Anda di halaman 1dari 13

TEORI DOLLARD DAN MILLER

MINI PAPER

Diajukan untuk memenuhi tugas psikologi kepribadian 2

Dosen: Dra. Probowatie Tj, M.Si, psi

Disusun oleh:

Nama : Nur Rachmawati

NIM : F.131.20.0201

Psikologi-Sore

UNIVERSITAS SEMARANG 2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I LATAR BELAKANG

1.1 SEJARAH SINGKAT DOLLARD...........................................................................1

1.2. SEJARAH SINGKAT MILLER..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.1. STRUKTUR KEPRIBADIAN.................................................................................3

1.2. DINAMIKA KEPRIBADIAN.................................................................................3

1.3. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN....................................................................7

1.4. APLIKASI................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

1.1. KESIMPULAN......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

ii
BAB I

LATAR BELAKANG

Dollard dan Miller bekerja sama di Institute of Human Relations – Universitas Yale,
mengembangkan pendekatan interdisiplin tiga bidang ilmu; teori belajar, psikoanalitik, dan
antropogi sosial. Dollard dan Miler menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, orang harus
menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya, dan mendapatkannya (want
something, notice something, do something, get something ). Berdasarkan teori yang
dijelaskan Dollard dan Miller, proses belajar sangat bergantung pada hal eksternal
seseorang. Empat komponen utama belajar tersebut, yaitu drive, cue, response, dan
reinforcement.

1.1 Sejarah Singkat Dollard


John Dollard dilahirkan di Menansha, Wisconsin pada tahun 1900. Ibunya
adalah seorang guru dan ayahnya adalah seorang masinis rel kereta api, dan
meninggal karena kecelakaan ketika Dollard masih sangat muda. Sang ibu yang
merupakan mantan guru sekolah memutuskan untuk pindah ke Madison dengan
maksud agar anaknya bisa lebih mudah belajar di University of Wisconsin hingga
akhirnya Dollard memperoleh gelar BA pada tahun 1922, Dollard bertemu dengan
Max Mason yang kemudian menjadi ayah kedua baginya. Ketika Mason menjadi
presiden University of Chicago, Dollard ikut pergi dan bertindak sebagai asistennya
dari 1926 – 1929. Kemudian pada tahun 1931 ia memperoleh gelar Ph.D sosiologi di
University of Chicago dan belajar psikoanalisis di Berlin Institute. Ia mengajar
antropologi, psikologi, dan sosiologi di Yale.

John Dollard sangat tertarik dengan isu mengenai ras di Amerika Serikat. Teori Dollard
terwarnai oleh studinya mengenai komunitas orang Hitam di Amerika Selatan. Meski
studinya lebih banya nuansa etnografi namun Dollard juga melekuakan pengamatan
mengenai dinamika budaya dan perilaku dalam pengaruhnya terhadap perkembangan kaum
Hitam di Selatan. Kemudian Universitas Yale menunjuknya sebagai research associate
bidang Psikologi pada tahun 1932. Kesempatan inilah yang membuka hubungannya dengan
ahli psikologi dari Universitas Yale, Neal Miller. Bersama Miller ia melakukan studi
mengenai rasa takut dan keberanian dalam situasi perang. Subyek dalam penelitiannya
adalah 300 veteran perang era Abraham Lincoln. Temuannya inilah yang kemudian
dipublikasikan pada tahun 1944 dalam buku yang berjudul “Fear in Battle”, ditengah-

1
tengah kesibukannya ia terus menulis hingga akhirnya meninggal pada
tanggal 8 Oktober 1980.

1.2 Sejarah Singkat Miller


Neil A. Miller, dilahirkan di Milwaukee, Wisconsin, pada tanggal 3 Agustus
1909 dan meraih gelar B.S.-nya dari Universitas Washington pada tahun 1931. Ia
meraih gelar M,.A.-nya dari Universitas Stanford pada tahun 1932 dan Ph.D.-nya di
bidang psikologi dari Universitas Yale pada tahun 1935. Dari tahun 1932 sampai
dengan tahun 1935 ia menjadi asisten di bidang Psikologi pada Institute of Human
Relations dan antara tahun 1935-1936 ia mendapat beasiswa dari Social Science
Researc Council dan memanfaatkannya untuk mengikuti pendidikan analisis pada
Institut Psikoanalisis Wina. Dari tahun 1936 sampai tahun 1940 menjadi asisten
dosen dan selanjutnya lektor pada Institute of Human Relations. Ia menjadi peneliti
dan lektor pada tahun 1941. Dari tahun 1942 sampai tahun 1946, ia memimpin suatu
proyek penelitian psikologi untuk Angkatan Udara AS. Pada tahun 1946, ia kembali
ke Universitas Yale, menjadi profesor dalam program kuliah James Rowland Angell
di bidang psikologi pada tahun 1952. Ia menetap di Yale sampai tahun 1966n dan
selanjutnya menjadi profesor psikologi dan kepala Laboratorium Psikologi Fisiologis
pada Universitas Rockefeller.
Selain karena kerjasamanya dengan John Dollard, Miller juga sangat terkenal
di kalangan psikologi berkat karya eksperimental dan teoritisnya yang cermat tentang
proses pemerolehan dorongan- dorongan, hakikat perkuatan, dan penelitian tentang
konflik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Struktur Kepribadian


Kebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang
memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan
respon, yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran
kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya.
Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara, kebiasaan hari ini mungkin berubah
berkat pengalaman baru besok pagi.
Contoh; Alaska sering sekali terlambat masuk kelas, hari ini dosen yag mengajar
masuk kelas lebih awal sehingga Alaska mendapat hukuman tidak diperbolehkan
mengikuti pelajaran. Keesokannya Alaska memasuki kelas tepat waktu. Peristiwa ini
merupakan peristiwa unik yang dapat merubah kepribadian Alaska yang sering datang
terlambat menjadi tepat waktu.
Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives),
seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relatif stabil. Dorongan primer
(primary drives) dan hubungan S-R yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang
struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder,
karena dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum
seseorang, bukan membuat seseorang ini menjadi unik.

1.2 Dinamika Kepribadian


a. Motivasi-Dorongan
Dollard dan Miller memusatkan perhatiannya pada motif-motif yang penting,
seperti kecemasan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan
inilah mereka berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk
semua motif. Dalam kehidupan manusia banyak sekali muncul dorongan yang
dipelajari (secondry drives) dari atau berdasarkan dorongan primer seperti lapar,
haus dan seks. Dorongan yang dipelajar itu berperan sebagai wajah semu yang
fungsinya menyembunyikan dorongan bawaan. Dollard dan Miller juga
mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti dengan dorongan
sekunder, tetapi hadiah atau penguat yang primer ternyata juga diganti dengan
hadiah atau penguat sekunder. Contoh; senyum orang tua secara bijak terus-
menerus dihubungkan dengan aktivitas memberi makan mengganti popok, dan

4
aktivitas lain yang memberi kenyamanan. “senyum” akan menjadi haiah sekunder
yang sangat kuat bagi bayi hingga dia dewasa.
Penting diperhatikan bahwa kemampuan hadiah/penguat sekunder untuk
memperkuat tingkah laku itu tidak tanpa batas. Hadiah/penguat sekunder lama
kelamaan menjadi tidak efektif, kecuali hadiah/penguat sekunderitu kadang masih
berlangsung bersamaan dengan penguat primer.

b. Proses Belajar
Dari eksperimen-eksperimennya (salah satunya eksperimen rasa takut
terhadap tikus), Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa sebagian besar dorongan
sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui rasa takut dan anxiety. Mereka
menyimpulkan bahwa untuk belajar orang harus menginginkan sesuatu, mengenali
sesuatu, mengerjakan sesuatu, dan mendapatkan sesuatu. Inilah yang kemudian
menjadi empat komponen utama belajar; drive, cue, response, dan reinforcement.
1. Drive: adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong
terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya.
Kekuatan drives tergantung kekuatan stimulus yang memunculkannya.
Semakin kuat drivesnya, semakin keras usaha tingkah laku yang
dihasilkan.
2. Cue: adalah stimulus yang memberi petunjuk perlu dilakukan respon yang
sesungguhnya. Pengertian Cue mirip dengan pengertian realitas subjektif
dari Rogers, yakni yakni cue adalah petunjuk yang ada pada stimulus
sepanjang pemahaman subjektif individu. Jenis dan kekuatan cue
bervariasi, dan variasi itu menentukan bagaimana reaksi terhadapnya.
3. Response: adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard
dan Miller, sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus respon
itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi tertentu, suatu stimulus
menimbulkan respon-respon yang berurutan, disebut initial hierarchy of
response. Belajar akan menghilangkan beberapa respon yang tidak perlu,
menjadi resultant hierarchy yang lebih efektif mencapai tujuan yang
diharapkan.
4. Reinforcement: agar belajar terjadi harus ada reinforcement atau hadiah.
Dollard dan Miller mendifinisikan sebagai drive pereda dorongan (drive
reduction). Penelitian membuktikan bahwa event yang mengikuti suatu
respon sangat menentukan hubungan respon itu dengan stimulusnya.

4
c. Proses Mental yang Lebih Tinggi
1. Perluasan Stimulus-Reponse
Contoh; seorang pilot yang pesawatnya meledak karena tertembak
musuh, menyelamatkan diri dengan kursi lontar.
Dollard dan Miller memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus
dan respon. Dari suara ledakan menjadi fikiran mengenai pesawat atau
fikiran mengenai kebakaran, dari respon meloncat menjadi fiiran
mengenai keselamatan penerbangan – sehingga teori belajar bukan
hanya menjelaskan tingkah laku yang sederhana, tetapi juga ha-hal yang
makna dan terapannya berkaitan dengan persoalan kepribadian yang
kompleks.
2. Generalisasi Stimulus
Menurut Dollard dan Miller, ada dua tipe interaksi individu dengan
lingkungannya. Pertama, interaksi yang umumnya memiliki respon
berdampak segera (immediate effect) terhadap lingkungan yang dituntun
oleh cue atau situasi tunggal. Kedua, respon menghasilkan isyarat (cue-
producing response) yang berfungsi utamanya membuka jalan terjadinya
generalisasi atau diskriminasi.
3. Reasoning
cue producing response itu umumnya terjadi melalui sejumlah event
internal yang disebut alur berfikir (train of thought), misalnya; melihat
toko peralatan tulis mengingatkan sesuatu yang kamu inginkan berfikiran
kamu membawa uang cukup untuk masuk kedalam toko tersebut.
reasoning pada dasarnya merupakan pengganti perbuatan nyata menjadi
cue-producing response internal yang lebih efisien untuk memecahkan
masalah daripada berbuat mencoba-coba.
4. Bahasa
Merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning
(generalisasi dan diskriminasi). Dengan memberi label yang sama
terhadap dua atau lebih event yang berbeda, terjadi generalisasi untuk
meresponnya secara sama. Sebaliknya label yang berbeda terhadap
event yang hampir sama memaksa orang untuk merespon event itu
secara berbeda pula. Perbedaan antara stimulus dipengaruhi oleh faktor
sosiokultural.
Dollard dan Miller sangat mementingkan peran bahasa dalam
motivasi, hadiah dan pandangan kedepan. Kata mampu membangkitkan
drive dan memperkuat atau memberi jaminan. Jelasnya, intervensi verbal

4
terhadap drive-cue-response-reinforcement telah membuat tingkah laku
manusia menjadi semakin kompleks. Tanpa kata atau fikiran untuk
mendukung motivasi lintas waktu, tingkahlaku mungkin menjadi kurang
konsisten dan kurang fleksibel.
5. Secondry Drives
Dalam masyarakat modern yang kompleks, tingkah laku tidak semata-
mata diatur oleh penguat primer (misalnya; makanan dan air). Menurut
Dollard dan Miller, stimulus atau cue apapun yang sering berasosiasi
dengan kepuasan dorongan primer, dapat menjadi reinforcement
sekunder. Umumnya drive sekunder bersifat rentan, manakal drive itu
berulang-ulang gagal mendapat reinforcement, drive itu menjadi lemah.
Contoh; anak yang gagal mendapat pujian orang tua karena usahanya
tidak mencapai prestasi yang diharapkan, serig berakibatkan anak
menjadi bosen dan menolok berusaha mendapat pujian.

d. Model Konflik
Ada tiga bentuk konflik, yakni konflik approach-avoidance (orang dihadapkan
dengan pilihan negatif dan positif dalam satu situasi), konfilk avoidance-avoidance
(orang yang dihadapkan dua pilihan yang sama negatif), dan konflik approach-
approach (orang yang dihadapkan dua pilihan yang sama positifnya). Ketiga bentuk
konflik itu yang mengikuti lima asumsi dasar mengenai tingkah laku konflik berikut:
1. Gradient of approach; kencenderungan mendekati tujuan positif kalau
orang semakin dekat dengan tujun itu.
2. Gradient of avoidance; kecenderungan menghindar dari stimulus negatif
ketika orang semakin dekat dengan stimulus negatif itu.
3. Peningkatan gradient of avoidance lebih besar dibanding gradient of
approach.
4. Meningkatnya dorongan yang berkaitan dekat mendekat atau menghindar
akan meningkatkan tingkat gradient.
5. Manakal ada dau respon bersaing, yang lebih kuat akan terjadi.

e. KetidakSadaran
Dollard dan Miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua. Pertama,
ketidaksadaran berisi hal yang tidak pernah disadari, seperti; stimulus, drive, dan
respon yang dipelajari bayi sebelum bisa berbicara sehingga tidak memiliki label
verbal. Kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi

4
tidak disadari karena adanya represi. Orang belajar melakukan represi, atau menolak
melakukan sesuatu, sama halnya dengan belajar respon lainnya.
Kesadaran verbal sangat penting, karena label verbal sangat esensial, dalam
proses belajar. Generalisasi dan diskriminasi lebih efesien dengan memakai simbolv
verbal.

1.3 Perkembangan Kepribadian


a. Perangkat innate; Respon Ssederhana dan Primary Process
Dollard dan Miller menganggap perubahan dari bayi yang sederhana menjadi
dewasa yang kompleks sebagai proses yang menarik. Bayi memiliki tiga repertoir
primitif yang paling penting, yakni:
1. Refleks spesifik (specific reflexes); Berupa respon tertentu
terhadap stimulus atau kelompok tertentu. misalnya; sentuhan
pada pipi direspon dengan memutar kepala kearah pipi yang
disentuh
2. Respon bawaan yang hirarkis (innate hierarchies of response);
Kecenderungan melakukan respon tertentu terhadap situasi
stimulus tertentu sebelum melakukan respon tertentu. misalnya;
bayi berusaha menghindari stimulus yang tidak menyenangkan
sebelum menangis.
3. Dorongan primer (primary drives); Stimulus internal yang kuat dan
bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses fisiologik.
misalnya; bayi merasa haus, lapar dan sakit.

Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkahlaku


primitif diatas menjadi dewasa yang kompleks.

b. Konteks Sosial
Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh
konteks sosial dimana orang itu berkembang. Sebagian besar interaksi anak
dengan lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan simbol
komunikasi verbal (verbal cues), serta bagaimana memahami simbol verbal
produk orang lain. Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan antara
tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Bagi Dollard dan Miller prinsip-
prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Mereka yakin bahwa tingkah
laku orang dipengaruhi oleh masyarakat.

4
c. Situasi Pembelajaran
Seperti teoritis psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap 12 tahun
kehidupan awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Dollard
dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan
gangguan emosi, analisisnya banyak memakai formulasi Freud;
1. Situasi makan (feeding situation); Situasi pertama yang banyak
mengajarkan sesuatu. misalnya; jika anak yang menangis kelaparan
tidak langsung diberi makan, akan belajar bersikap apatis dan gelisah
(apprehensive).
2. Pendidikan dan kebersihan (cleanliness training); belajar mengontrol
proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang komples dan sulit bagi
bayi. Anak yang gagal/lambat menguasai ketrampilan ini cepat dihukum,
sehingga mengembangkan asosiasi orang tua dengan hukuman. Pada
kasus lain, anak mungkin merasa harus mengikuti kemauan orang tuanya
yang superior, sehingga anak menjadi sangat penurut.
3. Pendidikan seks awal (early sex training); tabu mengenai mastrubasi
yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah melakukan
masturbasi.
4. Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety); apabila anaknya marah,
prang tua sering mengamuk, menghukum, sehingga anak belajar
menekan rasa marah. Tanpa rasa marah ini akan membuat kepribadian
anak tidak dapat berkembang.

1.4 Aplikasi
a. Bagaimana Neurosis Dipelajari
Dollard dan Miller memandang tingkah laku normal dan neurotik dalam satu
kontimun, dan bukannya dua hal yang terpisah. Karena itu tingkah laku neurotik
dipelajari memakai prinsip yang sama dengan belajar tingkah laku normal. Inti setiap
neurosis adalah konflik ketidaksadaran yang kuat dan hampir selalu bersumber
dimasa kanak-kanak.
Represi dalam bentuk “tidak memikirkannya” membuat orang terbebas dari
keharusan memakai kemampuan pemecahan masalahnya untuk mengatasi konflik
dan tidak menyadari bahwa kondisi yang menimbulkan konflik telah hilang.
Sepanjang konflik itu tetap tidak disadari, konflik itu akan terus berlanjut dan
menghasilkan simptoms.

4
Simptoms sering membuat orang bisa menghindar (sementara) dari takut dan
cemas; tidak menyelesaikan konflik, tetapi dapat meredakannya. Manakala
simptoms yang sukses terjadi, itu akan diperkuat karena mengurangi kesengsaraan
neurotik. Simptoms itu dipelajari dari habit. Ada tiga cara yang biasa dipakai orang
melakukan represi akan tidak muncul fikiran-fikiran yang menimbulkan kecemasan;
1. Memberi nama lain (mislabeling); kehilangan jumlah uang yang besar,
dikatakan “sedikit” (tidak timbul kecemasan karena yang hilang hanya
sedikit).
2. Respon pengganti (response substitution); kecelakaan membuat kaki
pincang, dan gerak berjalan diganti dengan gerak naik montor tanpa
mengenal lelah (tidak timbul kecemasan karena tidak perlu berjalan).
3. Tidak memikirkan (not thinking); marah karena difitnah, tidak marah
karena fitnahan itu (tidak timbul kecemasan karena tidak memikirkan
fitnah yang terjadi).

b. Psikoterapi
Psikoterapi memantapka seperangkat kondisi dengan mana kebiasaan
neurotik mungkin dapat dihilangkan dan kebiasaan neurotik yang tidak dipelajari.
Dollard dan Miller memakai kondisi dan prosedur kondisi teraputik konvensional;
terapis yang simpatetik dan permisif mendorong pasien untuk berasosiasi bebas dan
mengungkapkan perasaannya. Pembaharuan Dollard dan Miller terhadap psikoterapi
tradisional adalah pemakaian analisis teori belajar mengenai apa yang telah terjadi;
Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkahlaku primitif
diatas menjadi dewasa yang kompleks.
1. Displacement; merubah arah impuls yang dicegah agar tidak
diekspresikan (tidak oleh event eksternal maupun oleh kecaman dari diri
sendiri).
2. Sublimasi; bentuk displacement yang lebih adaptif, karena energi yang
ada tidak ditumpahkan pada bentuk asli yang dicegah, tetapi disalurkan
kedorongan lain yang diterima.
3. Belajar (menguasai) sistem syaraf otonom; eksperimen Dollard dan
Miller meunjukan bahwa binatang dan manusia pada tahap tertentu dapat
belajar mengontrol respon sistem syaraf otonom. Ini memberi peluang
teknik kondisioning instrumental untuk dipakai mengobati gangguang fisik
seperti denyut jantung dan tekanan darah. Fenomena ini
mengembangkan ranah biofeedback dalam hal penanganan masalah
gangguan fisik.

4
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dollard dan Miller mengembangkan pendekatan interdisiplin tiga bidang ilmu; teori
belajar, psikoanalitik, dan antropogi sosial. Dollard dan Miler menyimpulkan bahwa untuk
bisa belajar, orang harus menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya, dan
mendapatkannya (want something, notice something, do something, get something).
Berdasarkan teori yang dijelaskan Dollard dan Miller, proses belajar sangat bergantung
pada hal eksternal seseorang. Empat komponen utama belajar tersebut, yaitu drive,
cue, response, dan reinforcement. Teori Dollard dan Miller secara khas adalah teori
proses belajar.

4
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, 2009. Psikologi kepribadian


http://raraannisacahaya.blogspot.com/2017/12/psikologi-kepribadian-teori-
menurt.html?m=1
http://hamdimuhamad.blogspot.com/2016/03/teori-stimulus-respon-john-dollard-
dan.html?m=1
https://psychologygarut.wordpress.com/2015/01/13/teori-stimulus-respon-hull-
dollaed-miller-2/amp/

Anda mungkin juga menyukai