Anda di halaman 1dari 36

STRES DAN ADAPTASI

Oleh :Kelompok 8 (Kelas 1.2)

1. Ni Kadek Dita Agustiari (P07120016054)


2. Ni Kadek Sri Suryani (P07120016055)
3. Putu Mila Rahardiptha (P071200160071)

PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2016

ii
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara
nugraha-Nyalah penulisan Makalah Stres dan Adaptasi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk
untuk mendapatkan nilai, namun di latarbelakangi pula untuk
memperluas wawasan khususnya tentang materi stres dan adaptasi
pada mata kuliah psikologi. Untuk itu penata berusaha menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang
objektif yang bersifat membangun guna tercapainya kesempurnaan
yang diinginkan.
Penata sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama
dari pihak yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan
harapan. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa
disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak I Wayan Candra, S.Pd.,S.Kep.,Ns.,M.Si , selaku dosen
mata kuliah Psikologi yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada kami.

Om Santih, Santih, Santih Om


Denpasar, Oktober 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Stres
A. Pengertian stres............................................................ 3
B. Faktor penyebab stres .................................................. 4
C. Sifat stres ..................................................................... 5
D. Model stres ................................................................... 7
E. Tahapan stres ............................................................... 9
F. Respon stres fisiologis .................................................. 11
2.2 Adaptasi
A. Pengertian adaptasi ...................................................... 14
B. Tujuan adaptasi ............................................................ 14
C. Dimensi adaptasi .......................................................... 14
D. Jenis-jenis adaptasi ...................................................... 16
E. Fungsi coping ............................................................... 21
F. Manajemen stres .......................................................... 29
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................. 31
3.2 Saran ................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,


stress merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat
menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik
dan frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang
dimaksud stres adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan
membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung, mudah
marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat, dan
gangguan pencernaan.
Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal
dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut.
Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara
tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut, tampaknya tidak banyak
orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya,
mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah
satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres
dan adaptasi akan membantu kita dalam menghadapi stres dan
mengetahui cara beradaptasi ketika stres tersebut menyerang kita,
melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang
baik mengenai stres dan adaptasi, maka individu tidak akan terkena
dampak negatif dari stres tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian dari stres?
2) Apa saja faktor penyebab stres?
3) Bagaimana sifat stres?

1
4) Apa saja model stres?
5) Bagaimana tahapan dari stres?
6) Bagaimana respon stres fisiologis?
7) Apa pengertian dari adaptasi?
8) Apa tujuan adaptasi?
9) Bagaimana dimensi adaptasi?
10) Apa saja jenis adaptasi?
11) Apa fungsi coping?
12) Bagaimana manajemen stres?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui pengertian dari stres.
2) Untuk mengetahui faktor penyebab stres.
3) Untuk mengetahui sifat stres.
4) Untuk mengetahui model stres.
5) Untuk mengetahui tahapan stres.
6) Untuk mengetahui respon stres fisiologis.
7) Untuk mengetahui pengertian dari adaptasi.
8) Untuk mengetahui tujuan adaptasi.
9) Untuk mengetahui dimensi adaptasi.
10) Untuk mengetahui jenis adaptasi.
11) Untuk mengetahui fungsi coping.
12) Untuk mengetahui manajemen stres.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Stres
A. Pengertian stres
Clonninger (1996) menyatakan stres adalah keadaan
yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang
mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai
jalan keluarnya atau banyak pikiran yang menganggu
seseorang tehadap sesuatu yang akan dilakukannya.
Kendall dan Hammen (1998) mengemukakan stres
terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan
antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas
kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan
tersebut. Situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai
beban atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Stres adalah segala masalah atau tuntutan
penyesuaian diri yang dapat mengganggu keseimbangan
seseorang (Maramis,2005).
Dari berbagai definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa
stres itu adalah ketegangan, setiap ketegangan yang
dirasakan oleh seseorang akan mengganggu dan dapat
menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun
perilaku. Stres tidak bisa dihindari sepenuhnya, tapi dapat
dikurangi dengan mengabaikan hal-hal yang tidak begitu
penting. Setiap hari kita mengalami berbagai macam stimulasi
yang menimbulkan stres, diantaranya kemacetan, lingkungan
yang panas, polusi udara, kebisingan, dan tekanan waktu.

3
Sumber stres
1. Internal (stres bersumber dari diri sendiri)
Tuntutan pekerjaan, atau beban terlalu berat,
kondisi keuangan , ketidak puasan dengan fisik tubuh,
penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau
sifat yang dimiliki.
2. Eksternal (stres yang bersumber dari luar diri sendiri)
Stres yg berasal dari keluarga disebabkan oleh
perselisihan dalam keluarga, berpisahan orang tua, adanya
anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba.
Stres yang berasal dari masyarakat dan lingkungan
pekerjaan, lingkungan sosial, lingkungan fisik. Contoh
adanya atasan yang tidak pernah puas di tempat kerja, iri
terhadap teman yang status sosialnya lebih tinggi.

B. Faktor-faktor penyebab stres


Lazarus dan Falkman (1984) menemukan respon terhadap
segala bentuk stressor sangat ditentukan oleh fungsi fisiologis,
kepribadian dan karakteristik perilaku seseorang. Faktor yang
mempengaruhi respon seseorang terhadap stressor adalah:
1. Intensitas
Pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia mempunyai
ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam dirinya.
Tingkat kekuatan ini dinilai sebagai kunci kepribadian dalam
menghadapi stres. Kepribadian ini memungkinkan seseorang
untuk menjadikan stresor sebagai suatu yang positif sehingga
memberikan respon yang positif pula terhadap stresor tertentu.
Suatu stresor yang bersifat negatif dan menjadikan stres bagi
seseorang dapat merupakan sumber kekuatan bagi orang lain.
Selain itu stresor juga dapat memberikan mekanisme untuk

4
memperingatkan seseorang agar dapat mengumpulkan seluruh
kekuatan yang dimilikinya dalam rangka melawan stres itu
sendiri.
2. Durasi
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan
stresor atau kejadian dari stresor sampai menjadikan seseorang
mengalami stres. Frekuensi perubahan-perubahan dari suatu
kejadian yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang hingga
merasakan stres.
3. Jumlah dan sifat dari stresor
Jumlah mengandung pengertian stresor yang harus dihadapi
dalam satu waktu. Banyaknya perubahan-perubahan dan
kejadian yang dialami seseorang dalam suatu periode waktu
tertentu lebih sering menyebabkan perkembangannya stres yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
Lazarus dan Falkman (1984) lebih lanjut menyatakan
seseorang dapat saja mencerap intensitas atau besarnya stresor
sebagai sesuatu yang minimal, sedang atau berat. Makin besar
stresor makin besar respon stress yang ditimbulkan. Sama
halnya cakupan dari stresor dapat digambarkan sebagai sesuatu
yang terbatas, sedang atau luas. Pada umumnya makin besar
cakupan stresor maka makin besar respon seseorang pada
stresor tersebut.

C. Sifat stres
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan bahwa
berdasarkan respons seseorang terhadap stresor yang
mengenainya atau yang menimpanya ada tiga sifat stres yaitu :

5
1. Eustress
Mengalami proses stres sebenarnya dapat memiliki efek
positif yang lazim disebut sebagai eustress atau “stres yang
baik”. Mengikuti ujian, test dan menyelesaikan tugas dalam
waktu terbatas merupakan stresor yang serius tetapi memiliki
dampak positif bagi yang bersangkutan. Menyelesaikan tugas
dalam waktu yang terbatas merupakan stresor yang bermakna
bagi kebanyakan mahasiswa, karena dapat mengembangkan
kemampuan menulis dan mengumpulkan informasi dari referensi
yang ada. Pernikahan, menunggu kelahiran anak, naik jabatan,
dapat hadiah adalah contoh lain dari eustress.
2. Distress
Istilah distress digunakan untuk menjelaskan respons
pengaruh negatif yang dapat diakibatkan dari stresor yang
menimpanya. Kata distress atau menyusahkan yang digunakan
disini mempunyai makna yang sama dengan sebutan stres bagi
banyak orang. Dalam pergaulan, berinteraksi dengan
masyarakat ketika mereka mengalami kesusahan maka istilah
yang lazim digunakan adalah dengan menyebutnya sebagai
stres. Sebagian masyarakat banyak mengistilahkan stres itu
menyangkut tentang kesusahan yang dialaminya seperti
kehilangan, konflik, kemarahan, dan penolakan. Padahal istilah
yang tepat digunakan adalah distress. Banyak mahasiswa
menyebutnya ujian akhir sebagai stresor yang signifikan dan
mengetahui diri mereka bereaksi terhadap stresor ujian akhir
tersebut. Detak jantung dan tekanan darahnya meningkat,
mulutnya kering, tangan-tangan mereka dingin dan berkeringat.
Tubuh mereka siap untuk menghadapi (fight) atau melarikan diri
(flight), akan tetapi satu diantaranya dari ke dua reaksi akan
dapat menimbulkan banyak masalah. Tidaklah mengherankan

6
kesusahan merupakan keprihatinan besar baginya. Kesusahan
yang berkepanjangan dapat berakibat adanya gangguan
psikologi fisiologis atau sering disebut sebagai gangguan
psychosomatic.
3. Neutral effects
Banyak stresor yang dihadapi setiap hari ditangani dengan
satu cara atau cara lain tanpa mempengaruhi dirinya atau
efeknya netral. Dohrenwend (dalam Sheridan dan Radmacher,
1992) menyatakan ada berbagai peristiwa yang menekan dapat
ditanggulangi tanpa pengaruh apapun yang dirasakan oleh
individu bersangkutan. Hal demikian bisa terjadi karena tuntutan-
tuntutan yang dibuat oleh stresor adalah demikian kecil atau
sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut adalah sedemikian besar sehingga stresor itu jarang
dapat dirasakan.

D. Model stres
Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi
individu dan memprediksi respon individu tersebut (Potter dan
Perry,1992). Setiap model yang disajikan berikut ini memiliki
sudut pandang yang berbeda, hal ini berkenaan dengan respon
stres dari setiap orang yang sangat individual.
1. Model stres berdasarkan respon
Model stres dari Selye (1976) merupakan model stres
berdasarkan respon yang mendefinisikan stres sebagai respon
non spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan
padanya. Berdasarkan model ini tidak memungkinkan melihat
perbedaan individu dalam berespons, sehingga hal ini hanya
bermanfaat untuk menentukan respon fisiologis seseorang.

7
2. Model berdasarkan stimulus
Fokus pada keadaan karakteristik yang menganggu dalam
lingkungan. Riset klasik yang mengidentifikasi stres sebagai
stimulus telah menghasilkan perkembangan dalam skala
penyesuaian sosial, yang mengatur efek peristiwa besar dalam
kehidupan terhadap penyakit (Holmes dan Rahe, 1976). Menurut
McNett (1989) bahwa model stres berdasarkan stimulus ini
memfokuskan pada asumsi sebagai berikut.
a. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan
perubahan itu memiliki tipe dan durasi penyesuaian yang
sama.
b. Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi
mereka terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
c. Setiap orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan
penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang
tersebut.
Model berdasarkan stimulus juga tidak memungkinkan untuk
melihat adanya perbedaan individu dalam persepsi dan
berespon terhadap stresor seperti halnya model berdasarkan
respon. Ternyata hal ini kurang dapat memberikan keleluasan
adaptasi bagi individu.
3. Model stres berdasarkan transaksi
Model ini memandang individu dan lingkungan dalam suatu
hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif (Lazarus dan
Falkam,1984). Model yang dikembangkan ini memandang
stresor sebagai respon perseptual individu yang berakar dari
proses psikologis dan kognitif. Stres muncul karena adanya
hubungan antara individu dan lingkungan sehingga muncul
berbagai stimulus respon dalam suatu transaksi.

8
4. Model adaptasi
Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
mengalami khawatir dan peningkatan stres ketika ia tidak siap
menghadapi situasi yang menegangkan. Dengan menggunakan
model ini kita dapat membantu seseorang untuk meningkatkan
keadaan kesehatannya dalam berbagai dimensi kehidupan yang
ada.

E.Tahapan stres
Menurut Rober J,Van Amberg, 1979, (dalam Dadang Hawari,
2001) stres dapat dibagi dalam 6 tahap, yaitu :
1.Tahap pertama
Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan,dan biasanya
ditandai dengan munculnya semangat yang berkelebihan,
pengelihatan lebih tajam dari biasanya mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya (namun tanpa disadari cadangan
energi dihabiskan, dan timbulnya rasa gugup yang berlebihan).

2.Tahap dua
Tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan – keluhan karena habisnya
cadangan energi, keluhan yang sering timbul, merasa letih
sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, mudah leleh setelah
makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman,jantung berdebar-debar, otot
perut dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.

3. Tahap tiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan
memadai, maka keluhan akan semakin nyata, seperti gangguan

9
lambung dan usus (gastriti atau maag,diare) ketegangan otot
semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur
(sulit untuk mulai tidur, terbangun tengah malam, dan sukar
kembali tidur, atau bangun terlalu pagi, dan tidak dapat tidur
kembali) tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.

4. Tahap keempat
Setelah memeriksakan diri ke dokter sering kali dinyatakan
tidak sakit, karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik
terhadap organ tubuhnya, namun pada kondisi berkelanjutan,
akan muncul gejala seperti gejala ketidak mampuan untuk
melakukan aktifitas rutin karena perasan bosan, kehilangan
semangat, terlalu lelah karena gangguan polah tidur,
kemampuan mengingat dan konsentrasii menurun serta muncul
rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.

5. Tahap kelima
Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana,
gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, semakin
meningkatnya rasa takut dan cemas.

6. Tahap enam
Tahap ini merupakan tahap puncak,biasanya ditandai dengan
timbul rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung
berdetak semakin cepat, kesulitan untuk bernapas tubuh
gemetar dan berkeringat dan adanya kemungkinan terjadi kolaps
atau pingsan.

10
F. Respon stress fisiologis
Umumnya respon stress yang ada atau perubahan-perubahan
yang terjadi akibat dari respon stress terhadap stressor yang
dihadapi meliputi berbagai aspek yang ada di dalam diri
seseorang. Hawari (2002) mengemukakan respon tubuh terhadap
stress, meliputi:
1. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun
mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan
serta kusam. Rambut memutih sebelum waktunya dan
rambut mengalami kerontokan.
2. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu sehingga tidak jelas
jika membaca dan sering kali kabur, hal ini diakibatkan
oleh otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau
sebaliknya sehingga dapat mempengaruhi fokus lensa
mata.
3. Telinga
Pendengaran seringkali menjadi terganggu dengan suara
berdenging (tinnitus).
4. Daya pikir
Kemampuan berpikir, mengingat dan konsentrasi menjadi
menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh
sakit kepala atau pusing.
5. Ekspresi wajah
Wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk tersenyum
atau tertawa dan kulit muka kedutan.

11
6. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga ia sering minum,
pada tenggorokan dirasakan seolah-olah ada ganjalan
sehingga ia sukar menelan, hal ini bisa terjadi akibat otot-
otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle
cramps) sehingga serasa tercekik.
7. Kulit
Reaksi orang yang mengalami stress pada kulitnya
beraneka jenis bisa merasakan panas pada sebagian kulit
tubuhnya, dingin atau keluar keringat yang berlebihan.
Kelembaban kuit berubah, kulit menjadi lebih kering.
Perubahan kulit lainnya merupakan penyakit kulit seperti
munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan
berjerawat berlebihan pada kulit muka, sering juga
dijumpai berkeringat atau basah pada telapak tangan dan
kaki.
8. Sistem pernafasan
Nafas terasa berat dan sesak akibat adanya penyempitan
saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan
otot-otot rongga dada yang mengalami spasme. Stress
juga dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit asma
(asthma bronchiale) karena otot-otot pada saluran nafas
paru-paru juga mengalami spasme.
9. Sistem kardiovascular
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau
dapat menyempit sehingga yang bersangkutan Nampak
mukanya pucat atau mukanya merah. Pembuluh darah
tepi terutama dibagian ujung jari-jari tangan dan kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain

12
itu, sebagian atau seluruh tubuh terasa panas atau
sebaliknya terasa dingin.
10. Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalamii
gangguan pada sistem pencernaannya. Lambung terasa
kembung, mual dan pedih, akibat produksi asam lambung
yang berlebihan. Dapat juga terjadi gangguan pada usus
sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas,
sukar buang air besar atau sebaliknya diare.
11. Sistem perkemihan
Paling sering dijumpai gangguan pada sistem perkemihan
adalah frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya
walaupun ia bukan penderita kencing manis.
12. Sistem musculoskletal
Orang yang mengalami stress sering mengeluhkan
ototnya terasa sakit seperti ditususk-tusuk, pegal dan
tegang. Merasa ngilu pada persendiannya dan merasa
kaku bila menggerakkan anggota tubuhnya. Keluhan
tersebut dikenal dengan pegal-linu.
13. Sistem endokrin
Kadar gula darah seseorang yang terkena stress bisa
meningkat dan bila berkepanjangan yang bersangkutan
bisa mengalami penyakit kencing manis. Pada wanita
mengalamii gangguan menstruasi berupa menstruasi tidak
teratur dan adanya rasa sakit saat menstruasi
(dysmenorrhoe).

13
2.2 Adaptasi
A. Pengertian Adaptasi
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau
diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi
stres.Folkam dan Lazarus (1984) mengemukakan adaptasi
adalah usaha kognitif dan usaha perilaku untuk menangani
permintaan eksternal dan internal yang dinilai melampui atau
mengganggu sumbe-sumber daya yang dimiliki oleh orang
tersebut. Jadi, adaptasi adalah proses penyesuaian secara
psikologis dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri
yang bertujuan untuk melindungi atau bertahan dari serangan
atau hal yang tidak menyenangkan.

B. Tujuan adaptasi
a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif.
d. menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

C. Dimensi adaptasi
Ada banyak dimensi adaptasi diantaranya adaptasi fisiologis
yang memungkinkan homeostatis fisiologi dan terjadi juga proses
serupa pada dimensi lainnya (Potter dan Perry, 1997).
Potter dan Perry (1997) mengemukakan stres dapat
memepengaruhi dimensi adaptasi fisik, perkembangan,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
1. Fisik
Dimensi adaptif fisik meliputi sindrom adaptasi lokal dan
sindrom adaptasi umum. Contoh sakit tenggorokan, kemudian
demam, jika tidak berhasil diatasi dapat mengakibatkan

14
kematian, sebaliknya jika berhasil maka infeksi dapat teratasi
dan pulih kembali.
2. Perkembangan
Dimensi adaptif perkembangan meliputi koping yang berhasil
dalam tugas atau tahap perkembangan sebelumnya dan
adaptasii yang berhasil terhadap stresor sebelumnya.
3. Emosional
Dimensi adaptif emosional adalah mekanisme pertahanan
psikologis dan kekuatan kepribadian individu. Contoh stresor
perkosaan, jika tidak berhasil beradaptasi maka ia mengalamii
ketakutan yang tidak rasional terhadap seorang pria.
4. Intelektual
Dimensi adaptif intelektual diantaranya pendidikan formal,
kemampuan untuk menyelesaikan masalah, ketrampilan
berkomunikasi, persepsi realistik, mobilisasi kesadaran terhadap
strategi koping positif masa lalu. Contoh stresor seseorang
didiagnosis menderita kanker, adaptasi yang gagal adalah
menyangkal adanya kanker dan mengabaikan semua
pengobatan. Adaptasi yang berhasil adalah menggunakan
pendekatan penyelesaian masalah yang aktif untuk mengambil
keputusan tentang pengobatan dan perawatannya.
5. Sosial
Dimensi adaptif sosial meliputi jaringan sosial yang
memberikan dukungan dan orang lain yang memberikan
dukungan dapat mengarahkan individu kepada sumber yang
dibutuhkan. Pecandu alkohol dalam keluarga merupakan contoh
stresor, jika gagal beradaptasi maka individu menarik diri dari
keluarga dan kontak sosial lainnya, sebaliknya adaptasi berhasil
adalah partisipasi aktif dari semua anggota keluarga dalam
kelompok pendukung (Alcoholic Anonymous).

15
6. Spiritual
Kelompok pendoa dan dukungan dari rohaniawan merupakan
dimensi adaptif spiritual.Contoh stresor anggota keluarga yang
sakit merasa bahwa Tuhan telah meninggalkannya, adaptasi
yang gagal adalah menarik diri dengan tidak pergi ke tempat
ibadah, tidak berbicara dengan pemimpin agama/kerohanian.

D. Jenis adaptasi
Pada umumnya jenis adaptasi ada dua, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
Penelitian klasik yang dilakukan oleh seorang dokter
yang fokus meneliti stres yaitu Hans Selye (1946, 1976)
menemukan dua adaptasi fisiologis yang berhubungan
dengan stres yaitu Local Adaptation Syndrom (LAS) dan
General Adaptation Syndrom (GAS)yang secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. LAS
Sindrom adaptasi setempat ini termasuk diantaranya
pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadapt tekanan. LAS memiliki ciri sebagai berikut.
 Respons yang terjadi adalah setempat/lokal, jadi tidak
melibatkan seluruh sistem tubuh.
 Respons adalah adaptif yang berarti stresor diperlukan
untuk menstimulasinya.
 Sifat respons jangka pendek, tidak terjadi secara terus
menerus.
 Respons adalah restoratif yaitu membantu dalam
memulihkan homeostatis region atau bagian tubuh
tertentu.

16
Sebagai contoh LAS ada dua respons yang sering dihadapi
oleh seseorang atau tenaga kesehatan khususnya dokter dan
perawat, diantaranya.
 Respons refleks nyeri
Merupakan respons setempat dari sistem saraf pusat
terhadap nyeri untuk melindungi jaringan dari kerusakan
lebih lanjut.Melibatkan respons sensoris, safat sensoris
yang menyebar ke medula spinalis, neuron penghubung
dalam medula spinalis, saraf motorik yang menjalar dari
medula ke spinalis.
 Respons inflamasi
Respons ini distimulasi oleh trauma atau keadaan
infeksi, yang memusatkan inflamasi sehingga
menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan
penyembuhan. Respons inflamasi terjadi dalam tiga
fase.Fase pertama meliputi perubahan sel-sel dan
sistem sirkulasi. Fase kedua ditandai oleh adanya
pelepasan eksudat dari luka.Eksudat merupakan
kombinasi cairan, sel-sel dan bahan lainnya yang
dihasilkan di tempat cidera. Fase ke tiga adalah
perbaikan jaringan dengan regenerasi atau
pembentukan jaringan parut.
b. GAS
Merupakan respon fisiologi dari seluruh tubuh terhadap
stres, yang melibatkan berbagai sistem tubuh terutama sistem
saraf otonom dan sistem endokrin. GAS terdiri dari beberapa
bagian, diantaranya:
 Reaksi alarm

17
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor.
Kadar hormon meningkat agar volume darah dapat
meningkat menyiapkan individu untuk bereaksi.
Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar
glukosa darah persiapan energi untuk keperluan
adaptasi.
Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan
individu untuk melakukan respon melawan atau
menghindar (fight or flight). Curah jantung,
pengambilan oksigen dan frekuensi pernapasan
meningkat, dilatasi pupil mata untuk menghasilkan
bidang visual yang lebih besar, dan frekuensi jantung
meningkat untuk menghasilkan energi lebih
banyak.Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi
mental ini seseorang disiapkan untuk melawan atau
menghindari stresor.
Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada
stresor spesifik. Stresor yang terus menetap setelah
reaksi alarm (peringatan) maka berlanjut ke fase
kedua yaitu tahap resisten.
 Tahap Resisten
Tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormon,
frekuensi jantung, tekanan darah dan curah jantung
kembali ke tingkat normal. Individu berupaya untuk
beradaptasi terhadap stresor, jika stresor dapat
diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah
terjadi. Stresor yang terus menetap seperti kehilangan
darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan,

18
kemudian tidak mampu beradaptasi maka individu
masuk tahap ketiga tahap kehabisan tenaga.
 Tahap Kehabisan Tenaga
Terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan
stresor dan energi yang diperlukan semakin
menipis.Respon fisiologis menghebat tetapi tingkat
energi individu terganggu dan adaptasi terhadap
stresor hilang.Tubuh tidak mampu lagi
mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor,
regulasi fisiologis menghilang dan jika stres terus
berlangsung dapat mengakibatkan kematian.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemapuan
seseorang untuk menghadapi stressor. Perilaku adaptif
psikologis dapat konstruktf atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Perilaku desduktrif mempengaruhi
orientassi realitas, kemampuan penyelesaian masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat. Individu bisa
terlibat penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan yang
secara subyektif dapat dipandang sebagai perilaku adaptif,
namun dalam kenyataannya hal demikian malah
meningkatkan stres dan bukan menyelesaikan massalah.
Perilaku adaptif psikologis disebut sebagai copingatau
mekanismecoping. Lazarus dan Folkman (1984)
mengemukakan copingmerupakan strategi untuk
memanajemen perilaku menuju penyelesaian masalah yang
paling sederhana dan realistis, serta berfungsi untuk
membebaskan diri dari massalah yang nyata maupun tidak
nyata. Coping mengubah hubungan menghasilkan dua

19
tujuan, pertama individu antara dirinya dengan
lingkungannya agar menghasilkan dampak yang lebih baik.
Tujuan yang kedua yaitu individu biasanya berusaha untuk
meredakan atau menghilangkan beban emosional yang
dirasakannya.
Lazarus dan Folkman 91984) lebih lanjut menyatakan
pada awalnya kata “manajemen” dalam arti copingmemiliki
pengertian yang sangat penting dan mengidintifikasikan
copingsebagai usaha untuk keluar serta mencoba mencari
solusi dari setiap permasalahan yang ada. Pada dasarnya
jika dapat mengatasi setiap masalah yang ada dan dapat
mengevaluasi kembali setiap inti dari setiap permasalahan
yang ada, kita dapat memberikan penilaian secara
sederhana setelah mengamati setiap perbedaan
permasalahan yang ada, menoleransi atau menerima suatu
ketakutan, ancaman dan kita akan menolak dan menghindar
dari setiap masalah yang dialamai (Lazarus dan Folkman,
1984). Lazarus dan Folkman membedakan dua tipe
penilaian, yaitu penilaian primer (primary appraisal) dan
penilaian sekunder (secondary appraisal) (Mayne dan
Banona, 2003). Penilaian primer tergantung pada tujuan,
nilai dan kepercayaan yang berhubungan dengan evaluasi
yang dimiliki oleh individu terhadap stresor. Penilaian primer
ditujukan pada kejadian yang dialami sebagai pertanyaan
oleh individu untuk menentukan arti dari kejadian tersebut.
Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal yang positif,
netral atau negatif dan disesuaikan dengan tujuan, nilai dan
kepercayaan yang dimiliki oleh individu tersebut.Lazarus dan
Folkman membedakan lima tipe penilaian primer yaitu
penilaian yang tidak relevan (irrelevant), penilaian yang

20
positif (benign/positive), penilaian yang penuh kekalahan
(harm/loss), penilaian yang penuh ancaman (threat), dan
penilaian yang penuh kemenangan (chalenge) (Mayne dan
Bonano, 2003).
Individu berhadapan dengan lingkungan yang baru atau
terjadi perubahan lingkungan ada situasi yang penuh
tekanan maka individu akan melakukan penilaian awal yaitu
penilaian primer untuk menentukan arti dari kejadian
tersebut. Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal yang
positif, netral atau negatif. Sesudah penilaian awal terhadap
stresor maka dilanjutkan dengan penilaian sekunder.
Menurut Lazarus penilaian sekunder merupakan penilaian
terhadap kemampuan individu atau penilaian terhadap
sumber-sumber ketahanan terhadap stres seperti harga diri,
hubungan yang dimiliki dalam upaya mengatasi tekanan
yang dialami (Eysenck dan Keane, 2001).
Safaria dan Saputra (2009) mengemukakan setelah
individu memberikan penilaian primer dan sekunder individu
akan melakukan penilaian ulang (re-appraisal) yang akhirnya
mengarah pada pemilihan strategi coping untuk
penyelesaian masalah yang sesuai dengan situasi yang
dihadapi.

E. Fungsi coping
Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan coping memiliki
dua fungsi umum yaitu
1. Coping yang berfokus pada emosi (Emotional-focused
coping)
Merupakan suatu upaya untuk mengontrol respons
emosional terhadap situasi yang sangat menekan. Coping ini

21
disebut juga dengan mekanisme pertahanan ego, yang
pertama kali diperkenalkan oleh tokoh psikologi
ketidaksadaran Sigmund Freud. Mekanisme pertahanan ego
ini digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi
dari perasaan tidak berdaya dan ansietas (Potter dan Perry,
1997). Mekanisme pertahanan ego uang dalam hal ini “ego”
merupakan inti kesatuan manusia, sehingga ancaman
terhadap ego merupakan pula ancaman terhadap tulang
punggung eksistensi manusia. Mekanisme pertahanan ego
sebenarnya tidak realistik tidak langsung mengatasi masalah
sehingga mengandung penipuan diri dan distorsi realitas,
karenanya dalam jangka panjangan dapat mengganggu
kepribadian. Menurut Maramis (20050 ada berbagai jenis
mekanisme pertahanan diri diantaranya.
a. Fantasi
Keinginan yang tidak terkabulkan dipuasskan dalam
imajinasi. Seseorang mahasiswa yang kurang pandai lalu
beimajinasi menjadi mahasiswa teladan. Fantasi ini bisa
produktif atau tidak produktif. Fantassi yang produktif dapat
digunakan secara konstruktif untuk mempertahankan
motivasi dan untuk menyelesaikan masalah dengan segera
karena bisa rileks. Sebaliknya fantasi yang tidak produktif
hanya merupakan suatu kegiatan pemuas khayalan untuk
mengganti pemenuhan kebutuhan yang tidak tercapai tetapi
tidak mendorong mencapai kebutuhan yang diinginkan.
b. Pengingkaran/penyangkalan (denial)
Menghindari realitas ketidaksetujuan dengan
mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya,
kemungkinan merupakan mekanissme pertahanan diri yang
paling sederhanan dan primitif (Stuart dan sundeen,2002).

22
Bentuk pengingkaran tidak berani melihat dan mengakui
kenyataan yang menakutkan seperti menutup mata, karena
tidak berani melihat sesuatu yag mengerikan, tidak mau
memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya
yang keterbelakangan.
c. Rasionalisasi
Stuart dan Sudeen (2002) mengemukakan rasionalisme
adalah memberikan penjelasan yang dapat diterima secara
sosial atau seolah-olah masuk akal untuk menyesuaikan
impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat
diterima. Rasionalisasi mempunyai dua unsur pembelaan
yaitu: membantu membenarkan yang dilakukan dan yang
dipercaya serta melunakkan kekecewaan yang berhubungan
dengan tujuan yang tidak dapat diraih. Fenomena adanya
rasionalissme adalah: mencari-cari alasan untuk
membenarkan perilakuya atau kepercayaannya, tidak
mampu mengenal hal-hal yang bersifat dinamis atau
bertentangan dan menjadu bingung, marah jika alasannya
diragukan orang.
d. Identifikasi
Menambah rasa harga diri dengan menyelamatkan dirinya
dengan seseorang atau suatu hal yang dikaguminya.
Contohnya seorang anak menghisap rokok seperti ayahnya,
bersolek seperti ibunya.
e. Introyeksi
Individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain
atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri
(Stuart dan Sundeen, 2002). Contonya Anjasmara yang
berusia tujuh tahun mengatakan pada adiknya yang berumur

23
tiga tahun “jangan mencoret-coret bukumu, lihat saja gambar
yang indah itu”
f. Represi
Secara tidak sadar menekan pikiran yang berbahaya dan
menyedihkan keluar dari alam sedihnya. Contohnya Agus
tidak mengingat pernah memukul adiknya ketika masih kecil.
Disamping represi ada supresi dan keduanya berbeda.
Dalam represi secara tidak sadar melakukannya sedangkan
dalam supresi individu secara tidak sadar menolak
pikirannya keluar dari alam sadarnya dan memikirkan hal
yang lainnya. Supresi tidak begitu berbahaya terhadap
kesehatan jiwa jika tidak dilakuan terus menerus dan
mengingat individu mengetahui perilakunya demikian.
g. Regresi
Kembali ke taraf perkembangan yang telah dilalui yang
biasanya kurang matang dan kurang aspiratif. Contonya
penganten baru jika mengalami kesulitan sedikit saja dalam
rumahtangganya, terus pulang atau pergi ke rumah ibunya.
Dalam regresi secara tidak disadari individu itu
mengulangi/mencoba lagi perilaku atau cara yang digunakan
terdahulu, sewaktu ia masih kanak-kanak dan tergantung
pada orang lain serta dilindungi dan tidak berpikir susah.
h. Proyeksi
Menyalahkan orang lain berhubungan dengan
kesulitannya sendiri atau mengeluarkan kepada orang lain
keinginannya sendiri yang tidak baik. Contohnya seorang
mahasiswa tidak lulus ujian lalu ia mengatakan “pak dosen
sentimen terhadaptnya”. Proyeksi merupakan
kecenderungan seseorang untuk menyalahkan orang lain
mengenai kesalahan dirinya sendiri. Seseorang

24
menghubungkan kepada orang lain keinginan dan pikirannya
sendiri yang tidak dapat diterima.
i. Reaksi formasi (reaction formation)
Pembentukan sikap dan pola perilaku yang berlawanan
dengan sesuatu yang benar-benar dirasakan atau akan
dilakukan oleh orang lain (Stuart dan Sundeen, 2002).
Contohnya seorang wanita yang telah menikah dan merasa
tertarik dengan salah seorang suami temannya, hal demikian
ia lakukan agar dapat menahan kecenderungan dirinya
sendiri ke arah itu atau ada orang yang memberi hormat
secara berlebihan terhadapat seseorang yang justru tidak
disukainya.
j. Sublimasi
Keinginan yang tidak terpenuhi terutama seksual
disalurkan pada kegiatan lain yang dapat diterima oleh
masyarakat. Contohnya seseorang yang tidak kawin dan
tidak dapat mengatasi dorongan seksualnya akan mendapat
kepuasan dalam keperawatan, pendidikan, olahraga atau
kesenian.
k. Kompensasi
Menutupi kekurangan dengan menonjolkan hal yang baik
atau karena frustasi dalam suatu bidang tertentu, dicari
kepuasan dalam bidang yang lain. Contohnya tidak pandai di
sekolah namun yang bersangkutan menjadi pengebut yang
ulung, frustasi dalam percintaan kemudian ia makan
berlebihan.
l. Salah pindah (displacement)
Mengalihkan emosi yang semestinya diarahkan pada
orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral
atau tidak membahayakan. Contoh seorang anak yang

25
dimarahi ibunya kemudian memukul adiknya karena ia tidak
berani marah dengan ibunya.
m. Pelepasan (undoing)
Meniadakan atau membatalkan suatu pikiran,
kecenderungan atau tindakan yang tidak disetujui. Meminta
maaf, menyesal, dan menjalani hukuman. Contohnya
seorang suami yang tidak setia memberikan macam-macam
hadiah kepada istrinya.
n. Penyekatan emosi (emotional insulation)
Individu mengurangi tingkat keterlibatan emosinya dalam
keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau suatu
yang menyakitkan dalam keadaan frustasi hebat yang lama
seperti ada dalam tahanan atau menjadi pengangguran,
kemiskinan dan kesakitan maka banyak orang akan menjadi
putus asa lalu menyerahkan diri pada keadaan serta menjadi
acuh tak acuh. Contohnya seorang pemuda setelah putus
cinta dengan pacarnya, melakukan penyekatan diri sehingga
ia merasa tidak mungkin lahi menjalin hubungan emosional
yang erat dengan seorang wanita.
o. Isolasi (intelektualisasi, disosiasi)
Merupakan suatu bentuk penyekatan emosional, beban
emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan diputuskan
atau diubah (disosiasi). Contohnya rasa sedih karena
kematian kekasih dikurangi dengan mengatakan sudah
nasibnya. Seseorang dapat mengurangi rasa salah karena
perbuatan yang tidak layak dengan menunjukkan pada
relativitas sebuah ide baik dan buruk atau benar dan salah
dalam kebudayaan. Pada isolasi ini terjadi pemutusan beban
emosional yang normal dengan cara intelektuasi.

26
p. Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan
menceritakan berbagai kesukarannya. Contohnya ia
menceritakan penyakit yang dialami agar memperoleh
simpati sehingga harga dirinya dapat diperkuat walaupun
ada gangguan.
q. Pemeranan (acting out)
Mengurangi suatu ketegangan yang dibangkitkan oleh
keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya.
r. Fiksasi
Feist dan Feist (2009) mengemukakan pada umunya
pertumbuhan psikis lazimnya bergerak secara kontinu
melalui serangkaian tahap perkembangan, akan tetapi
proses pendewasaan secara psikologis tidaklah bebas dari
momen-momen yang penuh dengan stres maupun
kecemasan. Sama dengan mekanisme pertahanan lainnya
fiksasi bersifat universal. Orang-orang yang terus menerus
memperoleh kepuasan melalui makan, merokok, atau
berbicara bisa jadi memiliki fiksasi oral, seperti halnya
mereka yang terobsesi pada kerapian memilikii fiksasi anal.
s. Menarik diri
Perkembangan kepribadian bisa berhenti ketika manusia
lari dari kesulitan. Adler menyebut kecenderungan ini
sebagai menarik diri atau perlindungan dengan membuat
jarak. Adler juga menyebutkan empat cara perlindungan
dalam menarik diri, yaitu :
 Bergerak mundur, adalah kecenderungan untuk
melindungi tujuan superioritass fiksional seseorang
dengan cara psikologis kembali pada periode
kehidupan yang lebih aman.

27
 Berdiam diri, adalah kecenderungan menarik diri ini
mirip dengan bergerak mundur tetapi secara umum
tidak terlalu parah. Contohnya seorang anak yang
mau dan menjauh dari anak-anak lain tidak akan
pernah ditolak oleh anak-anak tersebut.
 Keragu-raguan, ada orang yang ragu-ragu ketika
dihadapkan pada masalah yang sulit.
 Membangun penghalang, dengan mampu mengatasi
masalah mereka melindungi harga diri dan wibawa
mereka. Beberapa orang membangun rumah dari
jerami untuk menunjukkan kalau mereka bisa
merobohkannya, jika mereka gagal melakukannya,
maka mereka selalu bisa mencari alasan (Feist dan
Feist, 2009).
2. Coping yang berfokus pada masalah (Problem-focused
coping)
Merupakan suatu upaya untuk mengurangi stresor dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang
baru untuk digunakan mengubah situasi, keadaan atau pokok
permasalahan.
Billings dan Moos membuat kategori coping menjadi dua
macam meliputi metode coping aktif atau menghindar
(avoidant) dan coping yang dilihat sebagai respons fokus yaitu
orientasi pada masalah dan orientasi pada emosi (Rice,
1992). Ahli lain Matheny dkk mengemukakan dua model
copingyang diperolehnya melalui metode meta-analisis dari
berbagai literatur yang membaginya yaitu coping kombatif,
yang merupakan escape learning (penyelesaian) dengan
langsung bertempur untuk mengatasi persoalan. Coping

28
kambatif meliputi menoleransi stresor dengan cognitive,
Sensation focusing,dan self medication.Lain halnya dengan
coping preventif adalah ovoidant learning (penghindaran)
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya distres
sehingga individu menjadi lebih tahan terhadap stres tersebut.
Coping preventif meliputi adjusting tingkat tuntutan,
mengindari stresor melalui file adjustments, mengembangkat
daya coping individu seperti aset fisiologis berupa kesehatan
fisik dan olahraga.

F. Manajemen stres
Merupakan upaya mengelolah stres dengan baik,bertujuan
mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ketahap yang
lebih berat.Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan
adalah:
1. Mengatur diet dan nutrisi
Merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau
mengatasi stres.Ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwual yang
teratur,menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul
kebosanan.
2. Istirahat dan tidur
Merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik
dan kebugaran tubuh,tidur yang cukup juga akan memperbaiki
sel-sel yang telah rusak.
3. Olahraga teratur
Salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik
maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit
olaraga yang dianjurkan seperti jalan pagi,lari pagi dilakukan 2

29
mg sekali,tidak harus sampai berjam-jam,diamkan biarkan badan
berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.
4. Berhenti merokok
Bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan
kekebalan tubuh.
5. Menghindari minuman keras
Merupakan faktor pencetus terjadinya stres dengan
menghindari minuman keras,individu dapat terhindari dari
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh pengaruh
minuman keras yang mengandung alkohol.
6. Mengatur berat badan
Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu
kurus) merupakan faktor dapat menyebabkan timbulnya
stres.Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan
ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu
Merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres.dengan mengatur waktu yang sebaik-
baiknya pekerjaan yang ddapat menimbulkan kelelahan fisik
dapat dihindari, hal ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien,misalnya tidak
membiarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan hal yang
bermanfaat.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Stres adalah ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh
seseorang akan mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi
fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku. Sedangkan adaptasi
adalah proses penyesuaian secara psikologis dengan cara
melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk
melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak
menyenangkan. Stres dapat terjadi karena dua sumber, yaitu:
berasal dari sumber internal (diri sendiri) dan sumber eksternal
(diluar diri sendiri/lingkungan). Stres juga dipengaruhi oleh intensitas,
durasi, jumlah, dan sifat dari stresor.
Ketika mengalami stres, orang menggunakan energi
fisiologis,psikologis,sosial budaya dan spiritual untuk
beradaptasi.Tujuan dari adaptasi itu sendiri adalah menghadapi
tuntutan keadaan secara sadar, menghadapi tuntutan keadaan
secara realistik, menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif, dan
menghadapi tuntutan keadaan secara rasional. Stres dapat
dimanajemenkan dengan cara mengatur diet dan nutrisi, istirahat
dan tidur, olahraga yang teratur, tidak merokok, menghindari
minuman keras, mengatur berat badan, dan mengatur waktu.

3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu kita harus bisa menjaga diri
sendiri agar terhindar dari stres yang dapat mengganggu kegiatan
lainnya, kita juga harus bisa beradaptasi dengan baik agar dapat
melindungi diri dan bertahan dari serangan yang tidak
menyenangkan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan. 2016. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik


Keperawatan Jiwa. Denpasar: Politeknik Kesehatan
Denpasar.

http:////digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael
7626-3-babii.pdf diakses pada tanggal 14 oktober 2016

32
33

Anda mungkin juga menyukai