PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat (output) yang diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu
sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Manfaat teoritis yang dimaksudkan agar makalah ini dapat
dijadikan sebagai tambahan bahan bacaan serta sebagai
dokumentasi bagi pembaca.
b. Makalah ini dibuat sebagai pengaya wawasan yang menjadi
motivasi bagi penulis untuk melakukan penulisan makalah yang
berbasis keilmuan guna meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya tentang hak dan kewajiban dari sisi etika.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan hak dan kewajiban.
b. Manfaat bagi kampus, diharapkan penulisan makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan di dalam menyusun materi
khusunya tentang hak dan kewajiban dari sisi etika.
c. Manfaat bagi dosen, diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan acuan di dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang hak dan kewajiban dari sisi etika
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Peran hak dan kewajiban dalam etika keperawatan.
Dalam prinsip etika keperawatan, hak perawat dan pasien memiliki
beberapa peran atau manfaat yang sangat penting dalam dunia keperawatan.
Berikut adalah peran hak dan kewajiban dalam prinsip etika keperawatan.
1. Mencegah konflik antar perawat dan pasien. Artinya, dengan adanya hak
dan kewajibannya yang dilindungi oleh ketentuan hukumtermasuk juga
etika keperawatanmaka perawat dan pasien tidak bisa berbuat semaunya
sendiri. Ada hak-hak dan kewajiban yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan oleh setiap pihak. Dan, hak dan kewajiban tersebut
dilindungi oleh hukum yang berlaku.
2. Pembenaran pada suatu tindakan. Maksudnya, hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh perawat maupun pasien sebenarnya membenarkan tindakan
yang telah dilakukan sebelumnya (kewajiban). Misalnya, ketika seorang
perawat mengobati pasien dengan baik dan benar sesuai dengan keahlian
yang dimilikiny hingga pasien tersebut sembuh dari sakitnya, maka tentu
hak perawat tersebut adalah mendapatkan penghargaan. Ketika perawat
menerima penghargaan tersebut, maka sebenarnya pada saat yang sama
muncul pembenaran terhadap pengobatan (pelayanan kesehatan ) maupun
kewajiban yang telah ilakukan sebelumnya terhadap pasien.
3. Menyelesaikan perselisihan. Jika terjadi perselisihan antara pasien dan
perawat termasuk dengan institusi sekalipun, prinsip hak dan kewajiban
yang dilindungi oleh ketentuan hukum dapat menjadi pedoman
penyelesaiannya. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa jika setiap
pihak, baik perawat, pasien, maupun institusi keperawatan berpegangan
teguh pada konsep hak dan kewajiban, maka perselisihan tidak akan
terjadi. Misalnya, tidak akan pernah terjadi malpraktik karena pasien
memiliki hak mendapatkan pelayanan yang baik, dan lain-lain.
4
mengekspresikan sesuai dengan keahlian dan bebas melayani
masyarakat sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, tanpa bisa
dicegah oleh siapa pun. Sedangkan pasien juga bebas untuk meminta
layanan kesehatan dari setiap perawat---karena kewajiban perawat
adalah melayani kesehatan pasien dan masyarakat luas---dan bebas
menentukan kemana ia akan berobat.
b. Hak kesejahteraan. Perawat dan pasien juga berhak mendapatkan
kehidupan sejahtera. Misalnya, pasien kelompok penerima jasa
pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit, berhak hidup sejahtera menerima kesembuhan jika berobat ke
rumah sakit. Artimya, bukan harus sembuh, tetapi para pasien berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik agar kesembuhannya bisa
tercapai.
c. Hak legislatif (hak untuk membuat peraturan atau ketentuan). Dalam
dunia keperawatan, biasanya hal ini hanya dimiliki oleh organisasi
etika keperawatan maupun rumah sakit, namun tetap mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Artinya, setiap
prganisasi etika keperawatan maupun rumah sakit bisa saja membuat
ketentuan sendiri, namun ketentuan itu tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, PP
No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, KepMenKes No.
1239/2001 tentang registrasi dan praktik perawat, undang-undang No.
23 Tahun 1992 tentang kesehatan, dan lain-lain.
5
3. Pasien juga berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran/ kedokteran gigi dan tanpa
diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kels perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari publik.
7. Pasien berhak meminta berkonsultasi kepada dokter lain terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, dengan
sepengetahuan dokter yang dirawat.
8. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya
termasuk data-data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
a. Penyakit yang diderita dan tindakan medisapa yang hendak dilakukan,
b. Kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tersebut sebut dan
tindakan untuk mengatasinya,
c. Alternatif terapi lainnya,
d. Prognosisnya,
e. Perkiraan biaya pengobatan.
10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izi atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
11. Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak atas kemanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
6
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah
sakit terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan motil maupun spiritual.
7
dan sebagai bentuk perlindungan hukum baik pemberi (perawat dan rumah
sakit) dan penerima praktik (pasien).
2. Hak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai
latar belakang. Artinya karier seorang perawat dalam dunia keperawatan
bisa ditingkatkan dengan berbagai macam cara.
3. Hak untuk menolak arahan rumah sakit atau atasannya yang bertentangan
dengan peraturan serta standar profesi dan kode etik profesi keperawatan.
Misalnya, arahan untuk menjadikan pasien sebagai kelinci percobaan
pengobatan tanpa persetujuan pasien dan keluarga; arahan mengambil
salah satu organ tubuh pasien yang telah mati, dan lain sebagainya.
4. Hak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau pasien yang
tidak puas terhadap pelayanannya, sehingga informasi tersebut akan
menjadi evaluasi dan dalam jangka panjang akan menjadi perbaikan
pelayanan kesehatan.
5. Hak untuk meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK
(ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam bidang keperawatan, kebidanan,
kesehatan secara terus-menerus selama menyandang profesi sebagai
perawat.
6. Hak untuk diperlakukan secara adil dan jujur oleh rumah sakit maupun
klien atau pasien dan atau keluarganya, baik dalam hal yang berkaitan
dengan fasilitas, gaji (penghargaan), dan yang lainnya.
7. Hak untuk mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya, sehingga keselamatannya akan terjamin.
Misalnya, perawat mendapat perlindungan bila terjadi kecelakaan di
tempat kerja, perselisihan antara dirinya dengan pasien, berselisih di
institusi tempat ia menjalankan fungsinya sebagai perawat, maupun di luar
institusi tersebut.
8. Hak untuk diikutsertakan dalam penyusunan atau penetapan kebijakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Artinya, perawat bukan hanya
dijadikan pelaksana kebijakan di rumah sakit, tetapi ia juga terlibat dalam
8
perumusan kebijakan tersebut, meskipun kapasitasnya jauh berbeda
dengan dokter maupun pengelola rumah sakit.
9. Hak untuk diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama
baiknya dicemarkan oleh klien atau pasien dan atau keluarganya serta
tenaga kesehatan lain. Misalnya, ia dituduh sebagai perawat yang acap kali
mengelabui pasien dalam hal pembayaran atau obat-obatan, padahal
sebenarnya tidak demikian.
10. Hak untuk menolak pihak lain yang memberi anjuran maupun permintaan
tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-
undangan, standar profesi, dan kode etik profesi. Misalnya, pasien
meminta agar perawat melepas infus dengan alasan tidak nyaman, padahal
keadaan pasien masih belum sembuh total. Atau, pasien meminta perawat
untuk diberi kesempatan pulang dari rumah sakit, padahal keadaan pasien
masih belum sembuh total, dan lain sebagainya.
11. Hak untuk mendapatkan penghargaan maupun imbalan yang layak dari
jasa profesinya sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku di rumah sakit
atau tempat ia bekerja. Misalnya mendapatkan gaji atau honor,
mendapatkan THR, mendapatkan tunjangan kesehatan, dan lain
sebagainya.
12. Hak untuk memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan
bidang profesinya, baik mengembangkan karier kerja (pindah kerja ke
rumah sakit yang lebih besar dan lebih maju) maupun mengembangkan
karier di dunia akademik. Misalnya, melanjutkan jenjang pendidikannya
dari D-3 Keperawatan ke S-1 Keperawatan, atau dari S-1 Keperawatan ke
S-2 Keperawatan.
13. Hak untuk memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan
meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khusus dan latar
belakang pendidikannya.
14. Hak untuk memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya
melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang
dijalankan, serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya.
9
Misalnya, pengakuan sebagai perawat dan itu dibuktikan dengan identitas
sebagai perawat.
15. Hak untuk mendapatkan lingkungan kerja yang bebas dari stres, tekanan
fisik dan tekanan emosional, serta mendapatkan lingkungan kerja
representatif, yaitu risiko kerja yang seminimal mungkin. Sehingga, ketika
bekerja sebagai perawat, ia akan merasakan aman, nyaman, dan tenang.
16. Hak untuk melakukan praktik profesi dalam batas-batas hukum yang telah
ditetapkan.
17. Hak untuk melakukan penelitian di bidang keperawatan, semata-mata
demi kepentingan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, baik
penelitian dalam konteks proyek, maupun sekadar penelitian non proyek.
18. Hak untuk menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang
dilakukan. Biasanya, setiap rumah sakit telah menetapkan standar
pelayanan bagi pasien.
19. Hak untuk menyatakan pendapat maupun koreksi atas segala kebijakan
yang berpengaruh terhadap keperawatan, khususnya terhadap dirinya
sendiri. Dengan kata lain, perawat tidak bersikap diam terhadap kebijakan
yang menimpanya. Ia masih memiliki ruang untuk menyatakan pendapat,
memberikan usulan, kritik yang membangun di tempat ia bekerja.
20. Hak berpartisipasi dalam organisasi sosial yang mewakili perawat dalam
meningkatkan asuhatan kesehatan. Artinya, selain berada di bawah
naungan organisasi keperawatan, perawat juga memiliki hak bergabung
dengan organisasi sosial yang berkaitan dengan keperawatan maupun
kesehatan. Misalnya, organisasi PMI (Palang Merah Indonesia), dan lain-
lain.
21. Perawat berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
klien dan atau keluarganya agar mencapai tujuan keperawatan yang
maksimal. Artinya, perawat berhak mengakses segala informasi mengenai
kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien tidak lain
adalah perawat ini sendiri.
10
Sedangkan bentuk dari kewajiban perawat yang harus dilaksanakan selama
menyandang profesi keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Perawat wajib memiliki kelengkapan administrasi berikut ini:
a. Surat Izin Perawat (SIP), sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah
Indonesia. Tanpa SIP, ia tidak boleh memberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, karena dianggap perawat tidak profesional atau
perawat amatiran (tidak dianggap sebagai perawat).
b. Surat Izin Kerja (SIK), sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada
perawat untuk melakukan berbagai paraktik keperawatan di sarana
kesehatan. Tanpa SIK, ia tidak bisa diterima kerja di berbagai institusi
kesehatan yang ada di Indonesia dalam kapasitasnya sebagai perawat.
c. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP), sebagai bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk menjalankan praktik perawat
perseorangan/kelompok. Tanpa adanya SIPP, praktik keperawatannya
dianggap sebagai praktik ilegal sehingga bisa dikenai sanksi hukuman
penjara.
2. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien beserta hak-hak keluarga
pasien. Perawat tidak boleh memaksakan kehendak dalam perawatan,
sementara kehendak tersebut bertentangan dengan hak-hak pasien dan
keluarganya.
3. Perawat wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani agar tidak
menyesatkan pasien. Artinya, perawat wajib merujuk klien kepada perawat
atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya.
4. Perawat wajib menyimpan segala rahasia pasien dan kedokteran sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak ada alasan
bagi perawat untuk tidak mengetahui rahasia kedokteran, rahasia rumah
sakit, maupun rahasia pasien dan keluarga pasien, karena seorang perawat
pasti telah dibekali tentang pengetahuan tersebut dan pasti telah
memahami tentang rahasia-rahasia tersebut.
11
5. Perawat wajib memberikan informasi kepada pasien atau keluarga pasien
sesuai dengan batas kewenangan perawat. Informasi itu berkaitan dengan
seluruh pelayanan kesehatan, kebijakan yang akan diambil berkaitan
dengan pasien, informasi mengenai segala risiko dan manfaat yang akan
dialami pasien dari pelayanan yang diberikan, serta informasi mengenai
jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Pasien harus mengetahui semua
itu.
6. Perawat wajib meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat sesuai dengan kondisi pasien, baik secara tertulis maupun
lisan. Misalnya, meminta persetujuan sebelum melakukan injeksi,
meminta persetujuan sebelum melakukan amputasi, melakukan
persetujuan sebelum memindahkannya ke ruang ICU, meminta
persetujuan sbelum merujuknya ke rumah sakit lain, meminta persetujuan
setiap hendak melakukan pemeriksaan, dan lain sebagainya.
7. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
berkesinambungan. Artinya, perawat wajib mencatat semua tindakan
keperawatan (dokumentasi asuhan keperawatan) secara akurat sesuai
peraturam dan SOP yang berlaku. Jangan sampai ada tindakan atau
kebijakan sekecil apa pun, khususnya yang berkaitan dengan pasien, yang
tidak masuk dalam catatan.
8. Perawat wajib mematuhi standar profesi dan kode etik perawat Indonesia
dalam melaksanakan praktik profesi keperawatan, apapun bentuk kode
etik tersebut. Di sinilah pentingnya bagi institusi keperawatan, rumah
sakit, termasuk pemerintah untuk membuat standar praktik keperawatan
yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik dan profesional.
Artinya, ada acuan yang jelas bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
Dalam konteks ini, kode etik keperawatan di Indonesia yang sudah ada
perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat aturan yang jelas,
rasional sesuai dengan kapasitas dan kemampuan perawat, dan objektif,
agar dapat dilaksanakan dengan baik di lapangan. Selain itu, dalam hal ini
juga diperlukan sosialisasi yang luas tentang kode etik profesi
12
keperawatan dan bila perlu diadakan pelatihan yang bersifat review
tentang etika keperawatan secara periodik atau berkala dan tidak terbatas.
9. Perawat wajib meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan
IPTEK keperawatan dan kesehatan demi perkembangan keahlian perawat
sendiri, demi peningkatan pelayanan kesehatan, dan demi keselamatan
pasien.
10. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa
pasien sesuai batas kewenangan dan SOP. Kewajiban ini harus dilakukan
ketika mendapatkan pasien dalam kondisi kritis, baik diminta oleh pasien
maupun tidak.
11. Perawat wajib melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
12. Perawat juga wajib mematuhi semua peraturan perundang-undangan yang
telah berlaku, tidak hanya peraturan perundang-undangan tentang
kesehatan, tetapi juga peraturan perundang-undangan lainnya yang acap
kali bersinggungan dengan aktivitasnya sebagai perawat.
13. Perawat wajib mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk memperoleh SIK ulang dan SIPP, menjaga
hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dengan anggota
tim kesehatan lain.
14. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi keperawatan yang
bersangkutan, baik di rumah sakit maupun organisasi keperawatan yang
menaunginya.
15. Perawat wajib mematuhi ke mana ia ditempatkan kerja oleh organisasi
keperawatan atau keputusan institusi yang berwenang. Bisa saja perawat
ditugaskan di daerah terpencil dan rawan konflik, yang jauh dari daerah
asalnya. Dalam kondisi ini, ia tidak bisa menolak atau menghindar.
16. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya dengan
profesional.
13
17. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan
dengan keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau
standar profesi yang ada.
18. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama
tidak mengganggu klien yang lainnya.
19. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan
terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada klien. Ini dilakukan tidak hanya ketika mengalami kesulitan, tetapi
dalam kondisi normal pun wajib berkolaborasi dengan tenaga medis
terkait.
20. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang kondisi rumah
sakit, infrastruktur yang dimiliki, tenaga ahli yang dimiliki, yang diberikan
kepada klien atau keluarganya sesuai dengan batas apa yang diketahuinya.
Dengan kata lain, perawat tidak boleh menutupi kekurangan rumah sakit
hanya untuk tujuan agar para pasien mau berobat ke rumah sakit tersebut.
21. Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus, baik secara formal
maupun nonformal.
22. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai upaya kemanusiaan
sesuai dengan batas kewenangan dan kemampuannya. Jika dalam konteks
ini memang agak membingungkan, maka pelaksanaan pelayanan gawat
darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan
dengan baik, yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat
serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk
daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat
kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan
tindakan pertolongan demi keselamatan jiwa klien.
23. Perawat wajib memberikan keterangan kepada pihak berwenang, seperti
kepolisian, tentang aktivitasnya dengan pasien jika hal tersebut demi
kepentingan umum dan penegakan hukum. Artinya, sekalipun perawat
14
wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien,
namun jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang maka ia wajib
memberikannya.
24. Perawat wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja, termasuk juga
perjanjian dengan pasien. Misalnya, perjanjian tidak akan mengatakan
kepada si A bahwa pasien sedang dirawat di rumah sakit tersebut,
perjanjian tidak akan memberikan keterangan apapun kepada media atau
wartawan, perjanjian untuk tidak akan melakukan amputasi, perjanjian
untuk tidak memindahkan ke rumah sakit lain karena alasan keamanan,
dan lain-lain.
25. Perawat wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada siapapun tanpa
pandang bulu, baik dalam waktu formal maupun tidak, jam kerja maupun
tidak, atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya, khususnya jika menjumpai
orang yang memang sedang membutuhkan pertolongan atau pelayanan
kesehatan.
26. Perawat wajib melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi
profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang
pendidikan di mana profesi lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi
ini.
27. Perawat wajib melandaskan semua pelayanan atau asuhan keperawatan
pada landasan hukum yang berlaku. Segala tindakan perawat dapat digugat
secara hukum oleh pasien atau rumah sakit tempat ia bekerja.
28. Perawat wajib mengomunikasikan tanggung jawabnya atau tugasnya
kepada pasien. Beberapa cara yang bisa dilakukan perawat untuk
mengomunikasikan tugasnya kepada pasien:
a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere interest).
Misalnya:
15
- Mohon maaf, Pak. Demi kenyamanan dan kesehatan Bapak, saya
akan mengganti balutan.
- Mohon maaf, Bu, ini sarapan paginya. Mohon untuk dimakan
demi kesehatan Ibu.
- Mohon maaf, Bu. Demi pemulihan usus kesehatan Ibu, saya akan
menyuntikkan obat...
b. Bila terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan
penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanation about the
delay). Misalnya, Mohon maaf, Pak. Bapak sabar dulu, saya akan
merawat pasien di sebelah, karena mau melahirkan. Nanti saya akan
kembali lagi.
c. Menunjukkan kepada klien sikap menghargai (respect) yang
ditunjukkan dengan perilaku. Misalnya, mengucapkan salam,
tersenyum, membungkuk, bersalaman, dan sebagainya. Contoh,
Selamat pagi, Pak. Bagaimana keadaan, Bapak? Maaf ya, Pak. Saya
akan memeriksa tekanan darah Bapak sebentar.
d. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects
the patient desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.
Misalnya, Coba Ibu jelaskan bagaimana perasaan Ibu saat ini.
e. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud
menghina (derogatory). Misalnya, Pasien satu ini mungkin harapan
sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi.
f. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam
sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya, perawat
tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak
cocok atau diagnosisnya mungkin salah.
16
2.2 Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien Menurut UU No. 38 Tahun 2014
Dalam Bab VI dijelaskan bahwa:
Hak dan Kewajiban Perawat
Pasal 36
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berhak:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien
dan/atau keluarganya.
c. Menerima imbalan jasa atau pelayanan keperawatan yang telah
diberikan.
d. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban:
a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan
peundang-undangan.
b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau
tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya.
d. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.
17
e. Memberikan informasi yang lengkap , jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
f. Melaksanakan tindakan perlimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat.
g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 38
Dalam praktik keperawatan, klien berhak:
a. Mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.
c. Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Memberi persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang
akan diterimanya.
e. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
Pasal 39
(1) Pengungkapan rahasia kesehatan klien sebagaimana dimaksud
dalam pasal 38 huruf e dilakukan atas dasar:
a. Kepentingan kesehatan klien.
b. Pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum.
c. Persetujuan klien sendiri.
d. Kepentingan pendidikan dan penelitian.
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kesehatan klien diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 40
Dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk perawat.
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam etikan keperawatan, secara sederhana dapat dimaknai yang
merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan
legalitas. Dalam konteks ini harus dipenuhi oleh pasien maupun institusi
keperawatan yang menaunginya, termasuk juga tempat dimana ia bekerja
sebagai perawat. Hal tersebut melekat secara mutlak dalam profesi
keperawatan dan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan
(legalitas). Pasien juga memiliki hak yang melekat secara mutlak dan
harus dipenuhi oleh perawat, atau rumah sakit tempat ia meminta layanan
kesehatan. Sedangkan kewajiban dalam etika keperawatan dapat dimaknai
sebagai tanggung jawab seorang perawat maupun pasien untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilaksanakan agar dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan hak-haknya.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca mampu mengerti dan memahami tentang hak
dan kewajiban perawat maupun pasien agar bisa melaksanakan kewajiban
dengan baik dan memperoleh hak yang tentunya diimbangi dengan
kewajiban.
20
DAFTAR PUSTAKA
21