Anda di halaman 1dari 15

PAPER

“Konsep Kepribadian Edward O Wilson dan Konsep Psikologi Kepribadian


Timur”

Oleh:

Kelompok 13

1. Karen Dolinsky 200701502133


2. Ahnan Murtadho 200701502005
3. Febriyanti Meilany R.D Jonathan 200701502069

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Abhidhamma telah berkembang 15 abad yang lalu, merupakan wawasan-wawasan


dari budha Gautama. Buddhisme sendiri berkembang menjadi beberapa aliran
yaitu Mahayana dan hinayana. Yang menjadi fokus study psikologi abhidhamma
adalah rangkaian peristiwa, yakni hubungan terus menerus antara keadaan-
keadaan jiwa dan objek-objek indera misalnya perasaan bihari (keadaan jiwa)
pada seorang wanita cantik (objek indera). Keadaan-keadaan jiwa itu selalu
berubah dari momen ke momen dan perubahan itu ternyata sangat cepat. Metode
dasar yang dipakai untuk meneliti perubahan yang sangat banyak dalam jiwa
adalah intropeksi ,yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang dilakukan oleh
seseorang terhadap pengalamannya sendiri.

sosiobiologi adalah studi ilmiah dan sistematik mengenai dasar biologis semua
bentuk perilaku sosial pada semua jenis organisme. Sosiobiologi memadukan
pengetahuan etologi, ekologi, dan genetika untuk merumuskan prinsip-prinsip
umum mengenai ciri-ciri biologis seluruh masyarakat.

Wilson menggunakan sosiobiologi dan prinsip-prinsip evolusi untuk menjelaskan


perilaku serangga sosial dan kemudian memahami perilaku sosial hewan lain,
termasuk manusia, dan dengan demikian membuat sosiobiologi sebagai disiplin
ilmu baru. Dia berpendapat bahwa semua perilaku hewan, termasuk manusia,
merupakan hasil dari hereditas, rangsangan dari lingkungan, dan pengalaman, dan
ia tidak mengakui adanya kehendak bebas.Pandangan sosiobiologis ini
menyatakan bahwa semua perilaku sosial hewan diatur oleh kaidah-kaidah
epigenetik yang dihasilkan dari hukum evolusi. Teori dan penelitian ini
merupakan pelopor dan berpengaruh, tetapi juga kontroversial.

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui tentang Psikologi Kepribadian, pada paper ini juga untuk
mengetahui seputar Psikologi Kepribadian
BAB II

LANDASAN TEORI

Psikologi Kepribadian adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari


tentang kepribadian manusia melalui tingkah laku atau sikap sehari-hari yang
menjadi ciri khas seseorang tersebut. Kepribadian merupakan salah satu bagian
atau ciri khas yang istimewa dan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Psikologi evolusioner mulai ditempatkan sebagai salah satu pendekatan
atau perspektif yang penting dalam psikologi secara umum (Baron, 1996),
psikologi sosial (Archer, 1996), psikologi perkembangan (Bjorklund & Pellegrini,
2000), psikologi kepribadian (Buss, 1995) psikologi belajar (Hergenhahn &
Olson, 2001), psikologi kognitif (Solso, 1998), dan psikologi perbedaan antara
pria dan wanita (Buss, 1995b). Misalnya, Baron (1996, hal. 9) memasukkan
psikologi evolusioner sebagai salah satu perspektif dalam mempelajari perilaku
disamping perspektif behavioral, kognitif, psikodinamik, humanistik,
biopsikologis, dan sosiokultural. Hergenhahn dan Olson (2001, hal. 48)
menambahkan paradigma evolusioner ke dalam teori-teori belajar masa kini selain
paradigma fungsionalistik, asosiasionistik, kognitif, dan neurofisiologis. Solso
(1998, h. 30) menamai pendekatan psikologi evolusioner dalam psikologi kognitif
sebagai bionomik kognitif.
Studi tentang kepribadian dalam Abhidamma ini adalah memahami suatu
rangkaian peristiwa. Peristiwa adalah hubungan yang terus menerus antara
keadaan jiwa dan objek-objek indera. Metode dasar yang dipakai oleh
Abhidamma untuk meneliti perubahan yang sangat banyak dalam jiwa
adalah instrospeksi, yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang dilakukan
seseorang terhadap pengalamannya sendiri. Dalam Abhidamma, selain objek-
objek panca indera, terdapat juga pikiran-pikiran; maksudnya sang jiwa yang
berpikir itu dianggap sebagai indera keenam. Setiap keadaan jiwa terdiri dari
sekumpulan sifat, yang disebut faktor-faktor kejiwaan, yang bergabung memberi
sifat dan menentukan keadaan itu. Teoritikus Abhidamma yakin bahwa setiap
keadaan jiwa sebagian berasal dari pengaruh biologis dan pengaruh situasi,
disamping pemindahan pengaruh dari momen psikologis sebelumnya.

BAB III

PEMBAHASAN

Konsep Kepribadian Edward O Wilson


Edward O Wilson adalah seorang psikolog evolusioner yang
menggunakan pendekatan sosiobiologis dalam memahami perilaku manusia.
Teori yang diusulkan oleh Wilson yaitu pandangan mengenai perkembangan
manusia yang berfokus pada evolusioner dan biologis yang mendasari perilaku.
Menurut Wilson, sosiobiologi adalah studi ilmiah dan sistematik mengenai dasar
biologis semua bentuk perilaku sosial pada semua jenis organisme. Wilson
menggunakan sosiobiologi dan prinsip-prinsip evolusi untuk menjelaskan perilaku
serangga sosial dan kemudian memahami perilaku sosial hewan lain, termasuk
manusia, dan dengan demikian membuat sosiobiologi sebagai disiplin ilmu baru.
Dia berpendapat bahwa semua perilaku hewan, termasuk manusia, merupakan
hasil dari hereditas, rangsangan dari lingkungan, dan pengalaman, dan ia tidak
mengakui adanya kehendak bebas. Pandangan sosiobiologis ini menyatakan
bahwa semua perilaku sosial hewan diatur oleh kaidah-kaidah epigenetik yang
dihasilkan dari hukum evolusi. Teori dan penelitian ini merupakan pelopor dan
berpengaruh, tetapi juga kontroversial.
Kontroversi sosiobiologi berkaitan dengan penerapannya pada manusia.
Teori ini menimbulkan argumen ilmiah yang menolak doktrin umum tabula rasa,
yaitu pandangan bahwa manusia dilahirkan tanpa muatan mental serta bahwa
kebudayaan berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan manusia dan membantu
untuk bertahan hidup dan berhasil. Topik yang dipelajari adalah mengenai strategi
pengasuhan, perbedaan gender dalam bermain, hubungan dengan sebaya serta
mengidentifikasi perilaku adaptif di usia yang berbeda.
Beberapa pandangan pandangan O Wilson:
1. Wilson percaya bahwa toksikologi sosial adalah bentuk penelitian ilmiah
dan sistematis yang menggabungkan etika, ekologi, dan genetika,
termasuk dasar biologis dari berbagai perilaku yang ada pada semua jenis
organisme.

2. Wilson adalah orang yang tidak mengakui adanya kehendak bebas dalam
organisme. Oleh karena itu, Wilson percaya bahwa berbagai perilaku organisasi
merupakan hasil dari faktor genetik, respon lingkungan dan pengaruh empiris.

3. Mengenai teori daun tembakau, Wilson sendiri membantah teori ini. Wilson
percaya bahwa ada warisan genetik dan budaya di otak manusia saat lahir.
Apalagi karena pengaruh faktor sosial dan lingkungan, maka pengaruh seseorang
dalam mengubah perilaku seseorang menjadi terbatas.

PSIKOLOGI EVOLUSIONER

Psikologi evolusioner adalah metode psikologi Menerapkan pengetahuan dan


prinsip biologi evolusi ke Meneliti struktur pemikiran manusia (Cosmides &
Tooby, 1997). Menurut Cosmides dan Psikologi Tooby (1997) adalah cabang
ilmu biologi yang mempelajari (a) otak dan (b). Bagaimana program pemrosesan
informasi otak menghasilkan perilaku. setelah Karena psikologi adalah cabang
dari biologi, begitu pula teori dan prinsipnya Pengamatan biologi evolusioner
dapat digunakan untuk penelitian psikologi. Evans & Zarate (1999)
mendefinisikan psikologi evolusioner sebagai Kombinasi dua ilmu, biologi
evolusioner dan psikologi kognitif.

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PSIKOLOGI EVOLUSIONER

1. Seleksi alamiah (natural selection)

Proses seleksi alamiah diibaratkan bekerja misalnya sebuah penyaring. Variasi-


variasi yg Mengganggu solusi yg sukses terhadap duduk perkara adaptif akan
dibuang; ad interim itu variasi-variasi yg memberi sumbangan dalam solusi sukses
terhadap duduk perkara adaptif akan berhasil masuk lewat saringan selektif.
Selama beberapa generasi, proses penyaringan akan cenderung menghasilkan &
mempertahankan ciri-ciri yg berinteraksi menggunakan lingkungan fisik, sosial &
internal yg mempromosikan reproduksi individu yg mempunyai ciri-karakterisitik
tersebut. Karakteristik-ciri inilah yg dinamakan adaptasi.

2. Adaptasi (adaptation) Adaptasi merupakan produk proses evolusioner.

Adaptasi merupakan satu ciri yg berkembang secara reliabel & bisa


diwariskan yg ada sebagai satu karakteristik satu spesies melalui seleksi
alamiah sang lantaran ciri tadi membantu secara pribadi atau nir pribadi buat
memfasilitasi reproduksi selama periode evolusinya (Buss et al., 1998). Fungsi
adaptasi merupakan buat memecahkan satu dilema adaptif. Pengertian
adaptasi pada psikologi evolusioner ini tidak sinkron menggunakan pengertian
adaptasi yg generik digunakan sang psikologi. Pengertian generik adaptasi
umumnya memilih dalam pengertian yg menyangkut kebahagiaan pribadi,
kesesuaian sosial, kemampuan beradaptasi menggunakan syarat yg berubah
atau kesejahteraan hidup.

3. Mekanisme psikologis hasil evolusi (evolved psychological mechanism)

Semua perilaku yang kasat-mata akan dilandasi oleh mekanisme psikologis


selain oleh input. Misalnya, jika seorang anak dan seorang dewasa merespons
secara berbeda stimulus yang sama, maka hal ini disebabkan karena mereka
memiliki mekanisme psikologis yang berbeda. Contoh lain, jika seorang pria
dan wanita mempunyai respons yang berbeda terhadap stimulus yang sama,
hal itu disebabkan karena pria dan wanita memiliki mekanisme psikologis
yang berbeda.

Mekanisme fisiologis dan juga psikologis merupakan hasil proses evolusi


dengan cara seleksi alami.

Tabel Mekanisme psikologis yang berevolusi: 10 ilustrasi

Mekanisme psikologis Fungsi Pengarang


Rasa takut pada ular. Menghindari racun Marks (1987) Silverman
& Eals (1992)
Keunggulan memori ruang- Meningkatkan
lokasi pada wanita keberhasilan mencari Buss dkk. (1992); Daly
makan/bercocok-tanam dkk. (1982); Symons
Rasa cemburu seksual pria Meningkatkan (1979)
kepastian sebagai ayah Rozin (1979)
Kesukaan pada makanan Meningkatkan asupan
kaya lemak dan gula kalori Buss (1989a, 1989b)

Preferensi pasangan wanita Menyediakan biaya utk Buss (1989a, 1989b);


pada sumber daya kesejahteraan anak- Singh (1993)
ekonomis anak
Kaplan (1992); Orion &
Memilih pasangan Heerwagen (1992)
Preferensi pasangan pria yang tingkat
pada sifat kemudaan dan kesuburannya tinggi Pinker dan Bloom
kemenarikan (1990)
Preferensi pada landscape Memotivasi individu
yang mirip savanah untuk memilih habitat
Bahasa natural yang menyediakan
sumber daya dan
perlindungan
Prosedur mendeteksi Komunikasi/manipulasi
penipu
Mencegah dieksploitasi
dalam kontrak-kontrak Cosmides (1989)
Hasrat pria untuk variasi sosial
seksual
Memotivasi akses
untuk lebih banyak Symons (1979)
partner seksual
diambil dari Buss, D. M. 1995. Evolutionary Psychology: A New Paradigm for Psychological
Science. Psychological Inquiry, vol 6, No. 1, p. 6).

beberapa gagasan baru yang berkaitan dengan psikologi evolusioner, yaitu:

1. Evolutionary adaptive environment (EEA) Lingkungan tempat nenek moyang


berlangsung telah membentuk perilaku mereka dan menjadi dasar bagi kita
untuk berperilaku.
2. Altuisme, soft core resiprositas (mutual altruism): Seseorang yang
menunjukkan perilaku memberi dan menerima, mereka yang menunjukkan
perilaku ini akan memiliki peluang lebih besar untuk terpilih dalam proses
seleksi alam.
3. Pemikiran modular: berpikir adalah pengaturan dengan sistem atau tujuan
pusat yang sama. Di dalam otak manusia pada dasarnya terdapat berbagai sub
organ atau organ terkecil. Kemudian bagian tersebut akan dikembangkan
untuk tujuan tertentu.
4. Adaptabilitas: Menurut evolusi karakteristik, ketika suatu objek ditemukan
menghasilkan manfaat baru, evolusi terjadi.
5. Adaptasi adaptif: yaitu bentuk atau ciri khas yang muncul sebagai hasil
adaptasi terhadap lingkungan tertentu.

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TIMUR


Pada Psikologi Kepribadian Timur, dasar yang digunakan adalah
pemurnian hati sebagai langkah untuk mencapai pribadi yang sempurna atau baik,
juga dengan pedoman agama sebagai sarana mengatur kehidupan sehari-
hari. Dalam hal ini, segala sistemnya berkisar pada teknik-teknik meditasi yang
memungkinkan orang semata-mata meneliti arus kesadarannya sendiri, dengan
memberinya sejenis jendela yang netral atas aliran pengalamannya. Oleh karean
itu, pada akhirnya semua psikologi Timur mengakui bahwa jalan utama ke arah
transformasi diri ini adalah meditasi.
Salah satu diantara psikologi Timur yang paling sistematik dan tersusun
secara paling rinci adalah Buddhisme Klasik. Diberi nama menurut hari Buddha
yang dalam bahasa Pali disebut Abhidhamma (atau Abhidharma dalam bahasa
Sansekerta), Abhi berarti tinggi,agung,luhur dan dhamma berarti kebenaran,  mak
a Abhidhamma dapat diartikan sebagai “ajaran yang luhur” dari Sang Budha.
Psikologi menguraikan wawasan asli dari Buddha Gautama tentang kodrat
manusia, karena psikologi  berasal dari ajaran-ajaran pokok Buddha, maka
Abhidhamma atau psikologi yang  serupa dengan itu merupakan inti dari berbagai
cabang Buddhisme.  Dalam abhidhamma kata “kepribadian “ serupa dengan
konsep atta atau diri (self) menurut konsep barat, menurut adbhidamma tidak ada
diri yang bersifat kekal atau abadi , benar-benar kekal, yang ada hanyalah
sekumpulan proses impersonal yang timbul dan menghilang, yang nampak
sebagai kepribadian terbentuk dari perpaduan antara proses –proses impersonal
ini, apa yang nampak sebagai diri tidak lain adalah bagian keseluruhan jumlah
bagian-bagian tubuh yakni pikiran, penginderaan, hawa nafsu, dsb. Satu-satunya
benang bersenimbungan atau bersambung –menyambung dalam jiwa adalah
bhava yakni kesinambungan kesadaran diri waktu ke waktu.
Menurut abhidahmma, bahwa kepribadian manusia itu sama seperti sungai
memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas ,walaupun tidak setetes air
pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya.dalam pandangan ini “ tidak
ada aktor terlepas dari aksi, tidak ada orang yang mengamati terlepas dari persepsi
,tidak ada subjek sadar dibalik kesadaran”. ang menjadi fokus study psikologi
abhidhamma adalah rangkaian peristiwa, yakni hubungan terus menerus antara
keadaan-keadaan jiwa dan objek-objek indera misalnya perasaan bihari (keadaan
jiwa) pada seorang wanita cantik (objek indera). Keadaan-keadaan jiwa itu selalu
berubah dari momen ke momen dan perubahan itu ternyata sangat cepat. Metode
dasar yang dipakai untuk meneliti perubahan yang sangat banyak dalam jiwa
adalah intropeksi ,yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang dilakukan oleh
seseorang terhadap pengalamannya sendiri. Yang menjadi subjek psikologi
abhidhamma adalah :
1. Penginderaan dari panca indera
2. Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam
3. Setiap keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa yang disebut
faktor-faktor jiwa, sifat-sifat jiwa misalnya cinta, benci, adil, bengis,
social, dsb.
Kepribadian abhidhamma serupa dengan konsep atta atau diri (self) menurut
adbhidamma hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul dan
menghilang, yang terbentuk dari perpaduan antara proses –proses impersonal
yakni pikiran, penginderaan, dan hawa nafsu.

Pendekatan psikologi-psikologi Asia didasarkan pada introspeksi dan


pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi, berbeda dengan psikologi-
psikologi Barat yang lebih bersandar pada observasi tingkah laku. Setiap kutipan
oleh Gardner dan Louis Murphy (1968) dari kitab-kitab suci Asia, memberikan
semacam wawasan psikologis, baik suatu pandangan tentang bagaimana jiwa
bekerja, suatu teori kepribadian, ataupun suatu model motivasi. Kendati mengakui
adanya perbedaan-perbedaandiantara psikologi-psikologi Asia tersebut, namun
Gardner dan Louis Murphy (1968) menyimpulkan bahwa psikologi-psikologi itu
pada hakikatnya merupakan suatu reaksi terhadap kehidupan yang dilihat sebagai
penuh dengan penderitaan dan kekecewaan. Cara umum untuk mengatasi
penderitaan yang dianjurkan oleh psikologi-psikologi ini adalah disiplin dan
kontrol diri, yang dapat memberikan kepada orang yang mengupayakannya “suatu
perasaan ekstase yang tak terbatas dan hanya dapat ditemukan dalam diri yang
bebas dari pamrih-pamrih pribadi”. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, minat
psikologis di Timur dan Barat “berpadu dengan sangat cepat”

Sebagaimana terdapat banyak teori kepribadian di lingkungan peradaban Barat,


begitu pula terdapat banyak psikologi Timur. Salah satu persamaannya adalah
dalam hal penggunaan metode fenomenologis : semuanya berusaha
menggambarkan kodrat pengalaman langsung sang pribadi. Beberapa di antara
sistem-sistem ini berkisar pada teknik-teknik meditasi yang memungkinkan orang
semata-mata meneliti arus kesadarannya sendiri, dengan memberinya sejenis
jendela yang mnetral atas aliran pengalamannya. Selanjutnya, semua psikologi ini
mengeluhkan tentang manusia sebagaimana adanya, dan mempostulasikan suatu
cara berada ideal yang dapat dicapai oleh orang yang tekun mencarinya. Jalan
untuk transformasi ini selalu melalui suatu perubahan yang menyeluruh dalam
kepribadian seseorang,

Di antara para teoritikus kepribadian moden, C.G. Jung ialah salah satu orang
yang paling tahu mengenai psikologi timur. Jung mengemukakan hal yang bagi
ilmu pengetahuan positivistis lewat analisisnya yang ekstensif mengenai agama-
agama timur. Selain lewat Jung psikologi-psikologi Timur telah menyerbu dunia
Barat melalui pengaruh mereka pada teoritikus seperti Angyal dan Maslow yang
berpandangan holistik, tokoh-tokoh humanis Buber dan Fromm, tokoh
eksistensialis Bass, dan gelombang baru “para psikolog transpersonal” .

ALAN WATTS

Alan Watts dalam ”Psychotherapy East and West” (1961) mengakui bahwa apa
yang disebutnya “cara-cara pembebasan Timur” adalah mirip dengan psikoterapi
Barat, yakni bahwa keduanya bertujuan mengubah perasaan-perasaan orang
terhadap dirinya sendiri serta hubungannya dengan orang-orang lain dan dunia
alam. Sebagian besar terpai-terapi Barat menangani orangorang yang mengalami
gangguan; sedangkan disiplin-disiplin Timur menangani orang-orang yang normal
dan memilih penyesuaian sosial yang baik.

Robert Ornstein

Robert Ornstein, mempunyai minat terhadap psikologi timur merupakan hasil


perkembangan dari penelitiannya tentang fungsi – fungsi berbeda dari masing-
masing belahan otak. Ia juga mencata bahwa kebudayaan dan ilmu pengetahuan di
Barat lebih menyukai cara pengetahuan belahan kiri dengan akibat merugikan
perkembangan belahan kanan. Seseorang yang dapat memanfaatkan kedua cara
tersebut akan sanggup berfungsi secara lengkap.

Abhidhamma

Teori psikologi ini diturunkan langsung dari wawasan Budha Gautama dalam
abad V sebelum Masehi. Ajaran-ajaran Buddha sendiri telah dipoles dan
berkembang berbagai cabang, ajaran, aliran Buddhisme, lewat suatu proses
perkembanan yang sama seperti, misalnya, pemikiran Freud berkembang ke
dalam aliran-aliran psikoanalisis yang berbeda-beda. Sama seperti psikologi timur
lainnya, Abhidhamma mengajarkan suatu tipe ideal kepribadian sempurna yang
dijadikan kiblat analisisnya tentang oleh pikir. Apa yang kita maksudkan dengan
kata “kepribadian” sangat serupa dengan konsep atta, atau diri (self) dalam
Abhidhamma. Bedanya, menurut asumsi dasar Abhidhamma tidak ada diri yang
benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul
dan menghilang. Yang tampak sebagian kepribadian terbentuk dari perpaduan
antara proses-proses impersonal ini. Apa yang kelihatan sebagai “diri” tidak lain
adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tubuh, yakni pikiran, pengindraan,
hawa nafsu, ingatan, dan sebagainya. Satu-satunya benang yang
berkesinambungan dalam jiwa adalah bhava, yakni kesinambungan kesadaran dari
waktu ke waktu. Menurut Abhidamma, kepribadian manusia sama seperti sungai
yang memiliki bentuk yang tetap, seolah-olah satu identitas, walaupun tidak
setetes air pun tidak berubah seperti pada momen sebelumnya. Dalam pandangan
ini “tidak ada aktor terlepas dari aksi, tidak ada orang yang mengamati terlepas
dari persepsi, tidak ada subjek sadar dibalik kesadaran” (Van Agung, 1972).
Keadaankeadaan jiwa seseorang selalu berubah dari momen ke momen;
perubahan itu terjadi sangat cepat. Metode dasar yang dipakai Abhidhamma untuk
meneliti perubahan sangat banyak dalam jiwa adalah instropeksi, yakni suatu
observasi teliti sistematis yang dilakukan seseorang terhadap pengalamannya
sendiri. Dalam Abhidhamma, selain objek-objek pancaindera, terdapat juga
pikiran-pikiran; maksudnya, sang jiwa yang berpikir itu sendiri dianggap sebagai
indera ke enam.

Psikologi Transpersonal

Secara harafiah kata transpersonal berasal dari kata trans yang artinya melewati,
dan kata personal yang artinya pribadi. Transpersonal dalam banyak literatur
berarti melewati atau melalui “topeng”, dengan kata lain melewati tingkat
personal. Psikologi transpersonal berdiri pada pertemuan antara psikologi modern
dengan spiritualisme. Selain itu psikologi transpersonal dianggap sebagai
kekuatan keempat setelah psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik.

Bahkan termasuk pulan pendekatan psikologi yang lain, seperti kearifan beragam
budaya berkaitan dengan psikopatologi dan kesehatan mental, serta beragam
keadaan kesadaran (state of consciousness). Psikologi traspersonal bukanlah
seperangkat kepercayaan, dogma atau agama, namun merupakan suatu upaya
untuk membawa tingkatan pengalaman manusia sepenuhnya menuju wacana
dalam psikologi.

Dalam psikologi transpersonal, sebagaimana pendekatan psikologis lainnya,


pemisahan terhadap self dipandang sebagai suatu hasil dari sejarah pribadi dan
dicirikan oleh suatu kemandirian dan pemisahan dari hal-hal yang
mengelilinginya. Pendekatan transpersonal berbeda dengan
pendekatanpendekatan yang lain, yang pada umumnya hanya menjelaska
keadaan-keadaan transedensi diri yang sempit. Transedensi diri (self transedence)
dalam psikologi transpersonal mengacu pada keadaan kesadaran (states of
consciousness) dimana self berkembang melewati batas-batas wajar, identifikasi-
identifikasi, dan citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu
koneksi fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain dan dunia (Walsh
dan Vaughan, 1993 dalam Prabowo, 2007).
BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi kepribadian mempelajari
kepribadian melalui perilaku atau sikap sehari-hari. Dasar penerapannya adalah
memurnikan pikiran, yang merupakan langkah menuju kesempurnaan atau orang
baik dan mengatur kehidupan sehari-hari dengan mengikuti norma agama.
Edward O Wilson menggunakan prinsip biologi dan evolusi sosial untuk
menjelaskan perilaku sosial serangga, kemudian memahami perilaku sosial hewan
lain, termasuk manusia, sehingga biologi sosial menjadi topik baru.
DAFTAR PUSTAKA:

Monte, Christopher F., Robert N. Sollod. 2003.Beneath The Mask: An


Introduction to Theories of Personality Seventh Edition. America: John
Wiley & Sons.Inc

MENGENAL SEPINTAS PSIKOLOGI EVOLUSIONER. (2015). Buletin


Psikologi, 11(2). https://doi.org/10.22146/bpsi.7462

Kifudyartanto. 2003. Psikologi Kepribadian Timur, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Halem Lubis.1997. Taufid Hadi, Psikologi Kepribadian. Cet. VII; Jakarta: Bumi
Aksara.
Suryabrata, S. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hastjarjo, D. (2003). Mengenal sepintas psikologi evolusioner. Buletin Psikologi,


11(2).

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwir8df1ws3
wAhVacCsKHasCA-EQFjAAegQIAxAD&url=http%3A%2F
%2Fwardalisa.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles
%2F26407%2FMateri%2B12%2B-
%2BPsikologiTimur.pdf&usg=AOvVaw3RTUzuyiwlOKBGv6uX5THl

Anda mungkin juga menyukai