Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang maha Esa karena atas berkat bimbingan,
petunjuk dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat meneyelesaikan makalah dari mata kuliah
Psikologi kepribadian yang membahas mengenai salah satu tokoh psikoanalisis yakni Anna
Freud dan Margaret Schönberger Mahler .

Kami megucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Faradillah Firdaus, S. Psi., MA sebagai

dosen pengampuh mata kuliah psikologi kepribadian dan pihak-pihak yang terlibat dalam

penyusunan makalah ini khususnya kelompok dua yang sudah mau bekerja sama dalam

penyelesaian makalah ini.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik dan dapat digunakan sebaik-

baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belum sempurna, untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah

selanjutnya. Dengan demikian, kami ucapkan banyak terima kasih.

Makassar, 3 maret 2018

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….…………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….……......

A. Latar Belakang……………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...
C. Tujuan…………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….…………….

A. Biografi Anna Freud dan Margaret Schönberger Mahler………………...


B. Anna Freud…………………………………....………………………….
a. Biografi Anna Freud………………………….……………………....
b. Teori Dasar Anna Freud……………………………………………...
c. Gagasan Teori Anna Freud…………………………………………...
d. Dinamika Kepribadian Anna Freud…………………………………..
1. Psikoterapi Anak………………………………………………….
2. Garis Perkembangan……………………………………………...
3. Mekanisme Pertahanan…………………………………………...
C. Margaret Schönberger Mahler……………………………………………
a. Biografi Margaret Schönberger Mahler………………………………
b. Psikotik dan kesehatan Ego : Anak Autis dan Anak Psikotik………..
c. Kelahiran Psikologis : Pemisah dan Individuasi……………………..
d. Tahapan Mencapai Kelahiran Psikologis Individuasi Anak…………
e. Pendekatan Relasi Objek Mahler…………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..

Kesimpulan…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era perkembangan psikologi saat ini, perkembangan anak cukup penting dijadikan

perhatian khusus. Sebab, proses tumbuh kembang anak mempengaruhi kehidupan mereka

pada masa mendatang. Jika perkembangan anak tidak mendapat cukup perhatian dari

orangtuanya maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan

menghampiri mereka. Khususnya perkembangan dalam berprilaku anak akan menjadi

tidak terkontrol karna kurangnya pengawasan serta pemahaman mengenai realita yang

ada.

Salah satu tokoh psikoanalisis Anna Freud dan Margaret Schönberger Mahler yang

berfokus pada perkembangan anak, menyatakan bahwa anak merupakan subjek yang

mudah terpengaruh atau dalam perkembangannya dan sangat lentur terhadap pengaruh

realita baik itu secara internal maupun ekternal. Dengan demikian, sangat penting

mengetahui bagaimana mekanisme dalam pertumbuhan anak agar anak dapat tumbuh dan

membentu berkepribadian yang sesuai keinginan diri.

B. Rumusan Masalah

1. Biografi anna freud dan Margaret Schönberger Mahler ?

2. Teori dasar Anna freud ?

3. Gagasan teori Anna freud ?

4. Psikologi EGO menurut anna freud ?


C. Tujuan

1. Mengetahui biografi dari Anna Freud dan Margaret Schönberger Mahler

2. Untuk mengetahui teori-teori dasar milik Anna Freud

3. Untuk mengetahui gagasan Anna Freud

4. Untuk mengetahui psikologi EGO milik Anna Freud


BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi anna freud dan Margaret Schönberger Mahler

1. Anna freud

Anna Freud adalah anak terkahir dari Sigmun Freud dan Martha Fruud. Ia

lahir pada Desember 1895. Ketika Anna masih menginjak masa kanak-kanak, ia

sangat dekat dengan ayahnya. Hingga ia berumur 20-an, Anna mengikuti jejak

ayahnya yakni mendalami psikoanalis dan kemudian menjadi anggota dari Vienna

Psychoanalitic Society (Friedman & Schustack, 2008).

Anna mulai sekolah pada usia enam tahun dan memasuki Salka Goldman

Cottage Lyceum sekolah khusus prempuan pada usia 10 tahun. Selama Anna

sekolah, ia sangat suka membaca dan menulis puisi. Selain itu, ia sangat berperan

penting dalam melibatkan diskusi klinis. Karna prestasi akademiknya, Lyceum

memastikan dia di posisi staf pengajar yang di terima sampai tahun1922.

Meskipun demikian, minatnya dalam bidang psikoanalisa dan psikiatri tidak

berkurang. Pada tahun 1918-1922, ayahnya melakukan psikoanalisis pada dirinya

agar ia lebih meningkatkan minatnya dalam psikologi. Akhirnya, Anna

meninngalkan Lyceum untuk membantu dalam studi ayahnya dan menjadi

pustakawan Asosiasi psikoanalitik di Wina pada tahun 1922.

Pada tahun 1936 Anna menerbitkan karyanya yang sangat terkenal, yakni Ego

dan Defence Mekanism. Meknisme pertahanan dalam hal ini berkaitan dengan

pengalaman yang menyedihkan dan menyakitkan. Anna berusha menyelidiki

insting drive dan fungsi dari ego pada anak-anak. Dia menemukan bahwa anak-
anak dapat merespon secara kreatif untuk tekanan internal maupun eksternal dan

konflik tertentu yang secara psikologis dapat didentifikasi pada usia remaja.

Dengn cara ini, Anna membedakan teori dari ayahnya yang dimana gejala anak

berbeda dengan orang dewasa dan tergantung pada tahap perkembangannya.

Pada tahun 1939, Sigmun Freud menyerah dengan penyakit kanker rahang.

Seetlah kematiannya, Anna mempertahankan nilai-nilai fundamental psikologis

dari ayahnya, tapi memfokuskan dirinya pada psikoanalisis anak.

Di tengah-tengah perang dunia kedua, Anna dan Burlingham mendirikan

Hampstead War Nurseries untuk merawat populasi anak tunawisma yang

disebabkan kehancuran perang. Dia juga menggunakan perawatan untuk merekam

berbagai pegamatan psikologis mengenai perkembangan anak yang membantu

untuk lebih meningkatkan jumalah pengetahuan dalam lapangan. Studinya

dikumpulkan dan diterbitkan dalam dua karya yakni, Young Children in Wartime

(1942) dan Infants Without Families (1944).

Pada tahun 1952 Anna mendirikan Hampsteid Child Therapy Clinic yang

memberikan kontribusi terhadap pengetahuan psikoanalisis anak. Pada tahun

1965, ia menerbitkan pekerjaan yang paling berpengaruh padanya yaitu Normality

dan Phatology of Childhood.

Pada Pada tahun 1967, Anna diangkat menjadi Panglima Kerajaan Inggri karena

kontribusinya sangat besar untuk bidang psikologi anak. Pada tahun 1975, ia

menerima gelar M.D sebagai kehormatan dari University of Vienna dan gelar

Ph.D dari Goethe Institute di Frankfurt pada tahun 1981.


Pada usia 87 yahun, akhirnya Anna Freud menyerah karna penyakit anemia

yang dideritanya (Bruehl, 2008).

B. Teori dasar Anna freud

Anna Freud Pada teorinya fokus pada bagaimana proses tumbuh kembang anak-anak

yang berkebutuhan khusus hingga memasuki usia remaja. selain itu, Anna melakukan

perluasan defence mechanism yang menurutnya strategi yang dipakai seorang anak untuk

bertahan melawan ekspresi impuls Id serta menentang tekanan superego. Pada teorinya,

Anna lebih memfokuskan ego dengan memberikan penekanan pada pengaruh

lingkungan. (Edgcumbe, 2000).

C. Gagasan teori Anna freud

Setelah kematian Freud, psikoanalisis mulai berfokus pada karakteristik-karakteristik

unik dari ego dalam menuntun seseorang untuk menguasai tuntutan hidup dan tidak

hanya bereaksi terhadapnya. Psikoanalitik psikologi ego muncul sebagai usaha untuk

memperluas dan melengkapi teori Freud . Hal ini ditujukan terhadap ketidakpuasaan

antara teori dorongan Freud ian klasik mengenai sistem persaingan energi dan

pengamatan klinis bahwa manusia seringkali dapat melampaui dorongan dan hasrat

mereka. Dalam pandangan ini kepuasaan tidak hanya datang dari pengurangan

ketegangan tetapi juga dapat bereaksi dari rasa penguasaan aktif dalam mengatasi

rintangan hidup.Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri bukan semata-mata hasil dari

ketidaksesuaian antara id,ego, dan superego, neurosis dapat juga terjadi pada orang yang

tidak mempunyai tujuan hidup, yang sudah tidak dapat membangun rasa harmoni dan

ketertiban antara diri mereka dan dunia sosial mereka.


D. Dinamika kepribadian

Anna Freud dalam teorinya lebih focus kepada tumbuh kembang anak-anak menjadi

remaja. Ia mengadaptasi psikoanalisis untuk diaplikasikan pada anak-anak yang

berkebutuhan khusus, yaitu anak-anak yang memiliki kemampuan verbal dan tentang

perhatian yang berbeda. Pada teorinya, Anna lebih memfokuskan ego dengan memberikan

penekanan pada pengaruh lingkungan sosial (Friedman & Schustack, 2008).

(Alwisol, 2007) Ada tiga konsep pokok dalam teori yang dicetuskan oleh Anna Freud,

sebagai berikut:

1. Psikoterapi Anak

 Terapi Gabungan: Kekaguman dan Kepercayaan

Dalam tumbuh kembang anak, teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas,

interpretasi mimpi, dan analisis transferensi tidak dapat dikenakan begitu saja pada

anak. Agar anak tumbuh dengan baik dan dapat mrngusai segla realitas di sekitarnya

prosedur harus dimodifikasi terlebih dahulu. Anna Freud menempatkan analis sebagai

orang yang penting dalam kehidupan anak. Analis yang sangat berperan penting adalah

orang yang dapat dipercaya dan sungguh-sungguh. Yang artinya, memperkenalkan

anak pada tokoh yang memiliki prestasi atau tokoh yang memberikan kontribusi yang

positif atau memberikan arahan bagaimana anak bisa menjadi seperti tokoh yang

dikaguminya. Contohnya, memperkenalkan dan memberikan informasi bagaimana Pak

Jokowi menjadi Presiden.

Dengan menggabungkan antara kekaguman dengan kepercayaan, anak dapat

menjadikan analis sebagai guru untuk menghadapi dunia luar dan tumbuh sesuai yang

diharapkan.
 Melampaui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan

Anak memiliki kelenturan dalam proses perkembangnnya, sehingga memaksa analis

anak lebih berfokus pada tujuan bukan symptom neurotic agar tidak membahayakan

tumbuh kembang anak dimasa mendatang. Gangguan perkembangan, merupakan

ancaman yang berkelanjutan baik fisik maupun psikis yang harus diperhatikan. Selain

itu, symptom neorotik akan muncul pada tingkah laku anak.

Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan perkembangan

kepribadian dalam tahap-tahap perkembangan dan ancaman-ancaman serius terhadap

penyelesaian perkembangan kepribadian, serta mempekecil peluang yang mengganggu

integritas anak. Dalam hal ini, Anna keluar dari konsep klasik neorosis, yang pada

akhirnya anak mengalami gangguan terhadap terhadap kerentanan alami dalam

mengembangkan dirinya.

 Asesmen Metapsikologi

Agar semua data dapat terangkum dengan baik, Anna Freud memakai metapsikologi

dalam proses psikoterapi anak. Metapsikologi merupakan penuntun yang

mengorganisasikan informasi dalam kategorisasi yag komprehensif. Dalam

menggunakan profilasesmen metapsikologi, Anna mengemukakan tiga keuantungan

yang akan didapatkan, sebagai berikut :

1) Profil metpsikologi member arahan yag konkrit dan seragam

2) Profil tersebut mengharuskan terapis untuk menggambarkan bgaimana kepribadian

anak berfungsi dan berkembang.

3) Profil metapsikologi menggunakan konsep-konsep psikoanalisis untuk memperoleh

hasil sesuai teori yang ada.


 Pentingnya Realitas Sosial

Anak dalam perkembangannya lebih mudah dipengaruhi oleh realitas eksternal.

Dalam hal ini, untuk memahami gangguan yang anak alami, psikoanalais harus

memahami bagaimana hubungan anak terhadap lingkungan keluarganya, guru dan

otoritas lainnya yang terjadi pada saat itu. Sedangkan orang dewasa, yang gangguannya

bersumber pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan, sedangkan anak

gangguannya terjadi pada peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Garis Perkembangan
Anna Freud mengukur tahap perkembangan anak di banyak daerah yang merupakan
penelitian yang inovatif perkembangan anak dan pelopor dari kelimpahan teori
perkembangan.Ego dapat menguasai realitas internal maupun eksternal melalui proses
interaksi antara id dengan ego, yang dimulai dari dominasi id untuk memperoleh
kepuasan, secara bertahap yang akan bergeser ke ego.
Interkasi itu oleh Anna Freud disebut garis perkembangan, suatu urutan tahap-tahap
kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional,
dari hubungan yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis-garis perkembangan
menunjukkan usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik
diri dan tanpa memakai mekanisme pertahanan secara berlebihan.Anna Freud
mengemukan enam garis perkembangan, masing-masing bergerak dari id menuju realitas
ego:
1) Dari ketergantungan menjadi mandiri emosional.
 Ketergantungan biologis kepada Ibu, tidak mengenal bahwa dirinya terpisah dengan
orang ain.
 Membutuhkan hubungan yang memuaskan, Ibu dianggap sebagai pemuas dari luar.
 Tahap objek-tetap, gambaran Ibu teta ada, wwalaupun dia tidak hadir.
 Pre-odipus, tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi obyek yang dicintai.
 Fase odipus-falis, ditandai dengan dorongan memiliki orang tua lain jenis dan bersaing
dengan orang tua sejenis.
 Fase laten dengan menurunnya dorongan, transfer libido ke teman, kelompok, dan figur
otoritas.
 Fase pre adolesen, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan obyek
yang dicintai.
 Fase adolesen, berjuang untuk mandiri, memutus cinta dengan orang tua, kebutuhan
kepuasan seksual.
2) Dari meyusui menjadi makan secara wajar.
 Disusui teratur sesuai jadwal atau kalau membutuuhkan.
 Disapih dari botol/susu Ibu, mengalami kesulitan makan-makanan baru.
 Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih identik dengan Ibu.
 Makan sendiri, berbeda pendapat dengan Ibu mengenai banyaknya makanan.
 Seksual infantil membentuk sikap terhadap makanan: fantasi takut gemuk.
 Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan sendiri.
3) Dari basah-basahan dan buang kotoran ke kandung kemih dan control pembuangan.
 Bebas membuang kotoran tubuh
 Fase anal, menolak kontrol orang lain dalam hal pembuangan kotoran , perang
kemauan latihan kebersihan
 Identifikasi dengan aturan orang tua, mengontrol sendiri pembuangan kotoran. Minat
kebersihan dan keteraturan didasarkan pada keteraturan anal.
 Kepedulian dengan kebersihan, tanpa tekanan orang tua, ego dan superego
mengontrol dorongan anal secara otonom.
4) Dari tidak bertanggung jawab ke bertanggung jawab dalam menejemen tubuh.
 Agresi diubah dari diri sendiri menjadi kepada dunia luar.
 Ego semakin memahami prinsip sebab-akibat, meredakan keinginan yang
berbahhaya, mengenali bahaya eksternal seperti api, ketinggian, air.
 Sukarela menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan
tubuh, melatih kebugaran tubuh.
5) Dari egosentrik menjadi persahabatan
 Mementingkan diri sendiri, narkistik, anak kecil lain tidak ada, atau dipandang
sebagai pengganggu dan saingan memperoleh cinta orang tua.
 Anak kecil didekatnya dipandang sebagai benda mati, atau mainan, yang dapat
diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
 Anak kecil didekatnya dianggap sebagai teman untuk mengerjakan sesuatu.
 Teman dipandang partner sederajat, memiliki kemauan sendiri, mereka
dapatdihormati, ditakuti, ditakuti, dijadikansaingan, dicintai, dibenci, atauditiru.
6) Dari tubuhuntukmainan, dan dari dari bermain ke pekerjaan.
 Permaianan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut, tidak
dibedakan antara tubuh sendiri dengan tubuh Ibu.
 Sensasi tubuh Ibu dipindah ke obyek yang lembut seperti beruang mainan atau sarung
bantal.
 Memeluk obyek yang lembut, menyenangi barang yang lembut, obyek benda mati.
 Puas menyelesaikan suatu kegiatan.
 Permainan sekolah untuk bekerja melalui hobi, lamunan, permainan, dan olahraga.
Anak dapat menahan impuls dirinya.
3. Mekanisme Pertahanan

Mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai seorang anak untuk bertahan

melawan ekspresi impuls Id serta menentang tekanan superego. Menurut Anna Freud

ego mereaksi bahaya dengan membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi

tingkah laku sadar dan membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat

dilemahkan atau diubah. (Edgcumbe, 2000)

Sigmund Freud mengajukan 7 defence, antara lain: identifikasi, displasemen, represi,

projeksi, reaksi formasi, fiksasi, dan regresi. Lalu Anna Freud memperluas defence

mechanism dengan menambahkan, repretion, sublimation, isolation, ascetism, denial,

undoing, introjections, reversal, displacement. (Alwisol, 2007).

Berikut penjelasan mengenai defence mechanism yang di perluas oleh Anna Freud

(Pervin, Cervone, John. 2010):


- Repretion yaitu mekanisme pertahanan yang menghilangkan atau mengubur segala

hal yang bersifat traumatis dan mengancam bagi individu.

- Sublimation adalah mekanisme pertahanan yang dimana tujuan kultur menjadi

pengganti ekspresi asal dari insting. Contohnya,

- Isolation yakni mekanisme pertahanan yang dimana emosi diisolasi dari peristiwa

yang menyakitkan. Contohnya,

- Denial adalah mekanisme pertahanan yang menolak realitas eksternal dan internal

yang menyakitkan. Misalnya, seorang ibu yang anaknya meninggal, lalu semasa

hidup anaknya ia selalu bercengkarama dang mengobrol dengan anaknya di ruang

makan. Sehingga si ibu selalu duduk di ruang makan sambil berfantasi bahwa ia

sdang bersama anaknya.

- Undoing/pembatalan yaitu suatu mekanisme yang dimana individu melakukan

pembatalan atas apa yang hendak dilakukan atau mengharapkan tindakan lain .

Contohnya,

- Ascetism merupakan sifat dari penyangkalan diri yang lebih besar dengan cara

menyangkal semua keinginan & semua kesenangan duniawi. Biasanya terjadi pada

masa Pubertas. Pada tingkat yang ektrim, remaja mungkin "mengubah" diri mereka

sendiri dengan membatasi asupan makanan dan tidur dan menahan urin dan feses

selama mungkin.

- Introjections merupakan mengambil alih dan mengaplikasikan nilai-nilai standar

orang lain pada diri sendiri. Contoh: seorang anak melihat orang tua berdoa setiap ada

masalah, maka dia pun akan meniru hal yang sama bila ada masalah.
- Reversal yakni Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif. Seperti Benci pada ibu

yang pilih kasih namun dibalik menjadi benci kepada dirinya sendiri.

Displacement/pengalihan merupakan mekanisme pertahanan yan g dimana penyebab


dari ketakutan yang tidak sadar seseorang dialihkan Misalnya, A marah kepada B
karna tidak menyelesaikan tugasnya, tapi A tidak bisa marah kepada B, karna B
sering memberikan A makanan, jadi A melampiaskan kemarahnnya kepada C.
(Friedman & Schustack, 2008).

2. Margaret Schönberger Mahler

Margaret Schoenberger Mahler (1897-1985) lahir di Sopron, Hungaria, dan


menerima gelar dokter dari University of Vienna pada 1923. Pada 1938 dia
pindah ke New York di mana dia menjadi konsultan di Children’s Service of the
New York State Psychistric Institute. Dia kemudian melakukan studi-studi
observasionalnya sendiri di Masters Children’s Center di New York. Sejak tahun
1955 sampai 1974, dia menjadi profesor klinis psikiatri di Albert Einstein Collage
of Medicine.

A. Psikotik dan Kesehatan Ego : Anak Autis dan Anak Psikotik


Margareth S. Mahler memulai pengamatannya mengenai rusak parahnya ego yang berfungsi
pada anak psikotik dimana cardinal tampaknya kesulitan untuk total sehingga kurangnya
pemahaman mengenai apa yang manusia lakukan (Mahler, 1968). Beberapa anak kadang
digambarkan sebagai anak “autis” yang tampaknya terisolsi dan tak tersentuh oleh dunia luar.
Mahler akhirnya mampu membedakan anak autis, seperti yang dijelaskan oleh Kanner (1949),
dari psikotik simbiosis anak.
Anak yang benar-benar autis tampak sejak lahir tidak menunjukkan minat yang berkaitan dengan
ibu, atau untuk setiap orang, sebagai mitra yang diperlukan dalam berorientasi ke dalam dan luar
realitas (Mahler, 1968)
Dalam pandangan Mahler, anak autis telah mundur ke tahap paling primitif dari kehidupannya.
Anak-anak autis seperti menutup dunia interpersonal, yang merupakan bagian dari realitas yang
menuntun respon emosional dan sosial. Anak psikotik, sebaliknya, mereka melekat pada ibu
mereka sehingga mereka tidak dapat mengatakan dimana mereka akan memulai dan
mengakhirinya.
Simbiosis psikotik anak membuktikan psikosis hanya terjadi selama 3 – 4 tahun. Pada saat ini,
peningkatan koordinasi motorik mereka mengarah ke jarak fisik dari ibu mereka; tuntutan masa
oedipal mulai memaksa mereka untuk menghadapi jarak psikologis. Mereka merasa terancam
untuk memulai hidup mandiri .
Sementara anak autis tidak dapat mengatasi rangsangan yang tak terduga dari dunia luar, anak-
anak psikotik justru harus memiliki seseorang dari dunia luar, biasanya Ibu. Anak autis gagal
untuk keluar dari cangkang pelindung mereka atau isolasi primitive, sedangkan anak-anak
psikotik gagal untuk menciptakan jarak apapun antara mereka dan ibunya.
Mahler melakukan pengamatan pada anak-anak normal dan hubungan mereka dengan ibu
mereka dari lahir sampai periode ketika anak-anak membangun diri sebagai individu yang
terpisah dan individuasi.
Mahler yakin bahwa membentuk ikatan yang sehat dengan ibu merupakan hal yang penting bagi
kesehatan psikologis seseorang, dan anak-anak yang membentuk ikatan normal dengan ibu
mereka adalah anak simbiotik normal. Mereka menggabungkan empati dan perasaan sebagai
orang yang otonom namun tetap mampu mencintai. Sama seperti Anna Freud dan Heinz
Hartmann, Mahler juga menekankan pentingnya potensi individu untuk menguasai dunia mereka
dan untuk membentuk ego yang sehat. Yang paling penting, Mahler menambahkan pentingnya
keterampilan mengasuh yang efektif bagi perkembangan anak yang sehat secara emosiaonal.
Seiring dengan berkembangnya teori relasi objek, teori ini juga meluas dan dan menjauhi
pandangan mekanistik. Kita mempelajari tentang diri sendiri dan mempelajari orang lain yang
penting bagi kita (dalam teori relasi objek, disebut “objek”), dan mempelajari sifat dasar dari
ikatan emosional utama.

B. Kelahiran Psikologis : Pemisahan dan Individuasi


Menurut Mahler, kelahiran psikologis (psychological birth) adalah seorang anak bisa menjadi
individu yang terpisah dari pengasuh utamanya (ibunya), dan pencapaian ini mendorong
munculnya kepekaan atas identitas (sense of identify).
Mahler memiliki hipotesis (1968) bahwa isu sentral dalam fragmentasi ego anak-anak yang
terganggu adalah kegagalan mereka untuk mengembangkan hubungan simbiosis normal dengan
ibu mereka yang muncul dengan kuat, terpadu, ego independen siap untuk mengobati diri sendiri
dan orang lain. Fitur yang menonjol di masa kanak-kanak psikosis adalah individuasi, yaitu rasa
identitas individu yang tidak tercapai (1968).
Dari studinya mengenai anak yang mengalami gangguan, Mahler beralih ke penyelidikan anak
normal dan ibu mereka di Masters Children Center di New York. Pada tahun 1939, Mahler dan
rekan-rekannya mendirikan sebuah ruang observasi yang berisi stan pengamatan area bermain ,
dan tempat duduk terpisah untuk ibu. Kelompok anak-anak dan ibu mereka bisa menyaksikan
mereka berinteraksi dengan satu sama lai , bermain dengan mainan, atau bereksperimen dengan
kesempatan mereka untuk pemisahan dari ibu. Anak-anak yang berumur empat bulan hingga
empat tahun, pada satu waktu atau yang lain, peserta dengan ibu mereka dalam studi.
Dengan meningkatnya pengalaman dalam pengamatan alami, Mahler dan rekannya menyusun
sejumlah teknik pengumpulan data yang berkisar beberapa pertanyaan penting. Bagaimana
seorang ibu membawa anaknya ketika ia tiba? Seperti bagian dari dirinya? Seperti orang lain?
Apa tahap pertumbuhan anak tidak disadari ibunya? Apakah ada ikatan tak terlihat antara ibu dan
bayi? Bagaimana dia memisahkan diri dari anaknya? Bertahap? Tiba-tiba? Ketika dipisahkan
dari ibu, bagaimana anak menghubungkan kesenjangan antara mereka? Visual? Vokal? Dengan
mendekati secara fisik? Bagaimana ibu menanggapi kebutuhan anak? Segera? Secara konsisten?
Enggan? Dengan mengabaikan? dan sebagainya.
Dari massa data yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, Mahler mulai membangun sebuah
gambar dari urutan normal tahapan yang tumbuh normal, sebuah proses yang telah pergi begitu
sedih kacau pada pasien anak terganggu nya. Pada intinya, Mahler mempelajari fenomena:
kelahiran psikologis "(Mahler, Pine & Bergman, 1975). Dia menemukan bahwa proses
pemisahan-individuasi membutuhkan fungsi ego yang normal. Proses ini dimulai secara optimal
sekitar bulan ke empat dan klimaks di atau dekat akhir tahun ketiga kehidupan. Sebelum
pemisahan-individuasi dimulai, ada dua "pelopor" fase, autisme normal dan simbiosis normal, di
mana ibu dan anak saling meletakkan dasar untuk anak berikutnya "menetas" dalam kelahiran
psikologis sebagai orang yang potensial. Oleh karena itu, enam fase yang saling berkaitan sangat
diperlukan untuk pengembangan ego normal.
C. Tahapan Mencapai Kelahiran Psikologis Individuasi Anak
Mahler sangat memperhatikan kelahiran psikologis individu yang terjadi selama tiga tahun
pertama kehidupan manusia, sebuah waktu ketika anak secara bertahap mulai meninggalkan rasa
aman demi otonominya. Awalnya ide-ide Mahler datang dari observasinya tentang perilaku
anak-anak yang berinteraksi dengan ibu mereka. Kemudian, dia mengamati bagaimana perilaku
bayi-bayi normal ketika terikat dengan ibu selama 36 bulan pertama hidup mereka (Mahler,
1952).
Bagi Mahler, kelahiran psikologi individu dimulai selama minggu-minggu pertama kehidupan
setelah lahir dan terus berlanjut hingga 3 minggu berikutnya. Dengan istilah kelahiran psikologis,
Mahler mengartikan bahwa anak menjadi seorang individu yang berbeda dari pengasuhnya,
sebuah pencapaian yang akhirnya mengarah kepada sense of identity. Untuk mencapai kelahiran
psikologis dan individuasi ini, seorang anak bergerak menjalani tiga tahap perkembangan utama
(Mahler, 1967, 1972; Mahler, Pine & Bergman, 1975).
1. Autism normal
Tahap perkembangan utama yang pertama adalah autism normal, yang berlangsung dari lahir
sampai sekitar 3-4 minggu. Untuk melukiskan tahap autism normal ini, Mahler (1967)
meminjam analogi Freud (1911/1958) yang membandingkan kelahiran psikologis dengan telur
burung yang dierami. Anak burung sanggup memuaskan kebutuhan nutrisinya secara autistic
(tanpa berkaitan dengan realitas eksternal) karena pasokan makanannya sudah tersedia di dalam
cangkangnya. Dengan cara yang sama, bayi yang baru lahir memuaskan beragam kebutuhan
dalam orbit perlindungan yang kuat dari pengasuhan Ibu.

Bayi yang baru lahir memiliki perasaan omnipoten karena seperti telur burung yang dierami,
kebutuhan mereka diasuh secara otomatis tanpa harus mengeluarkan satu pun upaya. Tidak
seperti Klein, yang menganggap bayi-bayi yang baru lahir dipenuhi oleh rasa takut, Mahler
malah menemukan periode tidur dan tiadanya ketegangan yang cukup lama pada bayi-bayi yang
baru lahir itu.

Mahler juga percaya bahwa tahap ini adalah sebuah periode narsisme absolute bahwa bayi tidak
sadar dengan keberadaan pribadi lainnya. Karena itu, dia menyebut autism normal sebagi tahap
“tanpa objek” (objectless), sebuah periode ketika bayi secara alamiah hanya ingin mencari buah
dada ibunya saja. Dia tidak setuju dengan konsep Klein bahwa bayi pada periode ini
memasukkan objek baik dan onjek-objek lainnya ke dalam ego mereka.

2. Simbiosis-normal
Ketika bayi mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhannya
sendirian, mereka mulai menyadari keberadaan pengasuhnya dan mencari hubungan simbiotik
dengannya. Ini adalah sebuah kondisi yang membawanya kepada hubungan simbiosis-normal,
tahap perkembangan kedua dalam teori Mahler.

Simbiosis normal dimulai sekitar usia 4 atau 5 bulan. Selama waktu-waktu ini, bayi bersikap dan
berfungsi seolah-olah dia dan ibunya adalah satu sistem yang omnipoten, sebuah kesatuan
dualistik dalam satu batasan sama” (Mahler, 1967, hal. 741). Dalam analohi telur burung,
cangkang itu sekarang mulai retak, tetapi membrane psikologis dalam bentuk relasi simbiotik
masih melindungi bayi yang baru lahir.

Simbiosis dicirikan oleh tindakan timbal balik bayi dan ibunya. Bayi mengirimkan sinyal kepada
Ibu mengenai rasa lapar, rasa senang dan sebagainya, dan ibu meresponnya dengan sinyalnya
sendiri seperti memberi makan, memeluk, atau tersenyum. Pada usia ini, bayi dapat menyadari
wajah ibunya dan dapat memahami rasa senang atau stresnya. Namun begitu, relasi objek masih
belum dimulai, ibu dan yang lainnya masih dianggap sebagai “pra-objek”. Anak-anak yang lebih
tua usianya bahkan orang dewasa kadang-kadang juga mundur ke tahap ini untuk mencari
kekuatan dan rasa aman dalam pengasuhan ibu mereka.

3. Pemisahan-individuasi
Tahap perkembangan utama ketiga, pemisahan-individuasi, berlangsung dari periode 4 atau 5
bulan sampai usia 30 atau 36 bulan. Selama waktu ini, anak-anak menjadi terpisah secara
psikologis dari ibu-ibu mereka, mencapai perasaan individuasi, dan mulai mengembangkan
perasaan-perasaan identitas pribadi. Karena anak-anak tidak lagi mengalami kesatuan-dualistik
dengan ibunya, mereka harus menyerahkan delusi omnipoten mereka, dan menghadapi
kerapuhan terhadap ancaman-ancaman eksternal. Kalau begitu, anak kecil dalam tahap
pemisahan-individuasi mengalami bahwa dunia eksternal jauh lebih berbahaya daripada dua
tahap sebelumnya.
Mahler membagi tahap pemisahan-individuasi menjadi empat subtahap yang saling tumpang
tindih.
a) Yang pertama adalah pembedaan, yang berlangsung sekitar usia 5 bulan sampai 7
atau 10 bulan, dan ditandai oleh pemisahan secara fisik dari orbit simbiotik ibu-
bayi. Karena itulah, subtahapan pembedaan bisa dianalogikan dengan penetasan
telur. Di usia ini, kata Mahler, senyum bayi merespon senyum ibunya,
mengindikasikan ikatan dengan pribadi lain yang spesifik. Bayi yang sehat secara
psikologis akan mengembangkan dunia mereka dengan melampaui dan menjadi
penuh ingin tahu tentang orang-orang asing dan akan memperhatikan mereka.
Sebaliknya, bayi yang tidak sehat akan takut dengan orang asing dan berusaha
menjauh dari mereka. Dan seiring dengan bayi yang mulai menjauh secara fisik
dari ibu dengan belajar merangkak dan berjalan, mereka pun siap memasuki
subtahap berikutnya.
b) Tahap kedua pemisahan-individuasi adalah praktisasi, sebuah periode dari usia 7
atau 10 bulan sampai 15 atau 16 bulan. Selama subtahapan ini, anak-anak dapat
membedakan dengan mudah tubuh mereka dari tubuh ibu, membangun sebuah
ikatan spesifik dengan ibu mereka, dan mulai mengembangkan sebuah ego yang
otonom. Namun begitu, selama tahap awal periode ini, mereka tidak suka jika
sampai kehilangan pandangan terhadap ibu mereka, mereka akan mengikuti ibu
dengan mata mereka dan menunjukkan sikap stress jika ibunya pergi menjauh.
Berikutnya, mereka mulai berjalan dan melangkah ke dunia luar, yang mereka
alami sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan.
c) Tahapan ketiga dari pemisahan-individuasi adalah pendekatan kembali dengan
ibu, yaitu ingin membawa kembali ibu mereka dan diri mereka sendiri kembali
bersama-sama, secara fisik dan psikologis. Terjadi kira-kira pada usia 16 sampai
25 bulan. Mahler memperhatikan bahwa anak-anak di usia ini ingin berbagi
dengan ibu mereka setiap pencapaian kemampuan yang baru. Sekarang ketika
mereka mulai dapat berjalan dengan lebih mudah, anak-anak tampaknya lebih
banyak terpisah secara fisik dari ibunya namun, paradoksnya, mereka juga lebih
banyak menunjukkan kecemasan akibat pemisahan selama tahap pendekatan
kembali ini daripada selama tahap-tahap sebelumnya. Kemampuan kognitif yang
meningkat membuat mereka jadi lebih sadar akan keterpisahan ini, menyebabkan
mereka berusaha dengan segala cara untuk memperoleh kesatuan-dualistik yang
pernah didapatkannya dengan ibu mereka dahulu. Karena upaya-upaya ini tidak
pernah berhasil, anak-anak di usia ini sering kali berjuang secara dramatis dengan
ibu mereka, sebuah kondisi yang disebut “krisis dari pendekatan-kembali”.
d) Subtahapan terakhir dari pemisahan-individuasi adalah kekonstanan objek
libidinal, kira-kira terjadi pada tahun ketiga. Selama waktu ini, anak-anak harus
mengembangkan sebuah representasi batin yang konstan tentang ibu sehingga
mereka dapat menoleransi keterpisahan secara fisik darinya. Jika kekonstanan
objek libidinal ini tidak berkembang baik, anak-anak akan terus bergantung pada
kehadiran fisik ibu untuk rasa aman mereka. Selain mencapai beberapa derajat
kekonstanan objek, anak-anak harus mengonsolidasikan individualitas mereka
juga. Artinya, mereka harus belajar untuk berfungsi tanpa kehadiran ibu dan
mulai mengembangkan relasi-relasi objek lainnya (Mahler, dkk., 1975).
Kekuatan dari teori Mahler ini adalah deskripsinya yang elegan tentang kelahiran psiklogis yang
didasarkan pada observasi empiris yang dia kerjakan bersama kolega-koleganya terhadap
interaksi ibu-anak. Meskipun kebanyakan gagasannya bergantung kepada penyimpulan yang
ditafsirkan dari reaksi-reaksi praverbal bayi namun, ide-idenya dapat dikembangkan lebih lanjut
hingga mencapai perkembangan psikologis orang dewasa. Kesalahan apapun yang dibuat selama
3 tahun pertama kehidupan, yaitu waktunya kelahiran psikologis, akan menghasilkan sebuah
regresi ke tahapan ketika seseorang belum mengalami perpisahan dari ibunya dimana dia belum
mencapai sepenuhnya rasa identitas pribadi.

D. Pendekatan Relasi Objek Mahler


Margaret Mahler (1968; Mahler, Pine, & Bergman, 1975/2000) menganut pendekatan relasi
objek pendekatan ke terapi, yang percaya bahwa elemen penting dalam pembentukan
kepribadian adalah cara di mana bayi dan anak kecil terpisah dan terisolir dari pengasuh utama
dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Pendekatan ini, yang baru-baru ini mendapatkan
popularitas, tidak menempatkan tekanan pada id sebagai penyimpan seksual dan naluri agresif
seperti yang dilakukan psikoanalis tradisional. Sebaliknya, teori relasi objek memandang gerak
hati itu sebagai “selera.” Ini menunjukkan bahwa pada waktu kita mungkin memiliki keinginan
untuk menjadi agresif atau seksual, tapi kami tidak menekan kompor, karena untuk melepaskan
energi seperti jika gerai yang layak tidak ditemukan. Dengan kata lain, kita tidak didorong oleh
yang disebut naluri.
Tidak menekankan tahapan psikoseksual Freud, Mahler dan teoritikus relasi objek yang lain
merasa bahwa realitas yang erat dihubungkan dengan bagaimana seseorang memisahkan diri dari
pengasuh utama.
… langkah sementara yang paling penting dalam adaptasi dengan realitas yang diperlukan yaitu,
bahwa langkah di mana ibu secara bertahap ditinggalkan di luar orbit penguasaan diri. (Mahler,
1952, hal 288)
Individuasi semacam itu terjadi melalui sebuah proses pematangan dalam beberapa tahun
pertama kehidupan. (Todd & Bohart, 2003). Mahler, seperti banyak teori relasi objek, juga
percaya bahwa bayi perlu memisahkan pengalaman objek diri menjadi baik dan buruk (Alford,
1989; Klein, 1975; Kohut, 1984; Weininger, 1992). Mekanisme pertahanan ini, dikenal sebagai
membelah, memungkinkan anak yang sangat muda, yang belum memiliki kapasitas untuk
melihat individu sebagai kompleks, untuk membagi orang (objek) ke salah satu dari “semua
baik” atau “buruk”. Beberapa individu membawa belahan diri menjadi dewasa, kemudian
melihat dunia dalam hal baik atau buruk, atau memiliki sebuah mentalitas “kami dan mereka”
(misalnya, teroris yang melihat dunia secara dualistik). Orang semacam ini juga cenderung
memiliki untuk memiliki kesulitan dalam hubungan seperti ketika suatu saat ia mencintai, saat
berikutnya membenci.
Dalam kenyataannya, pemisahan dipandang sebagai proyeksi dari awal pengalaman individu
pengalaman yang terselesaikan dengan pengasuh utama, yang pada berbagai waktu yang
dirasakan oleh anak muda sebagai baik atau jahat. Salah satu tantangan utama untuk klien (dan
orang-orang pada umumnya) adalah untuk mendapatkan kapasitas untuk mengintegrasikan buruk
dan gambar yang baik dari orang lain dan dengan demikian mempertahankan pandangan orang
yang lebih kompleks.
Karena terapi relasi objek memelihara banyak ajaran analisis tradisional, pendekatan mereka
terhadap terapi dapat dilihat sebagai suatu jangka panjang, mendalam, proses analitis yang
mencoba untuk memiliki orang yang memahami pengalaman awal dalam hal pemisahan dan
individual. Hal ini dilakukan dengan menggunakan terapis yang memiliki empati dan penafsiran
sebagai klien perlahan-lahan anak usia dini menghidupkan kembali konflik dengan orangtua.
Akhirnya, klien mampu mengintegrasikan model orang tua baru dan menjadi individual. Pada
intinya, terapis menjadi orangtua yang sehat yang tidak pernah dimiliki klien (Masterson, 1981).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Anna Freud dalam teorinya lebih focus kepada tumbuh kembang anak-anak menjadi remaja. Ia
mengadaptasi psikoanalisis untuk diaplikasikan pada anak-anak yang berkebutuhan khusus, yaitu
anak-anak yang memiliki kemampuan verbal dan tentang perhatian yang berbeda. Pada teorinya,
Anna lebih memfokuskan ego dengan memberikan penekanan pada pengaruh lingkungan sosial,
teorinya yaitu :
1. Psikoterapi Anak
a. Terapi Gabungan: Kekaguman dan Kepercayaan
b. Melampaui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan
c. Asesmen Metapsikologi
d. Pentingnya Realitas Sosial
2. Garis Perkembangan
a. Dari ketergantungan menjadi mandiri emosional.
b. Dari meyusui menjadi makan secara wajar.
c. Dari basah-basahan dan buang kotoran ke kandung kemih dan control pembuangan.
d. Dari tidak bertanggung jawab ke bertanggung jawab dalam menejemen tubuh.
e. Dari egosentrik menjadi persahabatan
f. Dari tubuhuntukmainan, dan dari dari bermain ke pekerjaan.
3. Mekanisme Pertahanan, Anna Freud memperluas defence mechanism dengan
menambahkan, repretion, sublimation, isolation, ascetism, denial, undoing, introjections,
reversal, displacement.

Margaret Mahler mencapai beberapa kesimpulan utama berdasarkan pengamatan klinis dan
pertimbangan teoritis:
1) Ketidakmampuan membagi proporsi psikotik berasal dari ego dalam kegagalan
perkembangan memisahkan dari ibu sebagai agen otonom, atau kegagalan untuk
menggunakan ibu sebagai bantuan hidup dalam merasakan kehidupan dunia.
2) Kelahiran Psikologis sebagai manusia dapat dicapai hanya dengan anak-anak yang
berjuang menuju individualitas yang tidak rusak dan ibu yang memberi semangat,
meskipun demikian, perjuangan mereka berkembang ke arah pemisahan, tanpa kapasitas
berlebihan mereka bertahan dalam kesendirian.
3) Ketinggian ego individuasi mewujudkan kemampuan untuk mensintesis tidak hanya
agresifitas dan berusaha keras libidinal terhadap ibu, tetapi juga kemampuan untuk
menarik nutrisi dari representasi terinternalisasi nya.
Dengan demikian, karya Mahler telah menunjukkan pertentangan dengan skema klasik Freud,
bahwa akar dari identitas, resolusi konflik, dan kekuatan ego terletak jauh lebih awal dalam
perkembangan daripada Oedipus kompelx, dan fungsi-fungsi ego lebih dipengaruhi oleh ibu dari
sudut pandang paternalistik Freud.
Daftar pustaka

Edgcumbe, Rose. (2000). Anna Freud : A View of Develeopment, Disturbanceand Therapeutic

Techniques. London: Routledge 11 New Fetter Lane.

Friedmen, Howard S dan Schustack, Miriram W. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset

Modern: Edisi Ketiga Jilid 1. Suarabaya: Erlangga.

Monte, C.F. Sollod, R.N. (2003). Beneath the Mask. An Itroduction to Theories of Personality.

America: John Willey & Sons. Inc

Lawrence, A Pervin dkk. (2010). Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian Edisi Keembilan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Feist, J. dan Feist, G.J. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Friedman, H.S. dan Schustack, M.W. (2008). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern.

Jakarta: Erlangga

Monte, C.F. and Sollond, R.N. (2003). Beneath the Mask. An Introduction to Theories of

Personality. NJ: John Wiley & Sons, Inc.

Mudhahar, A.D. (2012). Teori Relasi Objek. (diunduh dari http://al-

ashilah.blogspot.co.id/2012/05/teori-relasi-objek.html pada tanggal 02 Maret 2018)

Taufiq, R. (2010). Chapter 4 dan 5. (diunduh dari

https://radentaufiq.wordpress.com/2010/01/09/chapter-4-dan-5/ pada tanggal 03 Maret

2018)
MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
“ Bentuk Kepribadian Psikologi menurut Anna Freud dan Margaret Schönberger Mahler ”

KELOMPOK :

Andi Tiara Alfiani Saputri (1771040034)


Chantika Aulia Islamiah (1771042004)
Ainun Amani Amjad (1771042030)
Mel Priskila (1771041025)
Alheysha Azalia Ihsan (1771042002)
Fadhel Muhammad (1671041004)
Andi Indriani Amsal L (1771041014)
Muh. Egi Rahmadi (1771041037)
Marwah Fakhruddin (1771042092)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018

Anda mungkin juga menyukai