Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BEHAVORISME
Dosen Pengampu : Eska Prawisuawati, M. Si

Disisun Oleh :

KELOMPOK 4

Alfreta Dwi Permana (2131060005)

Marisa Mutia Amini (2131060042)

Nadya Putri Cahyani B (2131060156)

Rima Khoirunisa (2131060172)

Wahyu Ria Monika (2131060210)

PROGAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULYAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN


LAMPUNG
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.Semoga
syafaatnya mengalir di hari akhir kelak.Amin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Aliran Psikologi. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Aliran Psikologi Behavorisme.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eska Prawisuawati, M. Si, selaku
dosen mata kuliah Sejarah Aliran Psikologi, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini.

Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung 25,Oktober 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….……………. 1

A. Latar Belakang ………………. ……………………............................................... 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………….………..…… 2
C. Tujuan…………………………………………………………………….…….... 2

Bab II Pembahasan ……………………………………………………….………...…... 3

A. Perkembangan Behaviorisme………………………………………….….…....... 3
1. Behaviorisme Radikal……………………………………………… 3
a. Ivan Petrovtich Pavlov ( 1849-1936 )……………………… 3
b. John Broadus Watson (1878-1958)………………………… 4
c. Edward Lee Thorndike (1874-1949)…………………...…… 5
d. Vladimir M. Bekhterev ( 1857- 1927 )……………………. 5
2. Neo-Behaviorisme………………………………………………… 6
a. Edward Chace Tolman (1886-1959)……………………… 7
b. Clark Leonard Hull (1884-1952)………..………….……… 8
c. Edwin Ray Guthrie (1886-1959)………………….………… 9
d. B. F. Skinner (1904-1990)…………………………….…… 10
3. Sosio-Behaviorisme……………………………………………...… 12
a. Albert Bandura (1925 - Sekarang) ……………………….. 13
b. Julian B.Rotter ( 1916 - Sekarang)………………………… 14
B. Terapi Yang Berorientasi Behavioristik ……………………… …………….. 15
1. Modifikasi Prilaku……………………………………………… 15
2. Applied Behavior Analysis (Aba)……………………………... 15

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...….… 17

Kesimpulan …………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktifitas belajar. Menurut


Piaget belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar
akan menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Jika ditinjau dari konsep atau aliran, aliran behavioristik ini tentu berbeda dengan aliran
yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai
asumsi atau pandangan yang muncul tentang aliran behavioristik. Aliran behavioristik
memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan
lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi
hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman
diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.

Oleh karenanya, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sejarah aliran psikologi dan
Pembelajaran kelompok kami menyusun makalah aliran behaviorisme yang juga dilatar
belakangi oleh rasa ingin tahu kami yang ingin mengetahui lebih lanjut lagi tentang aliran
behaviorisme dan diharapkan tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan
behaviorisme tersebut, sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagimana
pendekatan behaviorisme.

1
B. RUMUASAN MASLAH
1. Sejarah perkembangan behavorisme.
2. Apasaja aliran aliran behavorisme ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh dari aliran neo,sosio,dan radikal behavorisme?
4. Apa itu modifikasi prilaku ?.
5. Apa itu applied behavior analysis(ABA)?.

C. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan behavorisme.
2. Mengetahui aliran aliran behavorisme .
3. Mengetahui tokoh-tokoh dari aliran neo,sosio,dan radikal behavorisme.
4. Mengetahui Apa itu modifikasi prilaku .
5. Mengetahui Apa itu applied behavior analysis(ABA).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN BEHAVORISME
Menurut Schultz dan Schultz (2010),behavorisme ini berkembang dalam tiga tahap
,dan periode Watson merupakan tahapan awal dari tiga tahapan aliran behavoristik
tersebut, yaitu Behavorisme radikal, Neo-Behavorisme, Sosio-Behavorisme.
1. BEHAVIORISME RADIKAL
Seperti sudah disampaikan sebelumnya, behaviorisme radikal lebih fokus pada
perilaku yang bisa diamati. Bagi mereka penelitian terhadap aspek mental tidak
akan mendatangkan kepastian dan justru menjauhkan psikologi dari statusnya
sebagai ilmu. Behaviorisme radikal menggunakan metode eksperimental dalam
mempelajari perilaku ,dan mengganggap teori yang dicapainya bisa digeneralisir
terhadap semua perilaku. Tokoh-tokoh yang termasuk penganut behaviorisme
radikal antara lain Ivan Petrovitch pavlov ( 1849-1936 ) , John Broadus Watson
( 1878 – 1958 ) , Edward Lee Thorndike ( 1874 – 1949 ) , dan Vladimir
M.Bekhterev ( 1857 – 1927 ).

A. Ivan Petrovtich Pavlov ( 1849-1936 )

Pavlov lahir pada tanggal 14 September 1849 di Ryazan Rusia dan


meninggal pada tanggal 27 Februari 1963. Pavlov berasal dari keluarga yang
taat beragama. Sejak kecil, pavlov dikenal sebagai anak yang cerdas. Pavlov
kuliah ilmu fisiologi di University of St. petersbrug,dan selesai pada tahun
1875. Pada tahun 1879, pavlov berhasil menyelesaikan kuliah doktornya pada
bidang ilmu alam. Ia kemudian belajar ilmu fisiologi di University of Leipzig,
dan di sinilah pavlov bertemu dan Carl Ludwig dan juga Helmholtz, dan pavlov
berkenalan dengan positivisme. Positivisme ini kemudian berpengaruh besar
pada diri pavlov. Sepulang dari jerman, pavlov tidak langsung mendapatkan
pekerjaaan yang bagus sampai akhirnya diangkat sebagai profesor di University
of St. Petersburg.

Pandangan pavlov memiliki kesamaan dengan Ivan Sechenov dalam


penggunaan konsep dan metode fisiologis untuk mempelajari psikologi. Namun
demekian, dalam melakukan penelitian-penelitian, pavlov jauh lebih detail
dibanding Sechenov, serta pavlov mendapatkan pengakuan bukan saja dari
teman-temannya tapi juga dari pemerintah (Hergenhahn,2009).

Pavlov terkenal dengan Classical Conditioning. Selama di University of St.


Petersbung, pavlov tertarik untuk meneliti sistem pencernaan
(digestivesystem). Ia melakukan penelitian dan akhirnya menemukan apa yang

3
disebut dengan conditioned reflexs. Temuannya itulah kemudian yang
membuat pavlov diganjar hadiah Nobel pada tahun 1904(Schultz &
Shcultz,2009; powell,Symbaluk,& Honey,2009).

Ia melakukan penelitian terhadap seekor anjing. Dalam penelitiannya, ia


melakukan operasi kecil terhadap seekor anjing, sehingga setiap anjing tersebut
mengeluarkan air liur, air liurnya tersebut dapat dikumpulkan di luar tersebut
dapat dikumpulkan di luar tubuhnya dan bisa diamati. Awalnya, anjing hanya
akan mengeluarkan air liur (unconditioned response atau UR), jika diperhatikan
daging (unconditioned stimulus atau US). Jadi, secara alamiah, US dapat
menimbulkan UR. UR merupakan suatu yang sifatnya innate, dan UR tersebut
muncul karena adanya US. Namun demikian, menurut pavlov, air liur anjing
(conditioned response – CR) pun bisa keluar jika diperhatikan benda lain selain
daging (conditioned stimulus – CS). Pengamatan pavlov menunjukkan bahwa
stimulus-stimulus (CS) yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga
berhubungan dengan daging (CS) yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga
berhubungan dengan daging (US) yang merupakan makanan utama anjing,
seperti suara, juga dapat menstimulasi keluarnya air liur pada anjing (CR).
Respons anjing yang mengluarkan air liur ketika mendengar suara tersebut
disebutnya dengan conditioned reflex (Baca Hergenhahn,2009: 389-391).

B. John Broadus Watson (1878-1958)

Watson lahir di Greenville, South Carolina Amerikat Serikat dari seorang


ibu yang religius dan bapaknya yang seorang pemabuk. Di sekolah, Watson
termasuk siswa yang suka bikin onar, dan pernah masuk penjara. Namun
demekian, karena koneksi ibunya, Watson diterima di Furman Colleges pada
tahun 1894 dan mendapatkan gelar master pada tahun 1899.

Watson kemudian meneruskan studinya di University of Chicago. Ia belajar


psikologi fungsionalisme dari James Angell dan neurologi dari Henry H.
Donaldson. Ia memperoleh gelar Ph.D. pada bidang psikologi pada usia 25
tahun di 1903, dan termasuk doktor pertama dalam bidang psikologi di
University of Chicago. Ia mendirikan laboratorium binatang di University of
Chicago, dan di sinilah ide-ide behavioristiknya mulai terbentuk. Pada tahun
1913, Watson mendapatkan undangan untuk menyampaikan serangkaian
perkuliahan di Columbia University.

Inti pemikiran Watson antara lain bahwa psikologi harus fokus pada
perilaku yang bisa diamati, dan meninggalkan kesadaran,pikiran,ataupun
keadaan mental lainnya sebagai subject matter psikologi (Powell,Symbaluk,&
Honey,2009).
Watson sendiri sebenarnya mengakui keberadaan pikiran ataupun kognisi
pada manusia. Namun, pikiran diyakninya hanyalah hasil dari proses sensori-

4
motorik yang umumnya terjadi secara tidak disadari sehingga sulit diprediksi
dan dikendalikan, padahal yang diperjuangkannya adalah psikologi yang
mampu memprediksi dan mengontrol perilaku manusia, seperti kehendak
positivisme yang diyakininya.

C. Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Thorndike termasuk pakar psikologi kelahiran Williamsbrung,Massachusetts


Amerikat Serikat. Ia dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1874, dan meninggal
pada tanggal 9 Agustus 1949. Ketertarikannya terhadap ilmu psikologi dari
buku karya William James” The Principles of Psychology”. Gelar master
diperoleh dari Harvard University pada tahun 1897.
Thorndike termasuk tokoh penting dalam sejarah ilmu psikologi. Ia
merupakan seorang penulis yang sangat produktif dalam sejarah ilmu
psikologi. Walaupun mempunyai pandangan bahwa ilmu psikologi harus
objektif dan fokus pada perilaku, bukan pada kesadaran atau proses mental
lainnya, namun, Thorndike sendiri sebenarnya bukan seorang behaviorist
(Viney& King (2003). Thorndike masih berbicara tentang proses mental,
seperti tentang kepuasaan, ganguan, dan ketidaknyamanan ( Schultz & Schultz,
2011) dan bahkan tentang pengaruh keturunan terhadap perilaku
( Hergenhahn,2009). Pendekatan yang digunakan Thorndike dalam penelitian-
penilitiannya adalah connectionism.

Respons yang menghasilkan kepuasan akan terhubung dengan stimulus yang


mendorong respons tersebut sehingga ketika stimulus tersebut sehingga ketika
stimulus tersebut hadir kembali, respons tersebut akan dipilih kembali dan law
of exercise ( respons yang dilakukan berulang kali terhadap suatu stimulus,
maka semakin besar pula kekuatan hubungan antara stimulus, dan respons
tersebut).

D. Vladimir M. Bekhterev ( 1857- 1927 )

Bekhterev lahir pada tanggal 20 Januari 1857, dan meninggal pada tanggal
24 Desember 1927. Bekhterev adalah seorang neurolog dan psikiatris
berkebangsaan Rusia. Ia kenal sebagai pendiri laboratorium psikologi pertama
di Rusia.

Namun, jika kemudian, kontribusi Bekhterev tidak terlalu diperhitungaan,


lebih karena pada saat itu, ideology Marxist memaang sedang berkembang
pesat (Araujo 2014). Salah satu temuan dari Bekhterev adalah mengenai
refleks, yang sebelumnya juga di kembangkan oleh pavlov. Namun, Bekhterev
mengkritisi dan sekaligus mengembangkan classical conditioning-nya pavlov.

5
Menurut Bekhterev (Schultz & Schultz,2011), “ refleks itu tidak hanya
muncul karena unconditioned stimulus, tapi juga karena stimulus yang sudah
berasosiasi dengan unconditioned stimulus,tersebut” Seperti rasa takut tidak
hanya muncul karena hadirnya seekor ular, tapi juga muncul ketika melewati
semak-semak. Maka semak-semak tersebut akan memicu munculnya rasa
takut. Bagi Bekhterev (Schultz & Schultz, 2011). Associated reflexes ini bisa
dipakai untuk menjelaskan perilaku sederhana dan juga perilaku kompleks.
Perilaku yang lebih kompleks dianggapnya merupakan akumulasi dari
perilaku-perilaku sederhana yang berbentuk melalui associated reflexes.

2. NEO-BEHAVORISME

Neo-behaviorisme merupakan perpaduan antara behaviorisme dengan logical


positivism. Logical positivism meyakini adanya dua jenis sains:

1. Sains empiric (empirisme), yaitu ilmu pengetahuan yang diperoleh


berdasarkan fakta-fakta empiris;
2. Sains teoretis (rasionalisme), yaitu penjelasan-penjelasan rasio
terhadap hasil pengamatan.

Neo-behaviorisme ditandai dengan operationism, yaitu konsep-konsep


psikologis yang dianggap abstrak, pada akhirnya harus diioperasionalisasikan ke
dalam indicator-indikator perilaku yang bisa diamati yang kemudian disebut
dengan definisi operasional yang berfungsi menjembatani antara konsep teoretis
yang bersifat abstrak dengan realitas yang bisa diamati secara objektif.

Pada umumnya, neo-behaivorisme memiliki ciri yakni:

a. Teori yang digunakan harus sesuai dengan logical positivism.


b. Semua istilah teoretis harus didefinisikan secara operasional.
c. Penelitian terhadap binatang dilakukan jika pengontrolan variabel lebih
mudah dibanding pada manusia, tidak melibatkan proses persepsi dan
belajar yang kompleks.
d. Proses belajar merupkan sesuatu yang sangat penting, sebab proses belajar
merupakan mekanisme yang digunakan oleh individu dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan.

Tokoh yang termasuk penganut neo-behaviorisme, antara lain:

6
A. Edward Chace Tolman (1886-1959)

Tolman lahir di Massachusetts pada tanggal 14 April 1886 dan


meninggal pada tahun 1959. Awal ketertarikan Tolman terhadap psikologi
ketika mengikuti kursus yang disampaikan oleh Robert Yerkes, yang
merupakan peneliti psikologi hewan dan pengikut pikiran Ivan Pavlov,
serta membaca buku William James yang berjudul Principles of
Psychology. Ketertarikannya pada psikologi semakin bertambah terutama
setelah menjadi mahasiswa di Harvard University.

Viney dan King menjelaskan bahwa Tolman termasuk tokoh yang


mengembangkan model baru behaviorisme, yang kemudian dinamai neo-
behaviorisme. Sebagai seorang behaviorist, Tolman tetap mengakui
prinsip dasar behaviorisme yaitu bahwa subject matter psikologi adalah
perilaku yang tampak dan menghindari metode introspeksi.

Ada tiga keberatan Tolman terhadap Behaviorisme Watson, yakni:

 Behaviorisme Watson dianggap kurang sensitif terhadap


kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
 Jika Watson lebih menekankan pada molecular behavior,
Tolman justru lebih menekankan pada molar behavior yang
merupakan bentuk-bentuk perilaku apa saja yang dapat diamati
dalam kehidupan sehari-hari.
 Tolman menyebut psikologi yang dikembangkannya dengan
purposive behaviorism.
1) Purposive Behaviorism

Tolman menganggap penting tujuan yang mendorong


munculnya suatu perilaku. Bagi Tolman, semua perilaku bertujuan,
dan perilaku merupakan instrumen untuk mencapai tujuan.
Argumen Watsonian adalah pengakuan adanya tujuan yang
memengaruhi perilaku secara langsung berarti mengakui juga
adanya proses kesadaran, yang memang dihindari oleh para
behaviorist.

7
Baginya Tolman, ia tidak hendak menyimpulkan tujuan dari
perilaku, tapi menyatakan ada tujuan yang memengaruhi perilaku
dan tujuan dalam perilaku bisa didefinisikan secara operasional,
objektif, dan kualitasnya bisa diamati. Selain itu, Tolman pun tidak
akan menggunakan introspeksi dalam melakukan penelitian
mengenai tujuan, dan tidak akan menggali pengalaman psikologis
yang berhubungan dengan itu.

2) Intervening Variable

Variabel intervening adalah faktor-faktor yang tidak dapat


diamati yang disimpulkan ada dalam diri seseorang dan
berpengaruh terhadap perilakunya atau dengan kata lain variabel
yang mengantarai faktor lingkungan dan perilaku.

Faktor intervening variables yang diteliti oleh Tolman antara


lain adalah harapan, keyakinan, tujuan, dan cognitive map. Tolman
melakukan beberapa penelitian eksperimen dengan menggunakan
labirin (maze) dan tikus. Penelitian ini menunjukkan bahwa tikus
tersebut membentuk cognitive map yang berpengaruh pada
perilakunya dalam memilih jalan untuk mendapatkan makanan
ataupun minuman.

B. Clark Leonard Hull (1884-1952)

Hull dilahirkan pada tanggal 24 Mei 1884 di New York, dan


meninggal pada tahun 1952 karena serangan jantung. Hull berasal dari
keluarga yang tidak mampu secara ekonomi. Karena masalah ekonomi
tersebut. Hull beberapa kali harus berhenti dari sekolahnya. Kesehatan
Hull pun tidak terlalu baik. Hull menderita typhoid dan mengalami
gangguan penglihatan. Schultz dan Schultz menyebutkan bahwa motivasi
berprestasinya yang sangat besarlah yang membuat Hull bisa meraih
kesuksesan dalam kariernya.

Sebagai penganut behaviorisme, Hull mempunyai pandangan


mekanistis mengenai manusia, dan menganggap perilaku manusia bersifat

8
otomatis serta bisa dijelaskan secara fisik. Tidak seperti Tolman, bagi
Hull, konsep mengenai mental tidak diperlukan.

Konsep-konsep Hull yang terkenal adalah hipothetico-deductive


theory, drive, dan motivasi. Selain metode penelitian yang biasa digunakan
dalam penelitian behavioristik (simple observation, systematic controlled
observation, dan experimental testing of hypotheses), Hull menambahkan
metode yang keempat, yaitu hypothetico-deductive method.

Berbicara tentang motivasi, Hüll sepertinya menganut prinsip


hemoesthesis. Menurut Hull, motivasi bersumber dari belum terpenuhinya
kebutuhan biologis secara optimum, yang kemudian diistilahkan dengan
drive atau dorongan. Hull membagi drive menjadi dua, yaitu:

1. Drive Primer
Muncul karena belum terpenuhi kebutuhan biologis yang
penting untuk bertahan hidup.
2. Drive Sekunder
Berhubungan dengan situasis impasi yang dianggap
mengurangi dorongan primer.
C. Edwin Ray Guthrie (1886-1959)

Guthrie dilahirkan di Lincoln Nebraska, pada tanggal 9 Januari 1886.


Guthrie mendapatkan gelar BA pada bidang matematika di University of
Nebraska, dan pada tahun 1910 dan mendapatkan gelar MA pada bidang
filsafat di universitas yang sama. Gelar Ph.D. pada bidang logika
diperolehnya pada tahun 1912 di University of Pennsylvania.
Ketertarikannya dalam penelitian ketertarikannya pada bidang psikologi
terjadi ketika mengajar di University of Washington.

Guthrie terkenal tentang teori belajarnya yang berbeda dengan teori-


teori belajar versinya Watson ataupun Tolman. Guthrie fokus pada asosiasi
antara stimulus dan respons dengan menggunakan principle of contiguity.
Menurutnya, proses belajar itu terjadi secara sederhana, yaitu melalui
asosiasi antara stimulus dan respons, dan asosiasi tersebut terbentuk karena
kombinasi dari beberapa stimulus yang diikuti oleh suatu gerakan

9
(movement) akan diikuti oleh gerakan yang sama jika stimulus tersebut
terjadi kembali.

Namun, pemahaman ini kemudian direvisi Guthrie menjadi apa yang


diperhatikan seseorang dalam suatu situasi merupakan gejala dari apa yang
akan dilakukannya pada situasi tersebut. Hal ini karena serangkaian
stimulus dalam suatu situasi memang sering kali sangat kompleks dan kita
hanya memperhatikan sebagiannya saja.

D. B. F. Skinner (1904-1990)

Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di Pennsylvania, dan


meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990. Skinner sebenarnya diharapkan
untuk mengikuti jejak orangtuanya yang bergelut dalam masalah hukum.
Namun, Skinner justru tertarik pada ilmu sastra dan sangat ingin menjadi
seorang penulis novel. Sampai Skinner sadar bahwa kemampuannya dalam
menulis ternyata tidak terlalu bagus, dan ketertarikannya tersebut lebih
pada aktivitas menceritakan dan mengambarkan perilaku manusia
sehingga Skinner kemudian mencari hal lain yang memiliki kemiripan.
Skinner tertarik untuk mempelajari psikologi. Ia membaca buku karya
Pavlov yang berjudul Conditioned Reflexes dan menekuni Behaviorisme
Watson, serta kuliah ilmu psikologi di Harvard University.

Pemikiran Skinner yang paling terkenal adalah mengenai operant


conditioning. Sebagai seorang behaviorist, pemikiran Skinner memiliki
kemiripan dengan Watson. Yang selama ini disebutnya proses mental,
katanya, tidak lebih dari labeling terhadap proses yang terjadi dalam
tubuh. Fokus penelitian Skinner adalah pada bagaimana menggambarkan
suatu perilaku yang dapat diamati dengan melihat hubungan fungsional
(functional relationship) antara stimulus yang dikendalikan oleh peneliti
dan respons yang ditunjukkan oleh subjek penelitian.

1) Operant Conditioning

Operant conditioning menggunakan operant behavior yaitu


perilaku yang diperoleh dengan mengasosiasikan antara respons

10
dan penguatan. Menurut Skinner, perilaku seseorang bisa berubah
dari waktu ke waktu sebagai fungsi dari konsekuensi yang
diperolehnya dan perilaku tersebut merupakan bagian dari proses
adaptasi terhadap lingkungannya. Operant conditioning nya
Skinner tersebut, bukan hanya dapat meningkatkan kemungkinan
munculnya suatu perilaku, tapi juga dapat meningkatkan frekuensi
kemunculan perilaku tersebut.

Skinner kemudian menggunakan istilah reinforcement, yaitu


proses meningkatnya kemungkinan munculnya suatu respons
karena adanya suatu reinfoncer. Skinner menjelaskan ada dua jenis
reinforcer, yaitu:

 Primary reinforcer, seperti makanan dan minuman,


sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan biologis.
 Conditioned reinforcer, seperti pujian, uang, piala, dan
stimulus-stimulus lainnya yang secara konsisten
berhubungan dengan primary reinforcer.

Selain itu, Skinner pun menjelaskan ada yang disebut:

 Positive reinforcer yaitu reinforcer yang dapat


meningkatkan kemungkinan munculnya suatu perilaku
di masa yang akan datang.
 Negative reinforcer adalah reinforcer yang
menurunkan kemungkinan munculnya suatu perilaku di
masa yang akan datang.
2) Schedule of Reinforcement

Pada tahun 1940-an, berdasarkan prinsip-prinsip operant


conditioning, Skinner mulai mengembangkan schedule of
reinforcement yang dianggapnya sebagai salah satu kontribusinya
yang paling penting terhadap ilmu psikologi dan melakukan
pembentukan perilaku (shaping) dengan menggunakan serangkaian
reinforcement. Schedule of reinforcement merupakan pengaturan
pemberian reinforcement, baik berdasarkan jumlah respons

11
maupun waktu atau apakah setiap respons akan diikutip oleh
reinforcer atau hanya sebagian respons saja yang diikuti reinforcer.

Berikut adalah contoh Schedule of Reinforcement:

Schedule of Contoh
Reinforcement

Fixed ratio Memberikan hadiah pada anak setiap hapal 100


schedule kosa kata bahasa Inggris (reinforcer diberikan
berdasarkan jumlah respons yang pasti).

Fixed interval Memberikan hadiah pada anak setiap tidak main


schedule games dalam satu minggu (reinforcer diberikan
berdasarkan interval waktu yang pasti).

Variable ratio Seorang supervisor memberikan hadiah pada


schedule bawahannya yang berhasil mencapai target
penjualan tertinggi. (reinforcer diberikan
berdasarkan jumlah respons yang tidak pasti).

Variable Satu kali dalam satu minggu, Guru suka


interval memeriksa PR siswa, tapi harinya tidak tentu
schedule (reinforcer diberikan berdasarkan inverval waktu
yang tidak pasti).

3. SOSIO-BEHAVORISME

Pengabaian behaviorisme dan neo-behaviorisme terhadap proses mental dan


proses kognitif memunculkan reaksi, tak terkecuali dari kalangan mereka sendiri.
Albert Bandura Dan Rotter menyampaikan gagasan yang berbeda dengan
pendahulunya yang dinamainya dengan social learning atau social-behaviorism.
Social learning mempunyai anggapan bahwa perilaku dipelajari dalam proses
sosial. Walaupun keduanya mengakui adanya proses mental dan proses kognitif
yang memgantarai hubungan antara stimulus dan respons.

12
A. Albert Bandura ( 1925 - 2021 )

Albert Bandura lahir pada tahun 1925 di Albert Kanada. Pada tahun
1949 mendapatkan gelar BA dalam bidang psikologi di University of
British Columbia. Gelar doktor pada bidang psikologi klinis diperolehnya
di University of lowa pada tahun 1952, dan di University of lowa-lah,
Bandura mulai tertarik dengan Learning dan Behaviorism. Pada tahun
1953, Bandura mulai mengajar di Stanford University sampai sekarang.
Pada tahun 1973, Bandura menjabat sebagai Presiden APA, dan atas
konstribusi nya ia mendapatkan Award dari APA pada tahun 1980.

Bandura disebut sebagai tokoh behaviorisme dengan modeling dan


social learning theory-nya, dan sebagian besar menyebutnya sebagai
tokoh psikologi kognitif karena teori-teorinya yang sudah melibatkan
aspek lognitif dalam menjelaskan perilaku.

Menurut Bandura (1971), behaviorisme tidak lengkap dalam


menjelaskan perilaku manusia. Penjelasan bahwa perilaku manusia
dikendalikan oleh stimulus dan penguatan merupakan penjelasan yang
lemah, dan bertentangan dengan kenyataan bahwa manusia memiliki
kepribadian yang memengaruhi perilaku manusia secara konsisten dalam
berinteraksi dengan lingkungan. (Bandura, 1971).

Bagi Bandura, faktor personal deperti kepribadian, lingkungan, dan


perilaku satu sama lain saling berinteraksi. Hubungannya tidak satu arah
atau unidirectional causation. Pandangannya disebut dengan Triadic
Reciprocal Determination ( Bandura, 1989).

Bandura menyebutkan tiga kapastitas manusia yang memengaruhi


proes pemerolehan perilaku, yaitu kemampuan untuk mengamati perilaku
orang lain, kemampuan untuk melakukan pemrosesan kognitif terhadap
hasil pengamatannya, dan kemampuan melakukan pengaturan diri atau
self determination. ( Bandura, 1972). Hasil pengamatan manusia
kemudian tisak mendikte manusia untuk berperilaku dengan yang
diamatinya. Ada proses kognitif, yaitu kemampuan manusia untuk
membuat representasi simbolik dari apa yang diperolehnya dari
lingkungan, dan menggunakannya untuk memandu perilaku,
memecahkan banyak masalah tanpa harus mengalami dulu, serta
memprediksi berbagai kemungkinan risiko yang mungkin dialami jika
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Bukan hanya sampai disitu,
manusia pun memiliki kemampuan untuk mengontrol perilakunya dengan
mengelola stimulus dan konsekuensinya. ( Bandura, 1971).

13
Penelitian Eksperimen Bandura yang cukup terkenal adalah Bobo
Doll Experiment. Dilakukan pada tahun 1950-an dengan tujuan untuk
menguji hipotesis bahwa perilaku agresi bisa diperoleh melalui belajar
sosial atau modeling.

Teori lain yang dikembangkan oleh Bandura adalah Efikasi Diri (self
effication). Teori Efikasi diri dikembangkan oleh Bandura dalam rangka
membantu proses perubahan perilaku. Menurutnyaz prosedur apapun
untuk mengubah perilaku sebetulnya dalam rwngka menciptakan dan
memperkuat efikasi diri seseorang. ( Bandura, 1977). Outcome
expectation menunjuk pada perkiraan seseorang bahwa perilaku tertentu
akan dapat menghasilkan hasil tertentu, sedangkan efficacy expectation
menunjuk pada keyakinan seseorang bahwa dirinya memiliki kemampuan
dan akan sukses melakukan suatu tindakan sebagai prasyarat untuk
mendapatkan hasil tertentu. ( Bandura, 1977).

Menurut Bandura (1977), efikasi diri ini penting bukan dalam


menginisiasi dan memilih suatu peeilaku. Bukan hanya itu, efikasi diri
juga berperan penting dalam membuat seseorang lebih kuat dalam
menghadapi masalah-masalah yang dihadapi, serta membuat orang lebih
berani berkorban dalam rangka mendapatkan suatu hasil tertentu
( Bandura, 1977).

B. Julian B.Rotter ( 1916 - 2014 )

Rotter lahir di Booklyn New York. Pada tahun 1941, Rotter


menyelesaikan sekolah doktornya di Infiana University pada bidang
psikologi kilinis. Kemudian bekerja di Ohio State University, dan disinilah
Rotter mengembangkan Social Learning Theory.

Rotter mengembangkan teori Locus of Control yang menyatakan


adanya keyakinan mamusia mengenai kekuatan yang mengendalikan diri
kita. Keyakinan tersebut merupakan faktor kognitif yang kemudian
berpengaruh terhadap pembentukan perilaku manusia.

Menurut Rotter (1966), perilaku manusia umum diakui dipengaruhi


oleh penguatan, reinforcement. Secara umum, orang yang mempunyai
persepsi bahwa hubungan antara perilaku dan penguatan itu tidak
bergantung pada diri sendiri, tapi bergantung pada faktor lain seperti nasib
atau kekuatan lain disebut orang yang memiliki external locus of control;
sedangkan orang yang mempunyai persepsi bahwa hubungan antara
perilaku dan penguatan tersebut bergantung pada dirinya disebut orang
yang memiliki internal locus of control ( Baca Rotter, 1966: 1 - 2 ).

14
B. TERAPI YANG BEORIENTASI BEHAVORISTIK

1. MODIFIKASI PERILAKU
Modifikasi perilaku menunjuk pada ‘Terapan ilmiah dan praktik’ profesional
dengan menganalisis dan memodifikasi perilaku (Miltenberger,2016:5).Modifikasi
perilaku ini berupaya mengidentifikasi hubungan antara stimulus lingkungan dan
munculnya suatu perilaku sehingga bisa diketahui latar belakang ataupun
hubungan sebab akibatnya. berdasarkan Pemahaman mengenai faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi perilaku tersebut, terapis Modifikasi perilaku
kemudian merencanakan program perilaku dengan menggunakan prinsip-prinsip
dan prosedur yang diturunkan dari prinsip-prinsip perilaku.
Menurut Milternberger modifikasi perilaku mempunyai beberapa karakteristik
yaitu
a. Fokus pada perilaku
b. Dipandu oleh teori dan filsafat behaviorisme 
c. Berdasarkan prinsip-prinsip perilaku
d. Menekankan pada current environment event
e. Prosedur modifikasi perilaku dibuat secara spesifik dan detail
f. Treatment-nya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
g. Pengukuran terhadap perubahan perilaku
h. Tidak menekankan pada kejadian kejadian masa lalu yang dianggap
sebagai penyebab dari suatu perilaku
i. Penolakan terhadap perumusan hipotesis mengenai penyebab-penyebab
dari suatu perilaku
Modifikasi perilaku menggunakan berbagai prosedur dalam mengubah perilaku
antara lain shaping, mendorong dan mentransfer kontrol
stimulus, chaining.behavior skills training, extinction, differential reinforcement,
punishment, self management, token economy, behavioral contract, generalisasi,
ataupun cognitive behavior modification.

2. APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA)


ABA Menunjuk pada bidang praktik dan penelitian yang fokus pada
penggunaan prinsip-prinsip belajar khususnya operan kondisioning untuk
memahami dan meningkatkan perilaku yang secara sosial dianggap penting.
seperti halnya  modifikasi perilaku aba pun memberikan penekanan terhadap
perilaku yaitu mendefinisikan perilaku yang telah menjadi target
perubahan,Mengamati dan mengukur perkembangannya serta bahkan kalau

15
memungkinkan juga mengukur cover behavior. intervensi yang dilakukan bisa
meningkatkan, menurunkan atau menghilangkan.Karakteristik Yang lain adalah
aba memberikan penekanan pada pentingnya proses belajar dan lingkungan. proses
belajar dianggap penting dalam pembentukan dan perubahan perilaku. melalui
proses belajar Abang memberikan pengalaman-pengalaman baru dengan
memodifikasi lingkungan, baik dengan menyediakan faktor-faktor yang
mendorong terbentuknya suatu perilaku atau faktor-faktor yang mengiringi suatu
perilaku .Selain itu Abang merupakan model intervensi yang berorientasi pada
nilai-nilai ilmiah dalam mengumpulkan data, terakhir Abang merupakan model
intervensi yang pragmatis dan fokus pada hasil bukan teori serta mengajak klien
untuk aktif dalam proses terapi.
Karena bersumber dari aliran pemikiran yang sama dan memiliki fokus yang
sama yaitu Perilaku tidak heran jika modifikasi perilaku dan abad tampak sulit
dibedakan. Keduanya bisa dibedakan dalam hal penggunaan metode kognitif dan
Self administration technique.Menurutnya ABA lebih sedikit menggunakan
metode kognitif,tapi lebih banyak menggunakan Self Administration Technique.

BAB III
PENUTUP

16
A. KESIMPULAN
Behaviorisme merupakan aliran pemikiran psikologi yang lebih fokus pada
perilaku sebagai subject matter penilitiannya. Perilaku dipilih karena dianggap mudah
diamati dan diukur sehingga akan menjamin kepastian dan objektivitas pengamatan,
sebagai salah satu parameter yang harus dipenuhi jika ilmu psikologi ingin dianggap
sebagai ilmu. Behaviorisme mengalami perkembangan, dan terpolarisasi menjadi tiga,
yaitu Behaviorisme Radikal, Neo-Behaviorisme dan Sosio-Behaviorisme.
Dikategorikan behaviorisme radikal, mereka lebih fokus pada perilaku yang dapat
diamati, menghindari pembahasaan mengenai kondisi mental, dan menggunakan
metode eksperimen sebagai cara untuk melakukan penelitian perilaku.

JB.Watson dan Ivan Petrovitch (1849-1936) merupakan salah satu tokoh awal
dalam behaviorisme. Menurut pavlov, semua perilaku adalah reflek yang disebabkan
oleh stimulus tertentu. John Broadus Watson (1878-1958) terkenal dengan
penolakannya terhadap eksistensi mental. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
terkenal dengan instrumental conditioning. Ia melakukan penelitian dengan
menggunakan puzzle boxes. Vladimir M.Bekhterev (1857-1927) juga tertarik dengan
conditioned reflex, seperti halnya pavlov. Namun Bekhterev mengkritik prosuder
penelitian pavlov dan beryakinan bahwa reflex bisa saja muncul karena stimulus yang
sudah berasosiasi dengan unconditioned stimulus. Edward Ray Guthrie (1886-1959)
merupakan tokoh neo-behaviorisme. Ia sudah mulai mengakui adanya proses mental
yang menjembatani antara stimulus dan respons. Leonard Hull (1884-1952)
mempunyai keyakninan bahwa manusia bergerak secara mekanis, dan menganggap
perilaku manusia bersifat otomatis serta bisa dijelaskan secara fisik. Berdasarkan
prinsip-prinsip operant tersebut, skinner kemudian menggagas apa schedule of
reinforcement yang bisa dipakai untuk kepentingan tetapi perilaku. Sosio-behaviorism
yang tokohnya anatara lain Bandura dan Rotter. Socio-behaviorisme menentang
behaviorisme radikal, dan memandang adanya interaksi antara perilaku, kognisi, dan
juga lingkungan. Berpengaruh terhadap perilaku, dan faktor personal tersebut
berinteraksi dengan lingkungan. Bandura pun terkenal dengan konsep Efikasi diri.
Menurutnya, efikasi diri ini berpengaruh pada perubahan perilaku seseorang.

17
DAFTAR PUSTAKA
Dr, Agus Abdul Rahman, M. Psi., Psikolog.2017. Sejarah Aliran Psikologi Dari Klasik
Hingga Modern. Depok .Rajawali Pers

18

Anda mungkin juga menyukai