2) Menurut Krechdkk (1962), pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh
situasi interaksi kelompok dan situasi komunikasi media.
3) Menurut Sarwono (2000), terdapat beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap
individu, termasuk adopsi, diferensiasi, intergrasi, trauma, dan generalisasi.
Adopsi : Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus
menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap. Misalnya, seseorang yang sejak ia lahir sampai dewasa tinggal di
lingkungan yang fanatic islam, ia akan mempunyai sikap negative terhadap daging babi.
Diferensiasi : Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
Misalnya, seorang anak kecil mula-mula takut kepada tiap orang dewasa yang bukan ibunya,
tetapi lama-kelamaan ia dapat membeda-bedakan antara ayah, paman, bibi, kakak, yang
disukainya dengan orang yang tidak disukainya.
Integrasi : pembentukan sikap ini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman
yang berhubungan dengan satu hal tersebut. Misalnya, seseorang dari desa sering mendengar
tentang kehidupan kota, ia pun sering membaca surat kabar yang diterbitkan di kota kawan-kawan
yang datang dari kota membawa barang-barang yang bagus dan bercerita tentang keindahan kota
setelah beberapa waktu, maka dalam diri orang dewasa tersebut timbul sikap positif terhadap kota
dan hal-hal yang berhubungan dengan kota, sehingga pada akhirnya ia terdorong untuk pergi ke kota.
Trauma : Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam
pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentukya sikap. Misalnya, orang yang sekali pernah jatuh dari sepeda motor,
selamanya tidak suka lagi naik sepeda motor.
Generalisasi : Sikap terbentuk dan berubah karena pengalaman traumatic pada individu terhadap hal
tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu (positif atau negative) terhadap semua hal. Sabagai
contoh, pasien yang pernah mendapat perawatan yang tidak professional dari seoarang perawat akan
memiliki sikap negative terhadap semua perawat.
4) Notoatmodjo (2011) membagi sikap manusia menjadi dua macam, yaitu:
2. Konsistesi sikap dan perilaku, pada dasarnya hubungan sikap dan juga perilaku
memanglah saling berkaitan satu sama lain, berdasarkan hasil penelitian pun
mengungkapkan bahwa sikap dan perilaku memiliki kaitannya masing-masing, hal
ini juga bisa berhubungan dengan salah satu faktor psikologis yang ada dari
keduanya, agar tercipta keserasian yang konsisten.