Anda di halaman 1dari 4

F.

EMOSI DAN GEJALA KEJASMANIAN


Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu
mengalami emosi, dalam dirii individu itu akan terdapat perubuahan-perubhana dalam
kejasmanian, misalnya ketakutan maka gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat
dan jantung berdebat-debar.
Bila seseorang mengalami emosi, pada individu itu akan terdapat perubahan-perubahan
kejasmaniannya. Misal kalau orang mengalami ketakutan, mukanya menjadi pucat, jantungnya
berdebar-debar. Jadi adanya perubahan dalam kejasmanian seseorang apabila individu sedang
mengalami emosi.
Berdasarkan atas keadaan ini, prinsip tersebut digunakan kepentingan praktis, yaitu
diciptakannya lie detector atau juga sering disebut sebagai polygraph, yaitu suatu alat yang
digunakan dalam psikologi kriminal atau psikologi forensik, dan telah memberikan bantuan
yang positif. Alat ini diciptakan atas dasar pendapat adanya hubungan antara emosi yang
dialami individu dengan perubahan-perubahan kejasmaniannya. Alat ini diciptakan oleh John
A. Larson yang kemudian disempurnakan oeh L. Keeler. Dengan alat ini perubahan-prubahan
yang terjadi pada jasmani dapat dicatat oleh alat tersebut.
Adanya hubungan antara emosi dengan gejala kejasmanian di antara para ahli tidaklah
terdapat perbedaan pendapat. Yang menjadi silang pendapat adalah mana yang menjadi sebab
dan akibatnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan teori-teori yang berkaitan dengan
emosi yang bertitik pijak pada hubungan emosi dengan gejala kejasmanian.
1. Teori James-Lange
Menurut teori ini emosi merupakan akibat atau hasil persepsi dari keadaan jasmani (felt
emotion is the perception of bodily states), orang sedih karena menangis, orang takut
karena gemetar dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa gejala
kejasmanian merupakan sebab emosi, dan emosi merupakan akibat dari gejala
kejasmanian. Teori disebut juga teori perifir dalam emosi atau juga disebut paradoks
James (Bigot dkk. 1950). Sementara para ahli mengadakan eksperimen-eksperimen untuk
mengui sejauh mana kebenaran teori James Lange ini, antaralain Sherrington dan Cannon
(Woodworth dan Marquis, 1957), yang pada umumnya hasil menunjukkan bahwa apa yang
dikemukakan oleh James tidak tepat.
2. Teori Cannon-Bard
Teori ini berpendapat bahwa emosi itu bergantung pada aktivitas dari otak bagian
bawah. Teori ini berbeda atau justru berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh
James Lange, yaitu bahwa emosi tidak bergantung pada gejala kejasmanian, atau reaksi
jasmani bukan merupakan dasar dari emosi, tetapi justru emosi bergantung pada aktivitas
otak atau aktivitas sentral. Karena itu teori ini juga sering disebut teori sentral (Woodworth
dan Marquis, 1957).
3. Teori Schachter-Singer
Teori ini berpendapat bahwa emosi yang dialami seseorang merupakan hasil
interpretasi dari aroused atau stirred up dari keadaan jasmani. Mereka berpendapat bahwa
keadaan jasmani dari timbulnya emosi pada umumnya sama untuk sebagian terbesar dari
emosi yang dialami, dan apabila ada perbedaan fisiologis dalam pola otonomik pada
umumnya orang tidak dapat mempersepsi hal ini. Teori ini menyatakan bahwa tiap emosi
dapat dirasakan dari stirred up kondisi jasmani dan individu akan memberikan
interpretasinya. Sering dikemukakan bahwa teori ini bersifat subyektif, karena memang
dalam mengadakan interpretasi terhadap keadaan jasmani berbeda satu orang dengan orang
lain.

G. KOMPONEN EMOSI
Menurut Aatkinson R.L.,dkk, komponen emosi terdiri dari:
1. Respons atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik, misalnya
bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar, walaupun Anda tidak menginginkannya.
2. Kayakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif,
misalnya saya gembira sekali dapat diterima di Fakultas Keperawatan.
3. Ekspresi wajah, apakah Anda merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengerutkan
dahi, membuka mulut lebar-lebar atau kelopak mata menutup sedikit.
4. Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira hingga
meneteskan air mata.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan edisi 1. Jakarta: EGC.


Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dikemukakan tujuan sebagai berikut:
1. Dapat memahami definisi dari emosi dan motivasi dan mengetahui perbedaan di antara
keduanya.
2. Dapat mengetahui dan memahami terjadinya perkembangan emosi.
3. Dapat mengetahui dan memahami pengaruh dari emosi bagi tingkah laku.
4. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana terjadi emosi dan gejala kejasmaniannya.
5. Dapat mengetahui dan memehami komponen-komponen emosi.
6. Dapat mengetahui dan memahami rangsangan yang terdapat dalam emosi.
7. Dapat mengetahui dan memahami teori-teori tentang emosi.
8. Dapat mengetahui dan memahami hubungan antara motivasi dan emosi.
9. Dapat mengetahui dan memahami afek dari emosi.
10. Dapat mengetahui dan memahami jenis gangguan afek dan emosi.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi ucapan terimakasih kepada Allah SWT, Dosen pembimbing dan
orangtua yang serta merta membantu proses pembuatan makalah ini
2. DAFTAR ISI
Daftar isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang garis besar isi makalah.
Melalui daftar isi, pembaca dapat dengan mudah menemukan bagian-bagian yang
membangun makalah.
3. BAB I: PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penulisan pada Latar belakang adalah penulisan yang berupa hal-hal yang melatar
telah belakangi Makalah yang berjudul “Aspek Mental Psikologi: Emosi” ditulis.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini berisi tentang rumus-rumus permsalahan/poin-poin
permasalahan yang akan dibahas di makalah ini. Yang bertujuan untuk memahami
setiap judul dari makalah.
c. Tujuan
Tujuan bermaksud menjelaskan apa maksud atau tujuan dari penulisan makalaah ini.
Yaitu mengetahui tujuannya untuk informasi secara umum, atau pengutaraan sebuah
gagasan, atau pemaparan dari kumpulan-kumpulan fakta-fakta yang sudah kita
himpun sebelumnya.
d. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi tentang gambaran isi dari makalah ini.
4. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi mengenai peninjauan dari poin-poin penting yang menjadi topik
permasalah di dalam makalah ini. Tinjauan pustaka ini berguna untuk mereview masalah-
masalah yang mempunyai keterkaitan dengan topik permasalahan.
5. BAB III: PENUTUP
a. Simpulan
Simpulan yaitu rangkuman dari poin-poin penting yang termasuk di dalam isi makalah
yang telah di bahas secara panjang lebar ini. Simpulan dapat membuat pembaca
dengan baik menerapkan apa-apa nilai positif yang bisa diambil dari sebuah
kesimpulan yang telah dihasilkan dari makalah.
b. Saran
Penulisan saran ini berisi tentang permintaan atau masukan dari penulis kepada
pembaca, seperti meminta untuk melengkapi hasil penelitiannya atau mungkin bisa
juga permintaan untuk memperbaiki apabila ditemukan indikasi kesalahan atau
memberi masukan agar penulis memperbaikinya.

Anda mungkin juga menyukai