Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROSES SENSORIK MOTORIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 Kelas 1.2 :

1. I Kadek Risan Dermana (P07120016042)


2. I Putu Agus Mertayasa (P07120016045)
3. Ni Kadek Ari Juni Arsani (P07120016077)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kahadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dimana atas
rahmat dan karuniaNya kami telah menyelesaikan makalah ini yang berjudul Proses Sensoris
Motoris. Dalam pembuatan makalah ini, kami mengalami juga sedikit hambatan. Namun
berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang proses sensoris dan motoris. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran objektif
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan
khususnya Program Studi D III Keperawatan kelas 1.2 nantinya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................i


Daftar Isi ................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan ..................................................................................................1
1.4 Manfaat penulian .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3
2.1 Pengertian proses sensoris motoris ......................................................................3
2.2 Organ tubuh yang penting....................................................................................4
2.3 Fungsi sistem sensoris tubuh ...............................................................................7
2.4 Pengertian Motorik ..............................................................................................7
2.5 Faktor yang mempengaruhi sistem sensoris motoris ...........................................8
2.6 Hubungan sistem sensorik – motorik...................................................................8
2.7 Gangguan karena proses sensoris motoris ...........................................................8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................10
3.2 Saran ....................................................................................................................10
Daftar Pustaka ........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari
orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik.Ciri-ciri ini nampak melalui
aspek tinggi badan, warna kulit warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting,
ketebalan bibir dan sebagainya.Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat dan
tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh
sifat pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan
tidak dipelajari melalui pengalaman.dan Reseptor sensoris motorik berupa sel-sel khusus
atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam dan Biopsikologi
merupakan pendekatan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit
adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas
temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran, dan propriosepsi.Indera peraba di kulit
memiliki reseptor yang tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses sensoris motoris dalam tubuh ?
2. Bagaimanakah fungsi sistem sensoris tubuh ?
3. Bagaimanakah hubungan sistem sensoris motoris ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui proses sensoris motoris dalam tubuh.
2. Untuk mengetahui fungsi sistem sensoris tubuh dan factor yang
mempengaruhi sistem sensoris motoris.
3. Untuk mengetahui hubungan sistem sensoris motoris serta
gangguannya.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulisan, tulisan ini dapat menambah wawasan penulis
mengenai proses sensoris motoris dalam tubuh, fungsi sistem sensoris
tubuh, factor yang mempengaruhi sistem sensoris motoris, hubungan
sistem sensoris motoris, dan gangguan dari proses sensoris motoris.
2. Bagi pembaca, tulisan ini dapat memberikan informasi kepada
pembaca mengenai proses sensoris motoris dalam tubuh, fungsi sistem
sensoris tubuh, factor yang mempengaruhi sistem sensoris motoris,
hubungan sistem sensoris motoris, dan gangguan dari proses sensoris
motoris.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Menurut Sunaryo (2004) proses sensoris adalah proses masuknya rangsangan melalui
alat indra ke otak kemudian kembali melalui saraf motoris dan berakhir dengan perbuatan.
Proses sensoris juga disebut pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar
dengan menggunakan alat indra. Pengamatan terjadi pada saat stimulus atau rangsangan
mengenai indera dan menghasilkan kesadaran dan pikiran. Proses awal dari pengamatan
disebut dengan perhatian, sedangkan proses akhir disebut persepsi yang menyebabkan kita
mempunyai pengertian tentang situasi sekarang atas dasar pengalaman yang lalu. Persepsi
merupakan bentuk pengalaman yang belum di sadari sebelumnya sehingga individu belum
mampu membedakan dan melakukan pemisahan apa yang dihayati. Apabila pengalaman
tersebut telah disadari sehingga individu sudah mampu membedakan dan melakukan
pemisahan antara subjek dengan objek, disebut “apersepsi” dalam pengamatan yang di
utamakan adalah kualitas objek bukan kuantitas objek. Secara psikolog perbedaan benda
yang di amati bersifat kualitatif, dengan tidak mengabaikan proses fisiologi secara psikologi
sikap seseorang dalam situasi itulah yang akan memberi arti. Contoh :Secara fisiologis jarak
Cilegon-Jakarta kurang lebih 10 km, kita rasakan jauh karena dimanapun berada memiliki
jarak yang tetap, yaitu 10km. Secara psikologis jarak 10 km dapat memiliki arti dekat
maupun jauh. Memiliki arti dekat apabila yang berada di Jakarta adalah orang yang berarti
bagi orang yang di Cilegon. Misalnya orang yang berada di Jakarta adalah orang yang
dicintai,sebaiknya apabila yang berada dijakarta adalah orang yang dibenci atau tidak
disenangin akan memiliki arti yang jauh. Secara fisiologis 1 jam adalah 60menit atau 3600
detik. Secara psikologis dapat terasa lama. (missalnya: pada saat antri membeli tiket atau
menunggu seseorang). Namun sebaliknya dapat terasa sebentar, (misalnya: saat bergembira
atau bersandau gurau). Ternyata secara psikologis situasi tersebut mengatur atau menentukan
arti kejadian–kejadian yang berlangsung dalam prosesnya. Secara psikologis alat indera
merupakan alat penerima rangsang yang akan diproses oleh organ-organ tubuh lain yang
dibawah ke otak. Sedangkan secara psikolgis yang penting adalah kesan yang terjadi, setelah
ditemukan situasi yang berarti bagi subjek. Secara fisiologi indra merupakan alat penerima
rangsang yang akan diproses oleh organ-organ tubuh lain yang dibawa ke otak, sedangkan
secara psikologis adalah suatu kesan yang telah terjadi, setelah ditemukan situasi yang
berarti bagi seseorang. Proses pengamatan melalui 3 proses, yaitu ; proses fisik saat stimulus
mengenai alat indra, proses fisiologis ketika stimulus diteruskan oleh saraf sensoris ke otak,
dan proses psikologis adalah proses dalam otak sehingga individu menyadari sesuatu yang
diterima oleh alat indra.

2.2 Organ Tubuh yang Penting


Manusia pada umumnya memiliki berbagai jenis indra yaitu; visual, auditorius,
penciuman, pengecapan, dan sentuhan. Menurut Atkinson dkk (2012) organ tubuh yang
penting dalam proses sensoris tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut.

1. Visual (Penglihatan)
Tiap indra merespons terhadap energi fisik tertentu, dan untuk penglihatan energi
fisiknya adalah cahaya. Cahaya adalah radiasi elektromagnetik (energi yang
dihasilkan oleh osilasi materi bermuatan listrik) dan masuk dalam rangkaian sinar
kosmik, sinar x, sinar ultraviolet dan infra merah, serta gelombang radio dan televisi.
Mata hanya sensitif pada sebagian kecil kesinambungan tersubut-panjang gelombang
kira-kira 400 sampai 700 nanometer (satu permiliar meter). Energi yang terlihat hanya
mencangkup bagian yang sangat kecil dari gelombang elektromagnetik. Radiasi di
dalam rentang yang terlihat ini dinamakan cahaya dan kita masih buta terhadap
panjang gelombang lainnya.
Sistem visual manusia terdiri dari mata, beberapa bagian di otak, dan jalur yang
menghubungkannya. Mata memiliki dua sistem, satu untuk membentuk citra, dan
yang lain untuk mentransduksi citra ke impuls listrik. Sistem pembentuk citra terdiri
dari kornea, lensa, dan pupil. Tanpa sistem tersebut, kita hanya dapat melihat cahaya
tetapi bukan pola. Cahaya masuk melalui kornea dan cahaya dibiaskan kearah dalam
untuk membentuk citra. Lensa melengkapi proses pemfokusan cahaya di retina
(lapisan tipis di bagian belakang bola mata). Untuk memfokuskan objek pada jarak
yang berbeda, lensa berubah bentuk menjadi lebih sferis untuk benda dekat dan pipih
untuk benda jauh. Pada sebagian mata lensa tidak menjadi cukup pipih untuk
menjatuhkan benda jauh di focus, walaupun dia memfokuskan benda dekat secara
baik, orang dengan keadaan mata demikian dikatakan miopik (mata dekat). Pada mata
lain, lensa tidak menjadi cukup sferis untuk memfokuskan benda dekat, walaupun ia
memfokuskan benda jauh secara baik, orang dengan mata tersebut dikatakan
hiperoptik (mata jauh). Defek optikal tersebut dapat dikoreksi dengan kaca mata atau
lensa kontak. Komponen ketiga dari sistem pembentuk citra adalah lubang sirkular
yang memiliki diameter bervariasi sebagai respons dari tingkat cahaya. Diameternya
terbesar pada cahaya redup dan terkecil pada cahaya terang, sehingga memastikan
cukup banyak cahaya untuk mempertahankan kualitas citra pada tingkat cahaya yang
berbeda. Hal ini berfungsi untuk menjatuhkan cahaya di bagian belakang bola mata
yaitu retina. Proses transduksi terjadi diretina. Terdapat dua tipe sel reseptor, sel
batang dan sel kerucut yang memiliki fungsi yang berbeda. Sel batang untuk melihat
di malam hari, bekerja pada intensitas yang rendah dan menyebabkan sensasi yang
tidak berwarna. Sel kerucut paling baik untuk melihat selama siang hari dan mereka
berespons terhadap cahaya yang tinggi dan menyebabkan sensasi warna.

2. Auditorius (Pendengaran)
Bersama dengan penglihatan, pendengaran adalah salah satu cara utama untuk
memperoleh informasi tentang lingkungan. Bagi sebagian besar manusia,
pendengaran merupakan saluran utama untuk berkomunikasi dan sarana untuk
mendengarkan musik. Semuanya itu dimungkinkan karena perubahan kecil dalam
tingkat tekanan suara dapat menggetarkan membrane yang berada dibagian dalam
telinga kita.
Suara berasal dari pergerakan atau vibrasi (getaran) suatu benda, seperti angin yang
meniup cabang pohon. Bunyi yang bersesuaian dengan gelombang sinus dinamakan
nada murni. Suatu nada murni memiliki variasi dalam frekuensi (jumlah siklus
perdetik yang dinamakan hertz). Frekuensilah yang menjadi dasar sensasi seseorang
terhadap kenyaringan. Intensitas suara dinyatakan dalam desibel, peningkatan 10
desibel bersesuaian dengan perubahan kekuatan suara 10 kali.
Sistem auditorius terdiri dari telinga, bagian otak, dan berbagai jalur saraf
penghubung. Telingan memiliki dua sistem. Salah satu sistem memperkuat dan
mentransmisikan suara kereseptor, dan sistem lain mengambil alih tugas dan
mentransduksikan suara menjadi impuls saraf. Sistem transmisi mencakup telinga luar
yang terdiri dari daun telinga (pinna), kanalis auditorius dan telinga dalam yang terdiri
dari gendang telinga dan rangkaian tiga tulang pendengaran. Sistem transduksi
terletak di telinga dalam yang dinamakan koklea yang berisi reseptor untuk suara.
3. Penciuman
Penciuman merupakan indra yang paling penting dan paling primitif. Penciuman
memiliki jalur langsung ke otak dibandingkan dengan indra lainnya. Reseptornya
yang berada di rongga hidung berhubungan langsung ke otak tanpa sinaps dan
reseptornya tanpa tameng pelindung di depannya sehingga terpapar langsung dengan
lingkungan. Penciuman memang tidak terlalu penting bagi spesies manusia tetapi
sangat penting bagi kelangsungan hidup banyak hewan. Tidak mengejutkan area
korteks yang mengurusi penciuman pada spesies lain lebih besar dibandingkan
manusia. Dengan mengambil keuntungan dari kelebihan penciuman pada binatang
seperti anjing, polisi menggunakan bantuan anjing sebagai pelacak terlatih untuk
menemukan bahan peledak, obat terlarang dan mengungkap kejahatan. Penciuman
berkembang sangat baik pada spesies lain pada sehingga penciuman sering
digunakan sebagai sarana utama komunikasi. Serangga dan hewan lainnya
menskresikan zat kimia yang dikenal sebagai pheromone yang terbawa udara dan
tercium oleh anggota lain spesiesnya.

4. Pengecapan
Stimulus untuk pengecapan adalah substansi yang larut dalam saliva, yang merupakan
cairan yang mirip seperti air garam. Sensistivitas terhadap stimuli pengecapan
berbeda dari satu bagian lidah dengan bagian lainnya. Sensitivitas terhadap substansi
asin dan manis paling baik di dekat ujung lidah, asam paling baik disepanjang sisi
lidah, dan pahit paling baik di langit-langit lunak. Susunan genetik dan pengalaman
masa lalu mempengaruhi pengecapan. Contohnya sebagian orang mendeteksi rasa
pahit di dalam kafein dan sakarin, sedangkan kebanyakan yang tidak. Perbedaan antar
satu individu dengan individu lainnya tampaknya ditentukan secara genetic
(Bartoshuk, 1979). Penduduk yang tinggal di provinsi Karnataka, India makan banyak
makanan asam, dan merasakan asam sitrat dan quinine tidak menyenangkan, sebagian
besar orang lain merasakan kebalikannya. Perbedaan ini terjadi tampaknya merupakan
masalah pengalaman masa lalu.

5. Indra Kulit
Seringkali sentuhan dianggap sebagai sensasi tunggal, sentuhan mencangkup 3 indra
kulit yang berbeda. Satu berespons terhadap tekanan, yang ke dua terhadap
temperatur, dan yang ketiga terhadap nyeri. Stimulus untuk temperature adalah
temperature di kulit, reseptornya adalah neuron dengan ujung saraf bebas yang
terletak tepat dibawah kulit. Semua stimulus untuk menyebabkan kerusakan jaringan
adalah stimulus untuk nyeri. Stimulus tersebut dapat tekanan, temperature, kejutan
listrik atau zat kimia iritan.

2.3 Fungsi Sistem Sensoris Tubuh


Pada dasarnya fungsi sensoris tubuh adalah menyeleksi seluruh stimulus yang masuk
ke dalam tubuh manusia. Atkinson dkk (2012) mengungkapkan bahwa berkenaan dengan
fungsi sensoris tubuh ada 2 sifat umum semua modalitas sensorik yaitu: modalitas sensorik
pada tingkat psikologis dan pada tingkat biologis. Ada 3 fungsi sistem sensoris tubuh, yakni:
menempatkan manusia berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, fungsi proteksi
(mempertahankan diri dari bahaya), dan sebagai proses pemasukan informasi.

2.4 Pengertian Motorik


Motorik dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan
proses-proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis
maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan. Proses yang terjadi
meliputi : penerimaan informasi, pemberian makna terhadap informasi, pengolahan
informasi, proses pengambilan keputusan,dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk
aksi-aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa fisiologis yang meliputi
pemberian, pengaturan dan pengendalian impuls kepada organ-organ tubuh yang terlibat
dalam melaksanakan aksi-aksi motorik.
Faktor-faktor yang menentukan motoric
1) Otot
2) Saraf
3) Otak
Ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”.
unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur
yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Sensoris Motoris
Proses sensoris akan berlangsung dengan baik apabila memenuhi factor berikut.
1) Kesadaran indra yang sehat dan sempurna yang akan mempengaruhi
kesempurnaan proses sensoris.
2) Perhatian yang tertuju pada objeknya yang memudahkan persepsi, dan
apabila perhatian kurang akan mengganggu konsentrasi sehingga
proses sensoris tidak sempurna.
3) Rangsangan yang sangat lemah ataupun sangat kuat akan mengganggu
proses sensoris.
4) Saraf dan pusat saraf dalam keadaan baik dan sehat.

2.6 Hubungan sistem Sensorik-Motorik


Suatu tindakan dapat kita lakukan secara sadar melalui adanya rangsangan melalui
pusat saraf terlebih dahulu yaitu otak. Jadi disini antara saraf sensoris dan motoris akan saling
berhubungan satu dengan lainnya agar tindakan dapat kita lakukan. Suatu akan diterima oleh
reseptor terlebih dahulu kemudian akan diteruskan ke otak melalui saraf sensoris. Dari otak
rangsangan diteruskan melalui saraf motorik menuju efektor. Alimin dan Heryati (2010)
menyatakan, gerakan (motorik) dan penginderaan merupakan dasar proses pengertian,
misalnya pada proses berbicara terdapat 2 hal proses, yaitu proses sensoris dan motoris
(Judarwanto 2009). Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba
berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat, dan dirasa. Aspek motorik yaitu
mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung
jawab untuk pengeluaran suara.

2.7 Gangguan karena proses Sensoris Motoris


Sunaryo (2004) menyebutkan ada 4 jenis gangguan yang dapat mempengaruhi
prilaku akibat penyimpangan proses sensoris, yaitu :
1) Osilasi, terjadi karena perhatian atau pengamatan yang mudah beralih
sehingga menyebabkan kesan yang selalu berubah.
2) Ilusi, terjadi karena kesalahan persepsi sehingga terjadi kesalahan kesan
(kesalahan pengamatan)
3) Halusinasi, terjadi bila yang bersangkutan memiliki kesan tertentu akibat
kesalahan pengamatan tanpa objektifitas pengindraan dan tidak disertai
stimulus fisik yang kuat.
4) Kamuflase, terjadi apabila dalam suatu objek dibuat sedemikian rupa sehingga
rangsangannya menyerupai rangsangan latar belakang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Proses
sensoris adalah proses masuknya rangsangan melalui alat indra ke otak kemudian kembali
melalui saraf motoris dan berakhir dengan perbuatan. Proses sensoris juga disebut
pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar dengan menggunakan alat indra.
Pengamatan terjadi pada saat stimulus atau rangsangan mengenai indera dan menghasilkan
kesadaran dan pikiran. Organ tubuh yang penting dalam tubuh manusia pada umumnya
memiliki berbagai jenis indra yaitu; visual, auditorius, penciuman, pengecapan, dan sentuhan
(indra kulit). Fungsi sensoris tubuh adalah menyeleksi seluruh stimulus yang masuk ke dalam
tubuh manusia. Fungsi sensoris tubuh ada 2 sifat umum semua modalitas sensorik yaitu:
modalitas sensorik pada tingkat psikologis dan pada tingkat biologis. Motorik dapat
didefinisikan sebagai suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses-proses
pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis maupun secara
psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan. Proses sensoris akan berlangsung dengan
baik apabila memenuhi factor kesadaran indra, perhatian,rangsangan, serta saraf dan fusat
saraf dalam keadaan baik dan sehat. Ada 4 jenis gangguan yang dapat mempengaruhi prilaku
akibat penyimpangan proses sensoris, yaitu osilasi, ilusi,halusinasi,dan kamuflase.

3.2 Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, penyaji
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang
konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam makalah memberi
manfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan 2016. Psikologi: Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa. Denpasar.
Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan
http://perawatblogadres.blogspot.co.id/2016/01/psikologi.html
http://faiqqq.wordpress.com/2015/03/17/makalah-bio-psikologi-dan- proses-sensorik.html

Anda mungkin juga menyukai