Oleh:
Kelompok 13
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
sosiobiologi adalah studi ilmiah dan sistematik mengenai dasar biologis semua
bentuk perilaku sosial pada semua jenis organisme. Sosiobiologi memadukan
pengetahuan etologi, ekologi, dan genetika untuk merumuskan prinsip-prinsip
umum mengenai ciri-ciri biologis seluruh masyarakat.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang Psikologi Kepribadian, pada paper ini juga untuk
mengetahui seputar Psikologi Kepribadian
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
2. Wilson adalah orang yang tidak mengakui adanya kehendak bebas dalam
organisme. Oleh karena itu, Wilson percaya bahwa berbagai perilaku organisasi
merupakan hasil dari faktor genetik, respon lingkungan dan pengaruh empiris.
3. Mengenai teori daun tembakau, Wilson sendiri membantah teori ini. Wilson
percaya bahwa ada warisan genetik dan budaya di otak manusia saat lahir.
Apalagi karena pengaruh faktor sosial dan lingkungan, maka pengaruh seseorang
dalam mengubah perilaku seseorang menjadi terbatas.
PSIKOLOGI EVOLUSIONER
Di antara para teoritikus kepribadian moden, C.G. Jung ialah salah satu orang
yang paling tahu mengenai psikologi timur. Jung mengemukakan hal yang bagi
ilmu pengetahuan positivistis lewat analisisnya yang ekstensif mengenai agama-
agama timur. Selain lewat Jung psikologi-psikologi Timur telah menyerbu dunia
Barat melalui pengaruh mereka pada teoritikus seperti Angyal dan Maslow yang
berpandangan holistik, tokoh-tokoh humanis Buber dan Fromm, tokoh
eksistensialis Bass, dan gelombang baru “para psikolog transpersonal” .
ALAN WATTS
Alan Watts dalam ”Psychotherapy East and West” (1961) mengakui bahwa apa
yang disebutnya “cara-cara pembebasan Timur” adalah mirip dengan psikoterapi
Barat, yakni bahwa keduanya bertujuan mengubah perasaan-perasaan orang
terhadap dirinya sendiri serta hubungannya dengan orang-orang lain dan dunia
alam. Sebagian besar terpai-terapi Barat menangani orangorang yang mengalami
gangguan; sedangkan disiplin-disiplin Timur menangani orang-orang yang normal
dan memilih penyesuaian sosial yang baik.
Robert Ornstein
Abhidhamma
Teori psikologi ini diturunkan langsung dari wawasan Budha Gautama dalam
abad V sebelum Masehi. Ajaran-ajaran Buddha sendiri telah dipoles dan
berkembang berbagai cabang, ajaran, aliran Buddhisme, lewat suatu proses
perkembanan yang sama seperti, misalnya, pemikiran Freud berkembang ke
dalam aliran-aliran psikoanalisis yang berbeda-beda. Sama seperti psikologi timur
lainnya, Abhidhamma mengajarkan suatu tipe ideal kepribadian sempurna yang
dijadikan kiblat analisisnya tentang oleh pikir. Apa yang kita maksudkan dengan
kata “kepribadian” sangat serupa dengan konsep atta, atau diri (self) dalam
Abhidhamma. Bedanya, menurut asumsi dasar Abhidhamma tidak ada diri yang
benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul
dan menghilang. Yang tampak sebagian kepribadian terbentuk dari perpaduan
antara proses-proses impersonal ini. Apa yang kelihatan sebagai “diri” tidak lain
adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tubuh, yakni pikiran, pengindraan,
hawa nafsu, ingatan, dan sebagainya. Satu-satunya benang yang
berkesinambungan dalam jiwa adalah bhava, yakni kesinambungan kesadaran dari
waktu ke waktu. Menurut Abhidamma, kepribadian manusia sama seperti sungai
yang memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun tidak
setetes air pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya. Dalam pandangan
ini “tidak ada aktor terlepas dari aksi, tidak ada orang yang mengamati terlepas
dari persepsi, tidak ada subjek sadar dibalik kesadaran” (Van Agung, 1972).
Keadaankeadaan jiwa seseorang selalu berubah dari momen ke momen;
perubahan itu terjadi sangat cepat. Metode dasar yang dipakai Abhidhamma untuk
meneliti perubahan sangat banyak dalam jiwa adalah instropeksi, yakni suatu
observasi teliti sistematis yang dilakukan seseorang terhadap pengalamannya
sendiri. Dalam Abhidhamma, selain objek-objek pancaindera, terdapat juga
pikiran-pikiran; maksudnya, sang jiwa yang berpikir itu sendiri dianggap sebagai
indera ke enam.
Psikologi Transpersonal
Secara harafiah kata transpersonal berasal dari kata trans yang artinya melewati,
dan kata personal yang artinya pribadi. Transpersonal dalam banyak literatur
berarti melewati atau melalui “topeng”, dengan kata lain melewati tingkat
personal. Psikologi transpersonal berdiri pada pertemuan antara psikologi modern
dengan spiritualisme. Selain itu psikologi transpersonal dianggap sebagai
kekuatan keempat setelah psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik.
Bahkan termasuk pulan pendekatan psikologi yang lain, seperti kearifan beragam
budaya berkaitan dengan psikopatologi dan kesehatan mental, serta beragam
keadaan kesadaran (state of consciousness). Psikologi traspersonal bukanlah
seperangkat kepercayaan, dogma atau agama, namun merupakan suatu upaya
untuk membawa tingkatan pengalaman manusia sepenuhnya menuju wacana
dalam psikologi.
KESIMPULAN
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi kepribadian mempelajari
kepribadian melalui perilaku atau sikap sehari-hari. Dasar penerapannya adalah
memurnikan pikiran, yang merupakan langkah menuju kesempurnaan atau orang
baik dan mengatur kehidupan sehari-hari dengan mengikuti norma agama.
Edward O Wilson menggunakan prinsip biologi dan evolusi sosial untuk
menjelaskan perilaku sosial serangga, kemudian memahami perilaku sosial hewan
lain, termasuk manusia, sehingga biologi sosial menjadi topik baru.
DAFTAR PUSTAKA:
Halem Lubis.1997. Taufid Hadi, Psikologi Kepribadian. Cet. VII; Jakarta: Bumi
Aksara.
Suryabrata, S. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwir8df1ws3
wAhVacCsKHasCA-EQFjAAegQIAxAD&url=http%3A%2F
%2Fwardalisa.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles
%2F26407%2FMateri%2B12%2B-
%2BPsikologiTimur.pdf&usg=AOvVaw3RTUzuyiwlOKBGv6uX5THl