Anda di halaman 1dari 10

PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU DAN

PROSES PEMBENTUKAN SIKAP


Cindikiawati (P17311193038)
Putri Aghista Larasta (P17311193039)
Efira Nawangsari (P17311193040)
Silvia Ochta Ayunda A (P17311193041)
Cantika Novendianta R. (P17311193042)
Inggrit Rhena Anggraeni (P17311193043)
Revarizqi Nurhabibah A (P17311193044)
Nadhila Rifky Vania (P17311193045)
Dwi Alfiyatul Ma'rifah (P17311193046)
PENGERTIAN SIKAP DAN PERILAKU

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau


tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan
serta menerima informasi secara verbal.
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas suatu organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan perilaku manusia memiliki arti suatu aktivitas manusia itu sendiri
( Soekidjo, N., 1993:5).
Proses Pembentukan Sikap
1) Menurut azwar (1995), pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Pengalaman pribadi, kebudayaan,
2. orang lain yang dianggap penting,
3. media massa,
4. intitusi atau Lembaga Pendidikan dan Lembaga agama, dan
5. factor emossi dalam diri individu.

2) Menurut Krechdkk (1962), pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh
situasi interaksi kelompok dan situasi komunikasi media.
3) Menurut Sarwono (2000), terdapat beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap
individu, termasuk adopsi, diferensiasi, intergrasi, trauma, dan generalisasi.
 Adopsi : Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus
menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap. Misalnya, seseorang yang sejak ia lahir sampai dewasa tinggal di
lingkungan yang fanatic islam, ia akan mempunyai sikap negative terhadap daging babi.
 Diferensiasi : Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
Misalnya, seorang anak kecil mula-mula takut kepada tiap orang dewasa yang bukan ibunya,
tetapi lama-kelamaan ia dapat membeda-bedakan antara ayah, paman, bibi, kakak, yang
disukainya dengan orang yang tidak disukainya.
 Integrasi : pembentukan sikap ini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman
yang berhubungan dengan satu hal tersebut. Misalnya, seseorang dari desa sering mendengar
tentang kehidupan kota, ia pun sering membaca surat kabar yang diterbitkan di kota kawan-kawan
yang datang dari kota membawa barang-barang yang bagus dan bercerita tentang keindahan kota
setelah beberapa waktu, maka dalam diri orang dewasa tersebut timbul sikap positif terhadap kota
dan hal-hal yang berhubungan dengan kota, sehingga pada akhirnya ia terdorong untuk pergi ke kota.
 Trauma : Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam
pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentukya sikap. Misalnya, orang yang sekali pernah jatuh dari sepeda motor,
selamanya tidak suka lagi naik sepeda motor.
 Generalisasi : Sikap terbentuk dan berubah karena pengalaman traumatic pada individu terhadap hal
tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu (positif atau negative) terhadap semua hal. Sabagai
contoh, pasien yang pernah mendapat perawatan yang tidak professional dari seoarang perawat akan
memiliki sikap negative terhadap semua perawat.
4) Notoatmodjo (2011) membagi sikap manusia menjadi dua macam, yaitu:

● Sikap Bentuk Pasif


Sikap pasif merupakan respons internal, yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain misalkan berpikir, tanggapan atau sikap batin
serta pengetahuan. Contoh ketika seseorang telah mengetahui bahaya akibat merokok,
meskipun demikian dirinya tetap merokok. Telah mengetahui adanya bahaya akibat merokok
adalah suatu sikap positif, tetapi masih tetap merokok, kondisi yang demikian ini merupakan
perilaku yang maih terselubung (covert behavior) atau perilaku tertutup.
● Sikap Bentuk Aktif
Sikap pasif merupakan respons internal Berbeda dengan sikap bentuk aktif, yaitu jika
sikap ini jelas dapat diamati secara langsung, misalkan orang yang merokok ini mulai
berkonsultasi di klinik berhenti merokok agar bisa membantu mengatasi permasalahan
sulitnya berhenti merokok. Perilaku demikian ini sudah tampak jelas adanya tindakan nyata
sehingga disebut dengan perilaku terbuka (overt behavior).
Proses Pembentukan Perilaku
Proses pembentukan perilaku dalam, operant conditioning menurut skinner
(Notoatmodjo, 2003; Sunaryo, 2004) antara lain sebagai berikut:
1. Langkah pertama: Melakukan pengenalan terhadap sesuatu sebagai penguat, berupa
hadiah atau reward.
2. Langkah kedua: Melakukan analisis untuk mengidentifikasi begian-bagian kecil
pembentuk perilaku yang diinginkan, selanjutnya disusun dalam urutan yang tepat
menuju terbentuknya perilaku yang diinginkan.
3. Langkah ketiga: Menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu sebagai berikut:
 Bagian-bagian perilaku disusun secara urut dan dipakai sebagai tujuan sementara.
 Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian.
 Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah bersusun tersebut.
Skiner dalam Notoatmodjo (2011) menjelaskan bahwa proses pembentukan
perilaku dalam operant conditioning meliputi:
1. Identifikasi mengenai hal yang dipandang sebagai penguat (reinforcer)
berupa hadiah atau rewards, jika tindakan itu dilakukan.
2. Analisis mengenai identifikasi komponen yang membentuk sikap yang
dikehendaki. Komponen-komponen ini diurutkan secara tepat untuk menentukan
tindakan.
3. Pemanfaatan secara prioritas urutan komponen sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen.
4. Melakukan tindakan dengan menggunakan urutan komponen tersebut yang
telah tersusun, Jika komponen telah dilakukan maka akan diberikan reward,
sehingga komponen ini cenderung akan sering dilakukan.
Menurut walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3 cara sesuai
keadaan yang diharapkan, yakni :
1. Cara Pembentukan Perilaku dengan Kondisioning atau Kebiasaan.
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku
seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.
2. Pembentukan Perilaku dengan Pengertian (Insight)
Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan
disertai dengan adanya pengertian. Contohnya dalam belajar mengutamakan
soal Latihan, hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan pemahaman seseorang
terhadap suatu pengertian. Sehingga dengan demikian, perilaku individu akan
perlahan-lahan terbentuk dari usahanya memahami suatu pengertian.
3. Pembentukan Perilaku dengan Menggunakan Model.
Selain pembentukan perilaku di atas pembentukan perilaku masih dapat
ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Pemimpin dijadikan
model atau contoh oleh yang dipimpinnya
Hubungan Sikap dengan Perilaku
1. Sebuah perilaku yang memiliki kesesuaian dengan kondisi dan kebiasaan seorang
individu, karena dengan melakukannya seorang individu dapat membiasakan dirinya
untuk memiliki perilaku sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga nantinya akan
terbentuk sebuah perilaku yang memiliki kesesuaian.

2. Konsistesi sikap dan perilaku, pada dasarnya hubungan sikap dan juga perilaku
memanglah saling berkaitan satu sama lain, berdasarkan hasil penelitian pun
mengungkapkan bahwa sikap dan perilaku memiliki kaitannya masing-masing, hal
ini juga bisa berhubungan dengan salah satu faktor psikologis yang ada dari
keduanya, agar tercipta keserasian yang konsisten.

Anda mungkin juga menyukai