Anda di halaman 1dari 14

EMOSI,STRES,DAN KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi faal 2

Disusun oleh

Nama : AIDA FIRSTA KUSUMA


NIM : F.111.18.0063

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEMARANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Saya menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena saya
masih dalam tahap pembelajaran.Namun, saya tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat saya harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada makalah saya berikutnya. Untuk itu saya ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memiliki emosi yang memicu timbulnya keresahan, kegelisahan,
ketegangan, atau stres. Emosi bukanlah suatu hal yang buruk. Orang hidup adalah
orang yang masih memiliki emosi karena emosi itu sendiri merupakan kumpulan
perasaan yang ada dalam hati manusia. Ragam perasaan seperti gembira, sedih, takut,
benci, cinta, dan marah merupakan bentuk emosi.
Sedangkan Stres adalah suatu kondisi yang dialami oleh manusia, berupa
kumpulan-kumpulan gangguan fisik dan psikis, yang disebabkan ketidak mampuan
manusia menghadapi tekanan-tekanan fisik dan terutama tekanan psikologis.
Penyebab utama stres adalah perubahan yang drastis (ekstrim) dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain Ada stres tahap awal yang hanya menimbulkan kegugupan,
kelesuan, keletihan atau otot punggung dan tengkuk kenceng-kenceng. Ada stres tahap
gawat yang menimbulkan debaran jantung amat keras, sesak nafas, terengah-engah,
badan gemetar, dingin, keringat bercucuran, bahkan pingsan. Salah satu dampak stres
adalah depresi dengan gejala-gejala: gangguan tidur, rasa cemas, takut dan emosi
yang melemah.
Kesehatan atau sehat sendiri adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tekanan-tekanan kehidupan. Jika demikian, orang yang sehat haruslah
menemukan cara-cara untuk menjaga irama hidupnya, dengan menjaga agar stress itu
berada pada keseimbangan yang positif. Dengan adanya hal tersebut maka dalam
makalah ini akan dibahas mengenai emosi, stress dan kesehatan.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar para pembaca dapat memahami arti
dari emosi,stress,dan kesehatan secara detail.
C. Rumusan Masalah
Dari materi diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
 Apa Pengertian Emosi?
 Apa Saja Komponen Emosi?
 Apa Keterkaitan Antara Rangsangan Dan Emosi?
 Apa Keterkaitan Antara Ekspresi Dan Emosi?
 Apa Pengertian Stres?
 Apa Saja Aspek-Aspek Yang Dapat Mempengaruhi Stress?
 Apa Saja Jenis-Jenis Stress?
 Apa Saja Ciri-Ciri Stres?
 Apa Saja Sumber-Sumber Stres (Sterssor)?
 Apa Pengertian Kesehatan?
 Apa Saja Jenis-Jenis Kesehatan?
 Apa Saja Cara Menjaga Kesehatan?
 Apa Pengaruh Emosi Dan Stress Terhadap Kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Emosi

Emosi terdiri dari sedih, takut, jijik, sedih dan terkejut dan lain sebagainya. Emosi
bukanlah marah, melainkan marah adalah bagian dari emosi. Emosi berkembang karena
motif dan derajat perasaan.
Bentuk-bentuk emosi seperti ketakutan, meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognisi (situasi
berbahaya), kesigapan untuk melakukan tindakan (menghindar), dan perasaan. Kesigapan
untuk melakukan tindakan bergantung pada sistem syaraf autonom ( sistem saraf yang
mengkontrol gerakan tak sadar dan mengatur fungsi tubuh seperti detak jantung,
pencernaan, tingkat pernapasan, buang air kecil, dll ) yang memiliki dua percabangan
yaitu sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik.
Jadi emosi merupakan perubahan mental dan fisik secara komplek, termasuk gejala
psikologi meliputi perasaan, proses kognitif, ekspressi yang terlihat, reaksi tingkah laku
khusus yang yang terjadi dalam merespon situasi yang diterima secara signifikan.

B. Komponen Emosi
Komponen emosi menurut Rita L. Atkinson, Edward Smith, Richard C. Atkinson dan
Daryl J. Bem, antara lain:
 Respon Tubuh Internal, terutama yang melibatkan sistem saraf otonomik
 Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau
negatif tertentu
 Ekspresi wajah
 Reaksi terhadap emosi.

C. Rangsangan dan Emosi


Jika mengalami suatu emosi yang kuat, seperti rasa takut atau marah, mungkin
merasakan sejumlah perubahan pada tubuh, termasuk denyut jantung dan pernapasan
yang cepat, rasa kering di tenggorokan dan mulut, berkeringat, gemeteran dan
perasaan tertekan di lambung. Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi
selama rangsangan emosional terjadi akibat aktivasi cabang simpatik dan sistem saraf
otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan darurat. Sistem simpatik
bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan berikut:
 Tekanan darah dan kecepatan denyut jantung meningkat
 Pernafasan menjadi lebih cepat
 Pupil mata mengalami dilatasi
 Keringat meningkat sementara sekresi saliva dan mukus menurun
 Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energy
 Darah membeku lebih cepat untuk persiapan kalau-kalau terjadi luka
 Motilitas saluran gastrointestinal menurun, darah dialihkan dari
lambung dan usus ke otak dan otot rangka
 Rambut di kulit menjadi tegak, menyebabkan merinding.

Sistem saraf simpatis mempersiapkan organisme untuk mengeluarkan energi.


Saat emosi menghilang, sistem parasimpatik yaitu sistem penghemat energi
mengambil alih dan mengembalikan organisme ke keadaan normalnya.
Aktivitas sistem saraf otonomik tersebut dipicu oleh aktivitas di daerah otak
tertentu, termasuk hipotalamus yang memiliki peranan penting dalam banyak motif
biologis dan sistem limbik. Impuls dari area-area tersebut ditransmisikan ke nuklei di
batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonomik. Sistem otonomik
kemudian bekerja langsung pada otot dan organ internal untuk menimbulkan beberapa
perubahan tubuh yang dijelaskan sebelumnya, dan bekerja secara tidak langsung
dengan menstimulasi hormon adrenal untuk menimbulkan perubahan tubuh lainnya.
Karakteristik untuk keadaan emosional seperti marah dan ketakutan, selama
organisme harus bersiap-siap melakukan tindakan, misalnya untuk melawan dan
melarikan diri. Beberapa respons yang sama juga terjadi selama pengalaman yang
menyenangkan atau rangsangan seksual. Tetapi, selama emosi seperti kesedihan atau
dukacita, sebagian proses tubuh mungkin tertekan, atau menjadi lambat.
D. Ekspresi Dan Emosi
Ekspresi wajah dalam Atlas Ekham dan Friesen adalah foto-foto para model
yang diinstruksikan untuk untuk mengontraksikan otot-otot wajah tertentu
berdasarkan analisis Ekham dan Friesen. Sebagai contoh, untuk menghasilkan
ekspresi wajah kaget , model diinstruksikan untuk menarik alis dan mengangkat dahi
dan membuka mata lebar-lebar, sehingga bagian putih mata berada dibawah iris,
untuk mengendurkan otot diseputar mulutnya, dan menjatuhkan rahangnya.
1. Universalitas ekspresi wajah
Ekspresi wajah manusia khas untuk spesies itu, secara luas diyakini
bahwa ekspresi wajah itu dipelajari dan variable secara cultural.
2. Ekspresi wajah primer
Ekham dan fiesen menyimpulkan bahwa ekspresi wajah keenam emosi
atau ekspresi primer (terkejut, marah, sedih, muak, takut, dan senang)
semua ekspresi wajah lain dari emosi murni terdiri atas campuran yang
dapat diprediksi.
3. Hipotesis umpan balik fasial poligrafi
Hipotesis bahwa ekspresi wajah kita mempengaruhi pengalaman
emosional kita (facial fadeback hypotesis) dalam sebuah tes terhadap
hipotesis umpan balik fasial, Rutledgedan Hupka menginstruksikan subjek
untuk membuat salah satu diantara dua pola kontraksi wajah selama
mereka menonton berbagai tayangan slide, pola-pola itu berkorespondensi
dengan wajah bahagia atau marah meskipun subjek tidak menyadarinya,
subjek mengatakan bahwa slide-slide itu membuat mereka lebih bahagia
dan tidak begitu marah ketika mereka sedang membuat wajah bahagia dan
kurang bahagia dan lebih marah ketika mereka sedang membuat wajah
marah.
4. Kontrol ekspresi wajah yang disengaja
Kita dapat mengontrol otot wajah kita secara sengaja, maka
dimungkinkan untuk menghambat ekspresi wajah asli dan menggantinya
dengan ekspresi wajah palsu. Ada dua cara untuk membedakan antara
ekspresi wajah asli dengan wajah palsu , pertama mikro ekspresi, ekspresi
wajah yang sangat singkat. Kedua, sering kali ada perbedaan subtil antara
ekspresi wajah asli dan palsu yang dapat dideteksi oleh pengamat ahli.
5. Ekspresi wajah : perspektif mutakhir
Ekspresi wajah primer ekham jarang muncul dalam bentuk murni, mereka
adalah ekspresi-ekspresi ideal dengan banyak variasi subtil.
Ketidakseimbangan memunculkan pandangan bahwa semua emosi
positive memiliki ekspresi yang wajah sama.
E. Pengertian Stres
Siagian (2003) mengemukakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang
berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
F. Aspek-Aspek Yang Dapat Mempengaruhi Stress
1. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang
dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan,
gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.
2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain:
 Gejala kognisi
Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang
mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat,
perhatian dan konsentrasi.
 Gejala emosi
Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu
yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah,
kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan
depresi.
 Gejala tingkah laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang
cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan
interpersonal.

G. Factor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Stress


1. Variabel dalam diri individu
meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik,
inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi.
2. Karakteristik kepribadian
meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, kepribadian
ketabahan, locus of control, kekebalan, ketahanan.
3. Variabel sosial-kognitif
meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi
yang dirasakan.
4. Hubungan dengan lingkungan social
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima
dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
5. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang
menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar.
H. Jenis-Jenis Stress
Menurut (National Safety Council 2004), stres dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Stres baik (eustress).
Yaitu segala situasi dan kondisi apapun yang menurut anda dapat memotivasi atau
memberikan inspirasi.Promosi jabatan dan cuti yang dibayar adalah contoh-
contoh dari stres baik.
2. Stres buruk (distress)
Adalah stres yang membuat anda menjadi marah, tegang, bingung, cemas, merasa
bersalah, atau kewalahan. Stres buruk (distress) dibagi menjadi dua bentuk yaitu
stres akut dan stres kronik.
 Stres Akut(Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang
segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau
penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi
apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah
dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara
lain:
 Kebisingan
 Keramaian
 Pengasingan
 Lapar
 Bahaya infeksi, dan
 bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa
berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu
respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali
normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation
response).
 Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi
stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-
penyebab umum stres kronis antara lain:
 kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
 problem-problem hubungan jangka panjang,
 kesepian, dan
 kekhawatiran finansial yang terus-menerus.
I. Ciri-Ciri Stres
1. Ciri-ciri stres yang baik
 Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut
dalam diri.
 Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang
padat itu ada aktivitas yang sangat diharapkandan sangat dinikmati.
 Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang sayangi. Misalnya:
pernikahan, menjadi seorang ayah/ibu, menjadi pekerja, atau menjadi
pegawai negeri.
 Bekerja dengan tujuan tertentu dan tahu kecepatan saat bergerak akan
berkurang saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.
 Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan
menyelesaikan tugas yang akan hadapi.
 Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan
menikmati tidur yang lelap dan nyaman.
2. Ciri-ciri stres yang jahat
 Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan
khawatir.
 Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat
Anda nikmati dan mau tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.
 Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak
memenuhi seluruh kebutuhan Anda, dan tak sebanding dengan tenaga,
pikiran dan waktu yang Anda curahkan.
 Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panic seakan-akan
tidak ada jalan keluar untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada
selesainya, dan merasa tidak ada yang membantu menyelesaikannya.
 Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti/istirahat sejenak saat jam
kerja.
 Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit
punggung dan mempunyai sakit yang sifatnya menahun.
J. Sumber-Sumber Stres (Sterssor)
Menurt Roediger(dalam Mulamawitri, 2002), ada empat macam sumber stres yang
umum dihadapi individu,yaitu :
1. Perubahan Hidup
2. Gangguan-Gangguan Minor Sehari-Hari
3. Ganggguan Kronik
4. Konflik
K. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Wikipedia).
L. Jenis-Jenis Kesehatan
1. Kesehatan Psikis atau Mental
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental
wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian
yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia.
2. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik adalah keadaa baik, artinya bebas dari sakit, seluruh badan serta
bagian-bagiannya. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan
mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak
tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
M. Cara Menjaga Kesehatan
1. Kesehatan psikis
Adapun cara menjaga kesehatan psikis, antara lain:
 Menerima dan menghargai diri sendiri
 Menjaga hubungan baik
 Bercerita kepada orang lain
 Tekun beribadah dan berakhlak mulia
 Banyak latihan mengendaliakan diri,seperti tidak pemarah,tidak cemas,
berfikir positif , mudah memafkan
2. Kesehatan fisik
Adapun cara menjaga kesehatan fisik, antara lain:
o Berolahraga
o Tidur yang cukup
o Kurangi menonton televisi, film dan video/online game
o Mengapresiasi dan membuat karya seni
o Lakukan kegiatan yang membangun rasa percaya diri.
N. Pengaruh emosi dan stress terhadap kesehatan
1. Jalur langsung
Respon fisiologis yang dialami tubuh saat menghadapi suatu stresor mungkin
memiliki efek negatif dan langsung pada kesehatan fisik jika respon ini
dipertahankan secara kronis. Rangsangan berlebihan (overarousal) jangka
panjang sistem simpatis atau sistem korteks adrenal dapat menyebabkan
kerusakan pada arteri dan sistem organ. Stres juga memiliki efek langsung pada
kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
2. Jalur interaktif
Seperti yang telah kita ketahui, tidak semua orang yang terpapar dengan situasi
stres akan menjadi sakit. Juga, tidak semua orang dengan sifat kepribadian
maladaptif (tidak mampu mengekspresikan kemarahan) mengalami penyakit fisik
atau psikologis. Terdapat cukup banyak bukti bahwa penyalit akan muncul hanya
jika situasi stres dan kepribadian berinteraksi satu sama lain, atau dengan
kerentanan biologis yang telah ada sebelumnya (Cohen & Williamson, 1991).
Tipe model interaktif ini sering dinamakan sebagai model kerentanan stres, atau
model diatesis stres. Diatesis adalah kerentanan atau predisposisi terhadap suatu
penyakit. Kerentanan menjadikan individu peka terhadap gangguan tertentu,
tetapi hanya terjadi jika ia menemukan stres sehingga gangguan benar-benar
berkembang.
3. Jalur perilaku tidak sehat
Jika kita merasa stres, kita sering kali tidak memperhatikan diri kita sendiri secara
baik. Siswa yang mengikuti ujian begadang sepanjang malam, sering kali selama
beberapa malam secara berturut-turut. Mereka mungkin lupa makan, dan hanya
mengudap junk-food. Banyak pria yang istrinya meninggal tidak tahu bagaimana
memasak untuk diri sendiri, dan dengan demikian mungkin sedikit makan atau
malahan tidak makan sama sekali. Di dalam dukacitanya sebagian pria
meningkatkan konsumsi alkohol dan merokok. Orang dalam stres mungkin tidak
melakukan kebiasaan olahraga normalnya. Masing-masing dari perilaku tidak
sehat itu mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit dan fungsi
umumnya, dan berperan dalam perkembangan penyakit. Jadi, stres dapat secara
tidak langsung mempengaruhi kesehatan dengan menurunkan perilaku kesehatan
positif dan meningkatkan perilaku negatif.
4. Jalur perilaku sakit
Model terakhir dalam hubungan stres-penyakit adalah model perilaku sakit.
Stresor menyebabkan sejumlah gejala yang tidak menyenangkan seperti gelisah,
depresi, lelah, gangguan tidur, gangguan lambung. Sebagian orang
menginterpretasikan gejala tersebut sebagai gejala penyakit dan mencari bantuan
medis. Selanjutnya, perhatian yang mereka dapatkan dari profesional dapat
memperkuat perilaku sakit tersebut, artinya mereka lebih sering untuk mencari
perhatian medis untuk gejala stres mereka di kemudian hari. Penerapan penting
dari model perilaku sakit adalah bahwa laporan seseorang tentang penyakitnya
mungkin tidak memberikan informasi akurat tentang penyakit aktualnya. Orang
yang mendapatkan penguatan untuk perilaku penyakitnya mungkin melaporkan
lebih banyak penyakit dibandingkan yang sesungguhnya mereka derita.
Kemungkinan laporan individu tentang penyakitnya ini menjadikan penting bagi
pemeriksa stres dan kesehatan untuk memasukkan penilaian kesehatan yang
objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2010), hlm: 229.
Isna Dyah. Emosi, Stres Dan Kesehatan.[Internet]. [di akses 05 Mei 2019] Tersedia pada
http://dyaahh99.blogspot.com/2017/09/makalah-emosi-stres-dan-kesehatan.html
Mulamawitri, T, Sumber Stres Akulturatif dan Strategi Coping pada Tenaga Kerja asing
yang Bekerja di Jakarta. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002.
Paul Ekman, Membaca Emosi Orang Panduan Lengkap Memahami Krakter, Perasaan dan
Emosi Orang , (Yogyakarta: Thonk, 2003), hlm: 13, 43,45,97
Rita L Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi Jilid Dua..op.cit., hlm: 215.
Sarafino, E. P,Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. (Second Edition. Singapore:
John Wiley & Sons, Inc, 1994) hlm: 74,79.
Smet, B, Psikologi Kesehatan.( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994), hlm: 130-
131.

Anda mungkin juga menyukai