PEMBENTUKAN SIKAP
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
1. Ni Kadek Risna Surastini (P07120016063)
2. Ni Luh Putu Ayu Puspita Wangi (P07120016064)
3. I Ketut Suwiyanto (P07120016066)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2016/2017
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas asungkerta wara nugraha-Nyalah penulisan Makalah
Pembentukan sikap ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan pembentukan sikap perawat di Indonesia yang dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi.
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk mendapatkan
nilai, namun di latarbelakangi pula untuk memperluas wawasan khususnya tentang
sikap dan karakter perawat di Indonesia.Untuk itu penulis berusaha menyusun makalah
ini dengan sebaik-baiknya.Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu diharapkan kritik dan saran yang objektif yang bersifat membangun guna
tercapainya kesempurnaan yang diinginkan.
Penata sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang
terkait, Makalah pembentukan sikap ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu
pada kesempatan yang baik ini tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada bapak I Wayan Candra selaku dosen mata kuliah Psikologi yang
selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan tuntunan dalam
pembuatan makalah pembentukan sikap di Indonesia.
Denpasar,November 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sikap............................................................................................................ 3
2.2 Struktur sikap................................................................................................................ 4
2.3 Fungsi sikap .................................................................................................................. 6
2.4 Tingkatan sikap ............................................................................................................ 7
2.5 Determinan sikap .......................................................................................................... 9
2.6 Ciri sikap ..................................................................................................................... 10
2.7 Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap ................................ 10
2.8 Pembentukan sikap ...................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sikap atau “Attiude” pada awalnya digunakan untuk
menunjukan status mental individu. Sikap diarahkan pada suatu hal
atau obyek tertentu dan masih bersifat tertutup, sehingga sikap tidak
dapat dilihat langsung tetapi dapat ditafsirkan dari perilaku. Selain
tertutup sikap juga bersifat sosial dalam arti sikap sebaiknya dapat
beradaptasi dengan orang lain. Individu memiliki sikap beragam
terhadap bermacam-macam obyek,bisa benda,
peristiwa,pemandangan,norma,nilai,dan lainnya. Sikap juga
mencerminkan perilaku seseorang dalam melakukan tindakan atau
sesuatu yang mencerminkan dirinya. Dengan belajar dari diri sendiri
tentang karakter diri sendiri maka kita akan lebih tahu bagaimana
sikap kita dengan berbagai proses yang telah dilakukan. Sikap itu
belum tentu kesediaan atau kesiapan untuk bertindak dalam kata
lain sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi
merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu pengahayatan terhadap objek
tersebut.
Menjadi seorang perawat yang professional perlu memiliki
karakter yang baik,sehingga dapat melayani masyarakat secara
nyaman dan tanpa adanya ketimpangan sosial. Sikap itu
mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu.
Dalam kehidupan masyarakat seringkali terdapat sikap yang masih
menyimpang dari norma-norma agama maupun nilai-nilai moral yang
ada. Maka dari itu dengan pembentukan sikap yang baik akan
merubah karakter seseorang kearah yang lebih baik. Kenyataan
4
dilapangan masih banyak keluhan dari masyarakat atau pasien
terhadap kulaitas pelayanan perawat dirumah sakit. Salah satu hal
yang banyak disorot adalah kemampuan perawat dalam menangani
pasien secara tepat dan cepat tanpa memandang status sosial
ekonomi pasien. Hal ini penting karena perawat terkadang terlalu
procedural sehingga pasien tidak ditangani secara baik. Oleh karena
itu dibutuhkan suatu sikap yang professional dalam diri perawat.
Untuk melahirkan perawat-perawat professional diperlukan suatu
sistem pendidikan yang bermutu,yang berorientasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat.
Sistem pendidikan sebaiknya dapat melahirkan perawat-perawat
professional yang banyak memiliki kemampuan intelektual, tetapi
juga memiliki kemampuan dalam hal emosianal,spritualdan
psikimotor (skill).
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa saja sikap yang mencerminkan menjadi seorang
perawat ?
2) Bagaimana cara menghadapi sikap perawat yang masih
menyimpang ?
1.3.Tujuan
Agar dapat mengetahui struktur sikap.
Agar dapat mengetahui fungsi dan tingkatan sikap .
Agar dapat mengetahui determinan dan cirri sikap.
Agar dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap.
Agar dapat mengetahui sikap yang mencerminkan
seorang perawat.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Secord dan Backman menyatakan sikap adalah keteraturan tertentu
dalam hal perasaan ( afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya (Azwar, 1995). Selain itu sikap adalah organisasi yang
relatif menetap dari suatu perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan
dan kecendrungan prilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide
atau obyek-obyek tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Dari pengertian
ini ada tiga hal penting yang terkandung di dalam sikap, yaitu aspek
afeksi, aspek kognisi dan aspek perilaku.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di
atas, sikap adalah evaluasi dari individu yang meliputi afeksi, kognisi,
dan konasi berupa respons tertutup terhadap suatu stimulasi
ataupun objek tertentu. Sikap itu tergantung subyektivitas individu
yang bersangkutan.
2.2 Struktur Sikap
Menurut Azwar (1995) struktur sikap mengikuti skema triadik
terdiri atas tiga komponen yang saling mendukung yaitu, komponen
kognitif, afektif, dan konatif berisi persepsi, kepercayaan, dan
streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali
komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini),
terutama jika menyangkut masalah isu atau masalah yang
controversial. Komponen afektif merupakan persaan individu
terhadap objek sikap dan berkaitan dengan masalah emosi. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh yang bisa saja mengubah sikap seseorang.
Komponen prilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk
bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara tertentu.
Berikut diuraikan lebih lanjut ketiga aspek sikap tersebut dengan
member contoh pada obyek sikapnya masing-masing. Komponen
7
kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenain sesuatu atau
benar bagi obyek sikap. Contoh isu mengenai poligami sebagai
suatu obyek sikap. Dalam hal ini komponen kognitif sikap terhadap
poligami adalah segala sesuatu yang dipercaya seseorang mengenai
pernikahan masal tersebut. Dalam isu seperti ini sesuatu yang
dipercaya oleh seseorang merupakan stereotipe atau sesuatu yang
telah terpolakan dalam kognitifnya. Sesuatu yang telah terpolakan
dalam pikirannya bahwa poligami adalah sesuatu yang buruk, maka
poligami akan membawa asosiasi pikiran seperti itu juga, terlepas
dari maksud dan tujuan orang berpoligami. Sekali kepercayaan itu
telah terbentuk, akan menjadi dasar pengetahuan seseorang akan
harapannya pada obyek tersebut. Tanpa adanya sesuatu yang
dipercaya maka fenomena di dunia sekitar kita pasti menjadi terlalu
kompleks untuk dihayati dan sulit menafsirkan artinya.
Kepercayaanlah yang menyederhanakan dan mengatur suatu yang
di lihat dan ditemui. Tentu saja, kepercayaan sebagai komponen
kognitif tidak selalu akurat, terkadang kepercayaan itu terbentuk
karena kurangnya informasi yanhg lengkap dan benar tentang obyek
yang dihadapi ( Azwar, 1995).
Komponen afektif menunjuk pada dimensi emosional subyektif
individu terhadap objek siap, baik yang positif( rasa senang )
maupun negatif ( rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak
dipengaruhi oleh sesuatu yang dipercaya sebagai sesuatu yang
benar terhadap objek sikap tersebut. Contoh : individu merasa
senang terhadap profesi keperawatan, masyarakat umunya tidak
senang terhadap tindakan kekerasan, perjudian,pelacuran dan
kejahatan. Komponen koginitif disebut juga sebagai komponen
perilaku yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi
atau kecendrungan untuk bertindak terhadap objek sikap yang
dihadapinya. Contoh : individu mengetahui bahwa profesi
8
keperawatan adalah pekerjaan yang mulia dan menjanjikan masa
depan yang baik maka banyak lulusan SLTA masuk ke Akademi
Keperawatan atau memilih profesu keperawatan.
9
dalam pikiran , tutur katanya ,dan perbuatan yang dibenarkan
oleh ajaran agamnya.
4. Fungi pengetahuan
Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia yang
membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi
yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin
banyak mendapat pengalaman dan pengetahua. Contoh :
sikap individu yang ingin mendalami bidang keperawatan
maka perilakunya akan ditunjukan pada hal tersebut.
5. Fungsi penyesuain sosial
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari
masyarakat. Dalam hal ini, sikap yang diambil individu
tersebut akan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Contoh : sikap kita pada saat mengunjungi orang yang
terkena musibah, maka akan menunjukkan rasa empati yang
dalam.
10
Pada tingkatan ini sikap individu dapat memberikan jawaban
apabila ditanya,mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan. Contoh : seorang ibu yang merespons program KB.
Petugas kesehatan: “ Menurut ibu, apakah KB bermanfaat?”,
ibu menjawab “ sangat bermanfaat bagi kesehatan dan dapat
mengendalikan kelahiran”.
3. Mengahargai (valuing)
Pada tingkat ini sikap individu mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan sebuah masalah. Contoh :
seorang ibu nyang mengajak orang lain untuk pergi
menimbang putranya ke Posyandu atau mendiskusikan
tentang manfaat imunisasi.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkat ini sikap individu akan bertanggung jawab dan
siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang
telah dipilinya. Seorang ibu yakin bahwa KB sangat
bermanfaat bagi kesehatannya sehingga ia tetap menjadi
akseptor KB, walaupun mendapat tantangan dari orang lain.
11
Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap obyek
sikap bepengaruh terhadap sikap individu terhadap obyek
sikap tersebut. Contoh : individu yang pernah mengalami
peristiwa kerusuhan etnis akan bersikap negatif terhadap
kerusuhan. Pasien yang pernah dirawat dengan sangat baik
oleh seorang perawat akan menaruh sikap positif terhadap
perawat.
3. Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan obyek sikap, akan
menimbulkan sikap yang negatif terhadap obyek tersebut.
Contoh : individu yang meyakini hubungan seksual dengan
pacar sebelum menikah adalah tidak sesuai dengan norma
masyarakat dan agama, oleh karena itu individu tersebut tidak
akan melakukan hal tersebut sebelum menikah.
4. Faktor komunikasi nasional
Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan
perubahan sikap pada diri individu tersebut. Contoh : PNS
mendengar informasi dari TV bahwa mulai bulan depan gaji
akan naik 20% maka sikap PNS terhadap pemerintah positif.
12
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan
obyek sikap.
d. Sikap dapat tertuju pada satu obyek ataupun dapat tertuju
pada suatu kumpulan obyek sikap.
e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga
dapat membedakan dengan pengetahuan.
2.7 Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap
1.Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal
ini individu menerima, mengolah, dan memilah segala sesuatu
yang datang dari luar, serta menentukan yang akan diterima dan
yang tidak. Hal yang diterima maupun tidak sangat berkaitan erat
dengan sesuatu yang ada dalam diri individu. Faktor individu
merupakan faktor penentu dalam pembentukan sikap.
2.Faktor eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk
membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat
langsung, dapat juga bersifat tidak langsung yaitu melalui
perantara seperti : alat komunikasi dan media massa baik
elektronik maupun non elektronik. Contoh pengalaman yang
diperoleh individu, situasi yang dihadapi individu, norma dalam
13
masyarakat, hambatan, dan pendorong yang dihadapi individu
dalam masyarakat.
1. Adopsi
Pembentukan sikap yang terjadi karena proses yang berulang-
ulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara
bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu dan akan
mempengaruhi pembentukan serta perubahan sikap individu.
Contoh individu yang dibesarkan dalam keluarga yang sejak
kecil ditanamkan cara demokratis kemungkinan besar ia akan
bersikap menghargai perbedaan dan mengendapkan
musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
2. Diferensiasi
Diferensiasi adalah cara pembentukan dan perubahan sikap
karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman,
intelegensi, dan bertambahnya umur. Contoh seorang anak
yang pada mulanya takut terhadap semua orang yang buykan
dari keluarganya berangsur-angsur akan menilai orang yang
baik dan orang yang jahat sehingga mulai dapat bermain
dengan orang yang disukainya.
3. Integrasi
Integrasi merupakan suatu cara pembentukan dan perubahan
sikap yang terjadi secara bertahap diawali dengan bermacam-
macam pengetahuan dan pengalamannya yang berhubungan
dengan obyek sikap tertentu sehingga pada akhirnya akan
terbentuk sikap terhadap obyek tersebut. Contoh ibu yang
14
sering mengikuti penyuluhan KB, sering membaca surat kabar,
dan majalah tentang KB lama kelamaan ia akan bersikap
positif terhadap KB.
4. Trauma
Trauma adalah cara pembentukan dan perubahan sikap
karena kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga
meninggalkan kesan mendalam dalam diri individu tersebut.
Kejadian tersebut akan membentuk dan merubah sikap
individu terhadap kejadian sejenis.
5. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan
sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap
hal tertentu, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua
hal yang sejenis dan sebaliknya. Contoh pengalaman seorang
pasien yang mendapat perawatan yang tidak baik dari seorang
perawat maka sikap pasien tersebut akan negatif terhadap
semua perawat.
Perubahan sikap
1. Komunikasi persuasive
15
perubahan sikap, terutama bagi penerima informasi. Tidak setiap
ditentukan oleh.
nalar.
c. Daya tarik
16
Orang yang memiliki daya tarik tinggi biasanya makin
perubahan sikap yang makin drastis. Di lain pihak, bila isi komunikasi
pada satu titik tertentu tetapi pada satu rentangan. Makin beasr
Suatu isi komunikasi akan lebih efektif bila disampaikan pada saat
yang tepat.
17
adalah mood penerima pesan. Dengan mood yang baik perubahan
2. Congrutity Theory
Teori ini berlaku apabila ada pernyataan dari sumber tentang suatu
hanya akan timbul jika individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
mempertahankan kehidupan.
18
Dalam uraian mengenai konsistensi sikap dan perilaku, bentuk
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu
antara sikap dan perilaku, reviu Wicker (dalam Baron dan Byrne,
1991; Brannon et.al., 1973) dan DeFleur dan Westie (dalam Alle,
19
profesi guru akan tetapi ternyata mereka tidak berminat dan tidak
1.Postulat Konsistensi
20
sedangkan mereka yang sikapnya lebih moderat akan berperilaku
sikap dan perilaku bisa konsisten apabila ada kondisi sebagai berikut
21
perilaku sering menjadi penyebab ketidak konsistenan
C. Tekanan normative
D. Pengalaman.
22
sikap bukanlah berarti dapat memprediksi perilaku seseorang. Hasil
kurang lebih 1600 kilo meter mendatangi 250 restoran dan hotel
23
dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku, oleh karena itu
24
sudah bisa menjadi faktor penentu untuk mengatakan ya dan
hati, namun disadari bahwa tawaran itu hanya sekedar basa basi
Pengukuran Sikap
can Be Measured dan sampai sekarang telah lebih dari 500 macam
25
1. Observasi perilaku
indikator yang baik bagi sikap jika sikap berada dalam posisi ekstrim.
2.Penanyaan Langsung
26
Wajar jika banyak yang beranggapan bahwa sikap seseorang
yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi
tekanan dan bebas dari rasa takut, serta tidak terlihat adanya
dirasakannya.
3. Pengungkapan Langsung
27
Versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung
lain. Contoh pasangan kata sifat untuk dimensi evaluasi antara lain
dan kata sifat yang relevan dengan obyek sikap, kita dapat
28
meletakkan pasangan kata sifat itu pada suatu kontinum tujuh titik
sebagai berikut.
4. Skala Sikap
29
pernyataannya yang dapat berupa pernyataan langsung yang jelas
bahwa skala ini selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan selalu dapat
Terselubung
30
kita dapat menafsirkan perasaan seseorang dari pengamatan atas
reaksi wajah, nada suara, gerak tubuh dan dari beberapa aspek
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson R.C, Smith E.E, dan Bem D.J. 2012.
Pengantar Psikologi. Jilid II. Edisi II. Batam Center : Interaksa
33