata glaukoma 2. Pterigium Paparan sinar matahari dalam waktu lama, terutama sinar UV, serta iritasi mata kronis oleh debu dan kekeringan diduga kuat sebagai penyebab utama pterigium. Gejala-gejala pterigium adalah mata merah, iritasi, inflamasi, dan penglihatan kabur. Meskipun seseorang

yang merasakan gejala tersebut tidak selalu berarti terkena pterigium, tetap disarankan untuk tetap periksa ke dokter mata.

Gambar : Pterigium

3. Katarak Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak. Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak.

Gambar : Katarak

D.Terapi
Sinar memiliki efek fisik,kimia dan biologis masing-masing.Dalam bidang kedokteran,aplikasi sinar menjadi laser( light amplification by stimulated emission of radiation) dimanfaatkan untuk diagnosa dan penyembuhan penyakit.Sinar laser merupakan sumber cahaya yang diemisi sebagai berkas cahaya yang monokromatis yang masing-masing gelombang dalam satu fase bersama-sama dengan berkas cahaya lainya yang berdekatan (cahaya koheren ) dan paralel.

Pada penykit mata seperti Glaukoma,digunakan laser argon yang memiliki tingkat daya kontinyu yang tinggi (1-15 W) dengan spektrum 515 nm.Spesifikasi ini digunakan untuk foto coagulase pembuluh darah.Sebelumya dilakukan pemeriksaan syaraf optik dengan alat optalmoskop dan pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer .Pada penggunaannya harus diketahui minimum reaktif dose (MRD).Untuk koagulase penyinaran dapat 10 sampai 50 kali MRD dengan penembakan dalam waktu 0,25 detik.Harapan dari perilaku ini dapat memperlancar pembuluh darah yang tersumbat sehingga suplai darah,oksigen dan nutrisi ke mata menjadi lancar. Operasi ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai