Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................6
2.1 Definisi Keperawatan Transkultural............................................................................6
2.2 Definisi Suku Betawi...................................................................................................6
2.3 Nilai-nilai Yang Dianut Masyarakat Betawi...............................................................7
2.4 Aspek Budaya Betawi Yang Mempengaruhi Kesehatan.............................................7
2.5 Konsep Sehat-Sakit Suku Betawi................................................................................8
2.6 Cara Mengobati Panas dan Bisul Menggunakan Mantra Betawi................................9
2.7 Kasus Asuhan Keperawatan pada klien suku Betawi................................................10
BAB 3.......................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
3.1 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suku Betawi sangat erat hubungannya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ciri khas perkembangannya dipengaruhi oleh dominasi budaya asing yaitu Belanda, Portugis,
dan China. Hal ini tertangkap jelas dari kebudayaannya seperti musik dari Portugis dan
bajunya dari China. Bagi masyarakat yang mengaku sebagai Betawi tulen adalah mereka
yang dilahirkan dengan darah campuran beberapa suku dan bangsa. Bisa dibilang hasil kawin
antaretnis. Suku ini bermula dari suku Sunda yang mendiami wilayah Jakarta yang
melakukan pernikahan dengan bangsa asing. Bukan hanya Jawa, Betawi juga memiliki
beberapa tradisi atau budaya yang kini menjadi daya pikat wisata hiburan sekaligus edukasi.

Salah satu kebudayaan Betawi yang menarik daya pikat ondel-ondel. Ondel-ondel
adalah boneka raksasa yang diarak oleh warga. Dulunya, maksud pengarakan ondel-ondel
adalah untuk mengusir roh jahat. Sebelum mengaraknya, pelaku ondel-ondel harus menjalani
satu ritual yaitu menyambangi makam keramat. Saat ini, ondel-ondel dijadikan sarana
hiburan dan mengais rezeki dengan cara mengamen. Betawi juga mempunyai jurus yang
diajarkan, diberi nama Bie Sie. Namun, karena dipengaruhi oleh logat Betawi akhirnya
namanya berubah menjadi Beksi. Silat ini juga menjadi salah satu alat perlawanan pada masa
penjajahan atau populernya Si Pitung.

Bahasa suku Betawi umumnya bahasa Indonesia umum tetapi telah bercampur dengan
bahasa daerah Nusantara lainnya serta sedikit bahasa asing. Yang membuatnya unik adalah
logat atau dialeknya. Bahasa Betawi sendiri terbagi menjadi dua dialek berdasarkan daerah.
1. Dialek Betawi tengah menggunakan ‘E’.
2. Dialek Betawi pinggir menggunakan ‘A’.
Contohnya:
Kenapa diucapkan suku Betawi pinggir, sedangkan dialek ‘kenape’ dituturkan suku Betawi
tengah.
Orang Betawi juga terkenal dengan gaya yang ceplas-ceplos. Kurang menyukai basa-
basi sehingga begitu bertemu akan langsung membahas pokok masalah. Orang-orangnya juga
terkenal tidak suka merantau. Ketidaksukaan merantau dipengaruhi oleh kemapanan ekonomi

3
serta sifat kekeluargaan yang terjalin begitu erat. Ini terbukti dengan mereka mampu bertahan
hidup hanya memanfaatkan warisan tanah yang diwariskan turun temurun. Mereka juga
memiliki sikap toleransi yang tinggi. Ini dibuktikan dengan mereka mampu hidup
berdampingan dengan suku lainnya. Meski sebagian besar menganut agama islam, ada juga
yang menganut agama kristen protestan atau katolik. Mereka yang menganut agama ini
konon adalah keturunan portugis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari keperawatan transcultural?
2. Apa definisi dari Suku Betawi?
3. Apa saja nilai-nilai yang dianut masyarakat Betawi?
4. Apa saja aspek budaya Betawi yang mempengaruhi kesehatan?
5. Bagaimana konsep sehat sakit suku Betawi?
6. Bagaimana pandangan kelompok terhadap video yang menampilkan cara mengobati
panas dan bisul menggunakan mantra Betawi?
7. Bagaimana asuhan Keperawatan pada klien suku Betawi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi keperawatan transcultural.
2. Mengetahui definisi suku Betawi.
3. Mengetahui nilai-nilai yang dianut masyarakat Betawi.
4. Mengetahui aspek budaya Betawi yang mempengaruhi kesehatan.
5. Mengetahui konsep sehat sakit suku Betawi.
6. Mengetahui pandangan kelompok terhadap video yang menampilkan cara mengobati
panas dan bisul menggunakan mantra Betawi.
7. Mengetahui asuhn keperawatan pada klien suku Betawi.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan referensi untuk
menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan trankultural dalam praktik
keperawatan khususnya suku Betawi. Dan setelah membaca makalah ini, pembaca

4
diharapkan dapat memetik pelajaran agar bisa salin menghargai walau adanya perbedaan
suku bangsa

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keperawatan Transkultural


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan
pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya (Leininger, 1984). Keperawatan transkultural adalah suatu proses
pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan
pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa.

2.2 Definisi Suku Betawi


Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya
umumnya bertempat tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya. Mereka adalah keturunan
penduduk yang bermukim di Batavia (nama kolonial dari Jakarta) dari sejak abad ke-17.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis
dan bangsa pada masa lalu.

Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan
kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke
Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta. Secara Ras/DNA atau genetika (gen), kelompok etnis ini lahir
dari perpaduan etnis asli dengan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu dan
lama hidup di Jakarta, seperti Sunda, Melayu, Makassar, Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab,
Belanda, Portugis, Bali, & Ambon.

5
Secara kesukuan, mulai dari kebudayaan, adat-istiadat, kuliner, kebiasaan
masyarakat, tradisi, arsitektur bangunan, motif pakaian tradisional, seni musik, dan
kesenian-kesenian lainnya, suku Betawi terpengaruh kuat dari kebudayaan Suku
Melayu & Tionghoa. Bahkan menurut para pakar, hampir setengah dari kebudayaan
Betawi ialah kebudayaan Tionghoa dengan setengahnya kebudayaan Melayu. Hal ini bisa
kita lihat dari beberapa adat, tradisi, kebiasaan, kesenian serta kebudayaan Betawi sangat
bercorak Melayu & Islam. Sisanya, kebudayaan Betawi terpengaruh dari beberapa suku
lain, seperti Sunda, Arab, Portugis, Jawa, Belanda, dan Bali.

2.3 Nilai-nilai Yang Dianut Masyarakat Betawi


Keluarga Betawi memiliki pandangan banyak anak banyak rezeki, Pendidikan
agama harus nomor satu, menjadi kebanggan bagi kaum lki-lki jika memiliki istri lebih
dari satu, dan anak laki-laki harus lebih pandai dari anak perempuan. Keluarga Betawi
umumnya memiliki anak lebih dari tiga.

Penduduk Betawi beranggapan bahwa pendatang adalah penjajah yang merebut


rumah dan kebun mereka, padahal mereka menjual tanah dan kebun untuk menghidupi
keluarga mereka sendiri. Keluarga Betawi umumnya berkelompok beberapa generasi
dalam satu rumah, rumah besar di sekat-sekat, atau bersebelahan dengan saudara lain.
Keluarga Betawi memiliki rasa gotong royong yang tinggi, kompak dalam menggha Suku
Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat
tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya. dapi persoalan anggota keluarganya, tetapi dalam
membela keluarganya acapkali tidak berdasarkan logis, lebih pada pertimbangan perasaan
dan kedekatan kekerabatan.

2.4 Aspek Budaya Betawi Yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Masyarakat Betawi melarang perempuan Betawi yang sedang mengandung pantang
makan yang amis-amis seperti ikan karena khawatir jika nanti melahirkan air
ketubannya amis. Sedangkan ibu hamil membutuhkan protein tinggi. Selain itu,
larangan untuk makan buah-buahan seperti pisang, nanas, mentimun, dan lain-lian
masih dinut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama di pedesaan.
b. Faktor budaya adalah masih kuatnya mitos-mitos budaya berkaitan dengan kesehatan
ibu dan pemahaman ajaran agama.  Mitos-mitos yang berkembang tersebut hanya

6
dapat diberantas dengan pemberian konseling, informasi, dan edukasi kepada
masyarakat. Disarankan untuk bidan agar memberikan penyuluhan pada para ibu,
suami, dan masyarakat umum mengenai nutrisi yang diperlukan terutama saat hamil
agar tidak pantang memakan makanan yang justru baik bagi kesehatan ibu.  Bagi ibu
hamil, diharapkan lebih kritis apabila mendapatkan informasi mengenai mitos
kehamilan agar tidak merugikan kesehatan. Fakta berbagai kalangan masyarakat di
Indonesia masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal biasa
alamiah dan kodrati.  Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin
ke bidan ataupun dokter.  Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makanan ikan
asin ikan laut udang dan kepiting karena dapat menyebabkan air ketuban menjadi
asin.  Dan memang selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah.  Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. 
c. Melakukan restrukturisasi budaya Betawi yang tidak merugikan kesehatan misalnya
kayu kaum pria Betawi dewasa umumnya merokok walaupun yang bersangkutan
menderita penyakit paru kronis seperti TB paru atau asma. Perawat menganjurkan
untuk berhenti merokok dan memantau secara  periodik sehingga suatu saat klien
memiliki budaya baru yaitu tidak merokok.
d. Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Menurut
kepercayaan orang-orang Betawi, wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah
orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung (melihat hal tersebut kita dapat
melihat pada sisi budaya dengan dunia kesehatan yang dikaitkan menjadi suatu
keselarasan oleh masyarakat Betawi tersebut. keyakinan akan mitos dengan arak
ondel-ondel dapat menolak bala menciptakan paradigma mereka akan percaya
terhadap suatu hal yang mistis yang dapat membantu mereka untuk mencegah wabah
cacar. Namun seperti yang kita ketahui hal tersebut jauh dari kebenarannya, cacar
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella Simplex dan ditularkan melalui
kontak udara sehingga dapat dengan kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat
Betawi tersebut tidak mengenai sasaran apapun dan hal tersebut hanyalah sebagai
ritual dari kebiasaan yang tidak dapat mereka lepaskan).

2.5 Konsep Sehat-Sakit Suku Betawi


Kesehatan merupakan hal yang yang sangat penting bagi kita yang masih
hidup, tak terkecuali Dalam usia muda, tua,  balita, atau uzur dengan kesehatan

7
banyak hal yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian,
badan yang sehat adakalanya mengalami gangguan kesehatan. Dalam kehidupan
masyarakat tradisional sakit kerap dihubungkan dengan masalah gaib. Misalnya
berhubungan dengan guna-guna santet teluh, dan lain sebagainya. Biasanya
mereka seringkali menggunakan dukun atau yang tenar dengan sebutan orang
pintar sebagai mediasi untuk kesembuhan penyakitnya. 

Bagi orang Betawi, sehat dan sakit merupakan hal yang alamiah. Oleh
karenanya, obat dan berobat bukanlah suatu hal yang sangat istimewa. 
Sebagaimana masyarakat pada umumnya orang Betawi percaya dan yakin bahwa
setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan pada dasarnya obat-obatan telah disediakan
oleh alam atau lingkungan tempat kita sehari-hari. 

Orang Betawi juga mengenal  tenaga pengobatan tradisional  yang sudah


tidak asing lagi dengan sebutan dukun titik dukun atau orang pintar masih
mendapatkan peran dan fungsi yang penting dalam beberapa spesifikasinya, seperti
dukun bayi, dukun sembur, dukun urat, dan lain sebagainya. Dukun-dukun tersebut
biasanya mendapatkan keahlian tanpa melalui pendidikan pada umumnya. Mereka
mendapatkan keahliannya disamping bakat lahir yang dominan bisa juga dari
warisan pendahulu mereka, atau mendapatkan keahlian itu secara tiba-tiba yang
sering disebut dengan sebuah karomah.

Keahlian itu kemudian ditambah dengan pola ritual seperti puasa dan
berpantang. contohnya pantang memakan suatu jenis makanan seperti garam atau
makanan yang berasal dari makhluk yang bernyawa. Di zaman sekarang dokter
dan bidan sudah banyak titik rumah sakit, puskesmas, klinik dan pusat kesehatan
lainnya pun mudah dijangkau titik meskipun ilmu dokter sudah canggih namun
keahlian dukun atau orang pintar masih tetap dibutuhkan bagi masyarakat terutama
dukun patah tulang.
2.6 Cara Mengobati Panas dan Bisul Menggunakan Mantra Betawi
Narasi :

Menimba ilmu terkait dengan tata cara pengobatan mantra Betawi adalah kearifan
lokal bahwa di setiap daerah memiliki bacaan khusus yang umum disebut mantra tetapi
umumnya yang paling terkenal adalah mantra jawa atau jampi-jampi Sunda, sedankan
untuk Betawi jarang di diketahui. Maka melalui cara ini penulis ingin mencoba mengorek

8
ilmu-ilmu Betawi yang bermanfaat bagi masyarakat seperti penyakit bisul, anak kecil
sawan, dan panas. Mencari cara untuk penyembuhan itu di sembu, ada juga yang di popol
daun jarak. Di popol adalah Bahasa Betawi, Jakarta dipopol adalah ditempel di
lembangan yang sakit. Biasanya jika orang panas jaun jarak dipopol di dahi maupun di
pusar. Pengobatan indrak adalah untuk mengobati orang atau anak-anak yang terkena
penyakit panas entah itu panasnya karena demam atau penyakit bahman (penyakit bisul
yang merah). Mungkin banyak yang tidak tahu mantra-mantra tersebut.

Dalam video dijelaskan bahwa bacaannya mantra-mantra nya bisa dicontohkan seperti
bacakan indrak ketujuh inilah yang nantinya bisa menyembuhkan penyakit, “indrak 7
mati satu tiggak 6, indrak 6 mati satu tinggal 5, indrak 5 mati satu tinggal 4, indrak 4
mati satu tinggal 3, indrak 3 mati satu tinggal 2, indrak 2 mati satu tinggal 1, indrak 1
mati 1 abis meminta obat indrak apa lawannya lebur tumpur musnah tampak ranah,, les
ilang lebih penyakit indraknya simpulan di bulan, sirep sirep sirep, di bulan kersaning
Allah” Tata caranya persis seperti mantra atau jampatau ruqyah ala Betawi.

Mantra yang dibaca terkesan seperti bercanda seperti main-main tapi nyatanya dalam
setiap kalimat mantra itu memiliki energi yang positif dan dapat pelajari secara teori
bahwa setiap kalimat memiliki makna yang tersurat dan tersirat. Mantra atau jampi-jampi,
dalam setiap kalimatnya memiliki energi karena memang diciptakan sebagai pengobatan

Untuk panas demam dapat diobati dengan mengambil daun jarak dicampur dengan
minyak kelapa dan garam, kemudiam membaca bacaan indrak dan dipopol di pusar.
Indrak ini dapat mengobati penyakit pada anak-anak, kecuali. Untuk pengobatan bisul
menter (bisul dengan 3 lubang) memiliki tata cara hampir sama hanya saja diganti dengan
daun miaya kemudian dikunyah dan diletakkan di bisulnya. Selain bermanfaat dalam
bidang pengobatan hal ini bermanfaat juga dalam melestarikan kearifan lokal. Bagi
masyarakat Betawi mencintai budaya-budaya tradisional merupakan hal yang penting.
Dalam pengobatan Betawi punya bahasa yang berbeda dengan bahasa di daerah lain
dalam hal mantra.

Pandangan Kelompok :

Pandangan kelompok kami terhadap kebudayaan Betawi tentang pengobatan bisul dan
panas menggunakan mantra atau jampi-jampi Betawi dan dedaunan adalah hal tersebut sudah
lumrah terjadi dikalangan masyarakat yang memiliki kepercayaan pada kebudayaan yang
masih kental. Pengobatan tradisional dengan cara yang hampir sama juga banyak di temukan

9
di kalangan suku lain seperti suku Jawa. Walaupun dalam praktik keperawatan hal tersebut
tidak dibenarkan,. Karena dalam praktik keperawatan yang seharusnya dilakukan adalah
upaya menurunkan demam, seperti memberikan obat penurun panas, maupun komres untuk
menurunkan panas. Meskipun begitu, dalam praktik keperawatan yang bersifat humanis,
perawat perlu memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan
kebudayaan. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan
keperawatan. Maka dari itu dibutuhkan transcultural nursing atau keperawatan transkultural

2.7 Kasus Asuhan Keperawatan pada klien suku Betawi


Gambaran kasus :
Tn. F (43 Tahun) dan Ny. N (35 Tahun) serta ke 2 anaknya yaitu An. M dan An.
L. Mereka merupakan sebuah keluarga dari sekian banyak suku Betawi di Tangerang
yang tinggal di desa pedalaman yang kental akan tradisinya. Dalam kesehariannya Tn. F
bekerja sebagai kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sedangkan
Ny. N sebagai pedagang kaki 5 yang kesehariannya menjual dagangannya dengan
mengelilingi kampungnya. Mereka hidup dengan beberapa kelompok suku yang ada
didaerahnya. Dimana didalam suku tersebut terdapat dukun pijat yang sangat di percayai
oleh semua anggota suku, sehingga setiap apa yang dukun itu lakukan merupakan suatu
hal yang mereka percayai. Padalah semua suku di pedalam tersebut tidak menempuh
pendidikan sama sekali. Masyarakat di daerah tersebut tidak memiliki agama dan
kepercayaan mereka hanya pada dukun pijat.
Suatu hari Tn. F melaksanakan kegiatan sehari-harinya sebagai kuli bangunan.
Beliau berangkat pagi jam 7 sampai lupa membawa bekal dari rumah. Beberepa menit
kemudian Ny. N menyadari bahwa Tn. F tidak membawa bekal untuk dibawa ke tempat
kerjanya. Kemudian Ny. N memanggil anak-anaknya yang sedang asik bermain di taman
dekat rumahnya. Ny. N menyuruh kedua anaknya agar mengantar bekal buat Tn. F ke
tempat dimana beliau bekerja.
Setelah itu mereka sampai ketempat Tn. F bekerja dan ketika itu mereka berdua
melihat Tn. F di kerumuni banyak orang dan mereka bertanya-tanya kenapa Ayah mereka
di kerumini banyak orang. Ternyata Tn. F jatuh ketika Tn. F naik tangga yang tangga
tersebut sudah terlihat rapuh, akhirnya Tn. F merasa sakit di pergelangan kaki akibat jatuh
dari tangga. Dan An. M dan An L membawa Tn. F pulang kerumah dan sampai di rumah
Ny. N terkejut melihat dan mendengar kejadian tersebut. Dan akhirnya Ny. N dan anak-
anaknya membawa Tn. F ke tempat yang mereka percayai yaitu dukun pijat. Tn. F di pijat

10
oleh dukun tersebut, setelah itu diolesi oleh minyak dan mebacakan mantra serta
meludahi di kaki Tn. F . Akan tetapi setelah diakukan pijat ke esokan harinya kondisi Tn.
F bukan malah membaik tapi sebaliknya bertambah buruk Tn. F merasa Nyeri yang
sangat hebat. Dan akhirnya Ny. N membawa Tn. F ke rumah sakit kenapa Tn. F terus
merintih kesakitan. Setelah dilakukan pemerikasaan oleh perawat yang jaga pada sift
tersebut ternnyata Tn. F mengalami Dislokasi dan harus rawat dengan menyanggah kaki
Tn. F dan mengompresnya dengan es.
1. Pengkajian
Identitas
Nama : Tn.F
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan :-
Pekerjaan : Kuli bangunan
Alamat : Daerah suku pedesaan Betawi
Status kesehatan : Dislokasi kaki

2. Pengkajian berdasarkan data di Role play


Berdasarkan role play yang telah ditampilkan, Setelah dilakukan pengkajian
data yang muncul adalah Keluarga Tn. F merupakan sebuah keluarga dari sekian
banyak suku Betawi di Tangerang yang tinggal di desa pedesaan. Masyarakat disana
jauh akan akses teknologi sehingga masyarakat disana masih kental akan tradisinya
Tn. F dalam kesehariannya bekerjasebagai kuli bangunan. Sedangkan Ny. N hanya
bekerja sebagai pedagang kaki lima. Seluruh anggota keluarga Tn. F tidak ada yang
menempuh pendidikan termasuk kedua anaknya, mereka hanya membantu Ny. N
dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam menangani masalah keluarga, keputusan
diambil oleh Tn. F selaku kepala keluarga. Keluarga Tn. F memiliki hubungan yang
baik dengan masyarakat tersebut sehingga kepercayaan yang diyakini masyarakat
sangat berpengaruh kepada keluarga Tn. F. mereka hidup dengan beberapa kelompok
suku yang ada di daerahnya. Suku mempercayai adanya dukun yang sangat di
percayai oleh semua anggota suku, sehingga setiap apa yang dukun itu lakukan
merupakan suatu hal yang mereka percayai. Semua anggota masyarakat pada suku

11
pedalam tersebut tidak menempuh pendidikan sama sekali. Masyarakat di daerah
tersebut tidak memiliki agama dan kepercayaan mereka hanya pada dukun atau orang
yang dianggap paling berperan dalam masyarakat tersebut. Seperti halnya yang yang
dijalani Keluarga Tn. F ketika Tn. F mengalami kecelakaan di tempat kerjanya dan
kakinya mengalami dislokasi, mereka pergi mengantar Tn. F ke dukun tersebut. Tn. F
kemudian dipijat oleh dukun tersebut dan diolesi oleh minyak dan mebacakan mantra
serta meludahi di kaki Tn. F.

3. Diagnosa Keperawatan
 Ketidakatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem yang diyakini atau
tradisi yang dianut
Keyakinan yang kuat dari suatu kelompok dapat mempengaruhi perilaku individu.
Keyakinan akan pengobatan tradisional khusunya dukun memang sudah menjadi
hal biasa di msyarakat Indonesia. Adanya asumsi yang kuat atas apa yang mereka
yakini serta didukung oleh kurangnya informasi yang mereka peroleh soal
kesehatan menimbulkan perilaku seseorang terhadap pengobatan yang mereka
jalani. Oleh karena itu kepatuhan seseorang dalam pengobatan merupakan hal
yang terpenting dalam kesehatan agar apa yang dipilih atau
diputuskan merupakan pilihan yang terbaik sehingga meminimalkan penyesalan
dan kerugian yang akan terjadi kedepannya.

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
Ketidakpatuhan dalam Restrukturisasi Budaya:
pengobatan 1. Beri kesempatan kepada klien untuk pengobatan
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya
dari budaya kelompok
3. Gunakan layanan kesehatan melalui pihak ketiga
4. Terjemahkan terminology yang dialami pasien
dalam pengobatan dan program kesehatan

12
5. Implementasi
a) Memberikan kesempatan klien untuk pengobatan.
b) Menentukan tingkat perbedaan pasien dalam melihat dirinya dari budaya
kelompok.
c) Menggunakan pihak ketiga.
d) Memberikan pengetahuan terminology
Pelaksanaaan dalam menyelesaikan masalah keperawatan tersebut perlu
adanya pendekatan yang tepat dengan melakukan menjalin hubungan baik dengan
masyarakat setempat serta melakukan pendekatan pribadi kepada orang yang
berperan dalam masyarakat tersebut. Terjalinnya hubungan yang baik antara
petugas kesehatan dengan masyarakat serta pengaruh dari seseorang yang
berperan dalam masyarakat tersebut rencana keperawatan dapat dijalan dengan
baik tanpa ada konflik serta diharapkan maslah keperawatan dapat terselesaikan.

6. Evaluasi
S : keluarga menyatakan bahwa mereka berhubungan paham terhadap
dengan sistem yang diyakini mengetahui dan tradisi yang dianut cidera
pemilihan dislokasi pengobatan dan yang diambil.
O : pasien dibantu oleh keluarga untuk minum obat yang diberikan oleh perawat.
A : masalah defisiensi pengetahuan teratasi.
P : hentikan intervensi.

13
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Contohnya pada kebudayaan Suku
Betawi, Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya
umumnya bertempat tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya. Suku Betawi memiliki
beberapa kepercayaan yang dianut, seperti banyak anak banyak rezeki, bangga jika
memiliki istri lebih dari satu, anak lali-laki harus lebih pandai dari anak perempuan, dan
masih banyak kepercayaan lainnya. Selain itu, masyarakat Suku Betawi juga memiliki
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, contohnya seperti melarang
perempuan Betawi yang sedang mengandung pantang makan yang amis-amis seperti ikan
karena khawatir jika nanti melahirkan air ketubannya amis, padahal ibu hamil sangat
membutuhkan protein yang tinggi, kepercayaan bahwa ondel-ondel dapat digunkan untuk
menolak bala, roh jahat, atau wabah, misalnya cacar akan hilang setelah orang-orang
mengarak ondel-ondel keliling kampung.
Bagi orang Betawi, sehat dan sakit merupakan hal yang alamiah. Oleh karenanya,
obat dan berobat bukanlah suatu hal yang sangat istimewa. Masyarakat Betawi juga
mengenal tenaga pengobatan tradisional, seperti dukun bayi, dukun sembur, dukun urat,
dan lain sebagainya. Dukun-dukun tersebut biasanya mendapatkan keahlian tanpa melalui
pendidikan pada umumnya. Seperti contohnya pengalaman yang dialami oleh Tn. F saat
kakinya terkilir dan dibawa ke dukun pijat kepercayaan masyarakat. Pengobatan
tradisional yang dilakukan dukun pijat, seperti membacakan mantra ataupun meludahi
kaki Tn. F tidak membuat kaki Tn. F membaik dan malah membuat kaki Tn. F dislokasi.

3.1 Saran
Kebudayaan yang ada pada Suku Betawi sudah sepantasnya untuk selalu kita
jaga dan lestarikan, namun ada beberapa kebudayaan atau kepercayaan dari Suku
Betawi yang bertentangan dengan kesehatan. Maka dari itu, kita juga harus dapat

14
memilah mana kepercayaan yang baik dan mana kepercayaan yang dapat memberikan
dampak buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Selvina, Vhyna. Transcultural Nursing Budaya Betawi. Diakses pada 06 Februari 2022
melalui https://www.scribd.com/document/481163211/transkultural-klp-5

Ardiansyah, Adi. Makalah Transkultural Komplit. Diakses pada 06 Februari 2022 melalui
https://www.slideshare.net/AdiAdriansyah1/makalah-transkultural-komplit

Prestasi Global Depok. 5 Fakta Unik Seputar Suku Betawi yang Perlu Diketahui. Diakses
pada Februari 2022 melalui https://www.prestasiglobal.id/fakta-unik-seputar-suku-betawi-
yang-perlu-diketahui/

Link Youtube : https://youtu.be/gXCqyfQYky8

15

Anda mungkin juga menyukai