Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fitria Wulandari

201810001

Sejarah singkat

John Dollard dilahirkan di Menansha, Wisconsin pada tahun 1900. Ibunya adalah seorang
guru dan ayahnya adalah seorang masinis rel kereta api, dan meninggal karena kecelakaan
ketika Dollard masih sangat muda. Sang ibu yang merupakan mantan guru sekolah
memutuskan untuk pindah ke Madison dengan maksud agar anaknya bisa lebih mudah
belajar di University of Wisconsin hingga akhirnya Dollard memperoleh gelar BA pada tahun
1922, Dollard bertemu dengan Max Mason yang kemudian menjadi ayah kedua baginya.
Ketika Mason menjadi presiden University of Chicago, Dollard ikut pergi dan bertindak
sebagai asistennya dari 1926 – 1929. Kemudian pada tahun 1931 ia memperoleh gelar Ph.D
sosiologi di University of Chicago dan belajar psikoanalisis di Berlin Institute. Ia mengajar
antropologi, psikologi, dan sosiologi di Yale.

John Dollard sangat tertarik dengan isu mengenai ras di Amerika Serikat. Teori Dollard
terwarnai oleh studinya mengenai komunitas orang Hitam di Amerika Selatan. Meski
studinya lebih banya nuansa etnografi namun Dollard juga melekuakan pengamatan
mengenai dinamika budaya dan perilaku dalam pengaruhnya terhadap perkembangan kaum
Hitam di Selatan. Kemudian Universitas Yale menunjuknya sebagai research associate
bidang Psikologi pada tahun 1932. Kesempatan inilah yang membuka hubungannya dengan
ahli psikologi dari Universitas Yale, Neal Miller. Bersama Miller ia melakukan studi
mengenai rasa takut dan keberanian dalam situasi perang. Subyek dalam penelitiannya adalah
300 veteran perang era Abraham Lincoln. Temuannya inilah yang kemudian dipublikasikan
pada tahun 1944 dalam buku yang berjudul “Fear in Battle”, ditengah-tengah kesibukannya ia
terus menulis hingga akhirnya meninggal pada tanggal 8 Oktober 1980.
Sejarah singkat

Neil A. Miller, dilahirkan di Milwaukee, Wisconsin, pada tanggal 3 Agustus 1909 dan meraih
gelar B.S.-nya dari Universitas Washington pada tahun 1931. Ia meraih gelar M,.A.-nya dari
Universitas Stanford pada tahun 1932 dan Ph.D.-nya di bidang psikologi dari Universitas
Yale pada tahun 1935. Dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935 ia menjadi asisten di
bidang Psikologi pada Institute of Human Relations dan antara tahun 1935-1936 ia mendapat
beasiswa dari Social Science Researc Council dan memanfaatkannya untuk mengikuti
pendidikan analisis pada Institut Psikoanalisis Wina. Dari tahun 1936 sampai tahun 1940
menjadi asisten dosen dan selanjutnya lektor pada Institute of Human Relations. Ia menjadi
peneliti dan lektor pada tahun 1941. Dari tahun 1942 sampai tahun 1946, ia memimpin suatu
proyek penelitian psikologi untuk Angkatan Udara AS. Pada tahun 1946, ia kembali ke
Universitas Yale, menjadi profesor dalam program kuliah James Rowland Angell di bidang
psikologi pada tahun 1952. Ia menetap di Yale sampai tahun 1966n dan selanjutnya menjadi
profesor psikologi dan kepala Laboratorium Psikologi Fisiologis pada Universitas
Rockefeller.

Selain karena kerjasamanya dengan John Dollard, Miller juga sangat terkenal di kalangan
psikologi berkat karya eksperimental dan teoritisnya yang cermat tentang proses pemerolehan
dorongan- dorongan, hakikat perkuatan, dan penelitian tentang konflik.

1) Struktur Kepribadian

Kebiasaan atau habit adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang
memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon
yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Namun, Struktur-struktur
kebiasaan itu tergantung pada peristiwa unik yang pernah dialami oleh individu yang
bersangkutan. Struktur kepribadian ini hanya bersifat sementara karena dapat berubah bila
individu tersebut mendapatkan pengalaman baru keesokan harinya.

Contoh:
“Alex seorang yang biasa terlambat masuk kelas, suatu ketika Guru/ Dosen terlebih dahulu
memasuki kelas sehingga Alex mendapat hukuman tidak dapat mengikuti pelajaran.
Peristiwa ini merupakan peristiwa unik yang dapat merubah kepribadian Alex yang sering
terlambat menjadi rajin masuk tepat pada waktu nya.”

Gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada kejadian khas yang menjadi


pengalamannya. Dollard dan Miller lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar
dan mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal (kata-
kata) dan respon yang umumnya juga berbentuk verbal. Selain itu, Dollard dan Miller
juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drive) seperti rasa takut sebagai
bagian dari kepribadian yang relatif stabil. Menurut Dollard dan Miller, dorongan primer
(primary drive) dan hubungan S-R yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur
kepribadian, walaupun kurang penting dibandingkan habit dan dorongan sekunder, karena
dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan
membuat seseorang menjadi unik.

2) Dinamika Kepribadian

a) Motivasi – dorongan (motivation – drives)

Dollard dan Miller sangat memusatkan perhatiannya pada motif- motif penting seperti
kecemasan atau dorongan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan
inilah, Dollard dan Miller berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku
untuk semua motif.

Dalam kehidupan manusia, banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari (secondary drive)
dari atau berdasarkan dorongan primer (primary drive) seperti rasa lapar, haus dan seks.
Dorongan yang dipelajari ini berperan sebagai wajah semu yang berfungsi menyembunyikan
dorongan bawaan. Kenyataannya, dorongan primer sering tidak jelas. Sebaliknya yang sering
dilihat adalah dampak dari dorongan yang dipelajari seperti kecemasan, malu dan
kebutuhan kepuasan. Hanya dalam proses perkembangan masa anak-anak atau dalam
periode krisis dapat dilihat dengan jelas beroperasinya dorongan primer. Dollard dan
Miller mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti oleh dorongan
sekunder, tetapi hadiah atau penguat yang primer ternyata juga diganti dengan hadiah atau
penguat sekunder.

Contoh:

“Senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas (pemberian
makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya). ”senyum”
akan menjadi penguat sekunder yang sangat kuat bagi bayi sampai dewasa.”

Penting diperhatikan bahwa kemampuan hadiah (penguat sekunder) untuk memperkuat


tingkah laku itu tidak tanpa batas. Hadiah (penguat sekunder) lama-kelamaan menjadi tidak
efektif kecuali kalau hadiah (penguat sekunder) itu kadang masih berlangsung bersamaan
dengan penguat primer.
b) Proses Belajar

Dollard dan Miller menyimpulkan dari eksperimen-eksperimennya bahwa sebagian besar


dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan
kecemasan. Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, orang harus
menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya dan mendapatkannya (want
something, notice something, do something, get something). Empat komponen utama belajar
tersebut, yaitu drive, cue, response dan reinforcement.

(1). Drive

Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan.
Kekuatan drive tergantung pada stimulus yang memunculkannya. Dengan kata lain, semakin
kuat drivenya maka, semakin keras usaha tingkah laku yang dihasilkan. Drive sekunder atau
drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan drive primer. Sesudah drive sekunder dimiliki,
maka drive ini akan memotivasi untuk mempelajari respon baru sebagai fungsi dari drive
primer. Kekuatan drive sekunder ini tergantung pada kekuatan drive primer dan jumlah
reinforcement yang diperoleh.

(2). Cue (stimuls yang memberi petunjuk)

Cue adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang
sesungguhnya, isyarat yang ada dalam proses belajar. Jenis dari kekuatan cue bervariasi dan
variasi ini yang menentukan bagaimana reaksinya.

(3). Response

Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum
suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu.
Dalam situasi tertentu, suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan disebut
dengan initial hierarchy of response.

(4). Reinforcement

Reinforcement menurut Dollard dan Miller sebagai drive pereda dorongan (drive reduction).
Reduksi drive menjadi syarat mutlak dari reinforcement.

Contoh:

“Alex lapar (primary drive) ia menjadi cemas (secondary drive) selanjutnya ada pilihan yang
dapat Alex pilih (cue) meminta kepada teman atau membeli ke kantin sekolah. Akhirnya,
Alex memilih untuk membeli makanan ke kantin (respon) jadi, Alex tidak merasa lapar lagi
(reinforcement).”

c) Proses Mental yang lebih tinggi

(1). Generalisasi stimulus (stimulus generalization)


Generalisasi stimulus merupakan respon yang dipelajari dalam kaitannya dengan suatu
stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang berbentuk atau berwujud fisik
yang mirip. Semakin mirip stimulus lain itu dengan stimulus aslinya, maka peluang
terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar.

Contoh:

“Kasus yang dialami artis cantik yang bernama Annisa Ramadhanti alias Donita adalah fobia
terhadap ambulan. Hal tersebut dikarenakan pengalaman di masa lalunya yang berawal ketika
Donita masih duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas 2, dimana pada saat itu ia melihat
berbagai sosok mahluk halus yang menyeramkan di ambulan. Semenjak saat itu, Ia
menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan melihat dunia gaib lewat Indra keenamnya
dan juga karena hal tersebut Donita fobia terhadap ambulan. Donita pun berusaha
mengalahkan rasa takutnya tersebut, namun semua usahanya sia-sia, lantaran hingga saat ini
ia masih kerap histeris terhadap berbagai jenis ambulans dan hal-hal yang berhubungan
dengan ambulans termasuk rumah sakit. Fobia Donita terhadap ambulan juga mengakibatkan
dirinya tidak mau dirawat di rumah sakit, sekalipun ia sakit parah.”

Sesuai dengan dinamika kepribadian Dollard & Miller, kasus fobia yang dialami Donita
terjadi karena adanya proses mental yang lebih tinggi, yaitu adanya perluasan stimulus-
respon. Fobia terhadap ambulan yang disebabkan karena pengalamannya di masa lalu,
dimana ia melihat berbagai sosok mahluk halus yang menyeramkan di ambulan. Hal tersebut
mengakibatkan Donita menjadi fobia dengan ambulan dan berbagai hal yang berhubungan
dengan ambulan. Stimulus penyebab rasa takut pada Donita bukan lagi disebabkan karena ia
melihat atau mendengar bunyi ambulans, namun karena adanya perluasan stimulus dan
respon yaitu pikiran mengenai ambulan dan ingatannya terhadap pengalaman melihat
berbagai sosok mahluk halus di ambulan. Lebih lanjut dalam dinamika kepribadian Dollard
& Miller terdapat generalisasi stimulus, dimana pada kasus fobia yang dialami Donita terjadi
adanya immediate effect (respon yang berdampak segera). Ketika Donita melihat atau
mendengar bunyi ambulans, dengan segera ia meresponnya dengan histeris ketakutan bahkan
menangis.

(2). Reasoning

Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Tidak memerlukan try
and error lagi. Ada proses berfikir yang biasanya disebut alur berfikir (train of thought)
sebelum individu tersebut melakukan kegiatan. Reasoning memungkinkan seseorang menguji
alternatif respon tanpa nyata-nyata mencobanya sehingga mengangkat proses memilih
tindakan. Reasoning juga memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan
pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif.

(3). Bahasa (ucapan, pikiran, tulisan maupun sikap tubuh)

Bahasa merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning. Dua fungsi pentingnya
sebagai respon isyarat adalah generalisasi dan diskriminasi. Dengan memberi label yang
sama terhadap dua atau lebih kejadian yang berbeda, maka terjadi generalisasi untuk
merespon yang sama. Sebaliknya label yang berbeda terhadap kejadian yang hampir sama,
memaksa seseorang untuk merespon kejadian itu secara berbeda pula (diskriminasi).
Diskriminasi akan menimbulkan respon yang juga berbeda-beda. Perbedaan antar stimuli
dipengaruhi oleh faktor sosiokultural.

Dollard dan Miller sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan
pandangan ke depan. Kata mampu dapat membangkitkan drive dan memperkuat atau
memberi jaminan. Kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal dengan
menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang.

(4). Secondary drive

Tingkah laku tak hanya diatur oleh primary drive tapi secondary drive juga mempunyai peran
yang penting. Bahkan tak jarang dorongan sekunder ini mengganti dan menutupi dorongan
primer karena dorongan sekunderlah yang lebih kuat dari pada dorongan primer. Kendatipun
demikian dorongan sekunder juga dapat menjadi lemah jika dorongan tersebut berulang-
ulang gagal mendapatkan reinforcement.

Contoh:

“Seorang anak yang ingin mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, maka, setiap hari ia
selalu membantu ibunya memasak didapur, namun, sang ibu tidak memberikan respon
sebagai penguatan (reinforcement), sehingga yang terjadi adalah sebaliknya, ia menangis dan
tidak mau lagi membantu Ibunya.”

Menurut Dollard dan Miller, stimulus atau cue apapun yang sering berasosiasi dengan
kepuasan dorongan primer dapat menjadi reinforcement sekunder. Semua drive sekunder,
dapat dianalisis asosiasinya dengan drive primer, walaupun terkadang asosiasi itu begitu
kompleks sehingga sukar ditemukan jejaknya.

d) Model Konflik

Formulasi tingkah laku konflik dari Dollard dan Miller sangat terkenal. Karena
manurut Dollard dan Miller, konflik membuat orang tidak dapat merespon secara
normal. Ada tiga bentuk konflik yaitu konflik approach-avoidance, avoindance-
avoidance, dan approach-approach.

(1). Konflik Approach-avoidance (orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan
negatif yang ada di satu situasi).

Contoh:

“Seseorang yang memilih untuk belajar mengendarai mobil, didalam sisi positif jika
seseorang itu bisa mengendarain mobil sendiri, ia akan bisa melakukan sendiri tanpa perlu
merepotkan orang lain. Tetapi dalam sisi negatifnya, jika ada sesuatu yang terjadi pada saat ia
mengendarai mobil sendiri, ia akan menyelesaikannya sendiri yang pada sebenernya ia juga
membutuhkan bantuan orang lain.”
(2). Konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-
sama negatif).

Ketiga bentuk konflik tersebut mengikuti lima asumsi dasar mengenai tingkah laku
konflik, yaitu:

Kecenderungan mendekat (gradient of approach) Kecenderungan mendekati tujuan positif


semakin kuat kalau orang semakin dekat dengan tujuannya itu

Kecenderungannya menghindar (gradient of avoidance) Kecenderungan menghindar dari


stimulus negatif semakin kuat ketika orang semakin dekat dengan stimulus negatif tersebut

Peningkatan gradient of avoidance lebih besar dibandingkan gradient of approach.

Meningkatnya dorongan yang berkaitan dengan mendekat atau menghindar akan


meningkatkan gradient. Jadi meningkatnya motivasi akan memperkuat gradient mendekati
atau gradient menjauhi pada semua tutuk jarak dari tujuan.

Manakala ada dua respon bersaing, maka yang lebih kuat yang akan terjadi.

e) Ketidaksadaran

Dollard dan Miller memandang penting faktor ketidaksadaran tetapi, formula analisis asal
muasal faktor ini berbeda dengan pandangan Freud. Dollard dan Miller membagi isi-isi
ketidaksadaran menjadi dua, yaitu pertama, ketidaksadaran berisi hal yang tidak pernah
disadari (seperti stimuli, drive dan respon yang dipelajari) juga apa yang dipelajari
secara nonverbal dan detail dari berbagai keterampilan motorik, dengan kata lain suatu hal
yang dipelajari bayi (ketidaksadaran: stimuli, drive dan respon) sebelum bisa berbicara
sehingga tidak memliki label verbal. Kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak
bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi.

1) Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian menurut Neal E Miller ada 3 yaitu, Perangkat Innate, Respon
Sederhana dan Primary Process, Konteks Sosial, Situasi Pembelajaran (Training Situation).

a) Perangkat innate respon sederhana dan primary process

Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana menjadi dewasa yang
kompleks sebagai proses yang menarik, sehingga banyak karyanya yang menjelaskan
masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoire primitif yang paling penting, yaitu:

(1). Refleks spesifik (specific reflexes)

Bayi memiliki reflex yang spesifik yang kebanyakan berupa respon tertentu terhadap
stimulus atau kelompok stimulus tertentu. Contoh: “Sentuhan pada pipi direspon dengan
memutar kepala ke arah pipi yang disentuh.”

(2). Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response)


Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon
lainnya. Contoh: “bayi berusaha menghindari stimulus yag tidak menyenangkan sebelum
menangis.”

(3). Dorongan primer (primary drive)

Stimulus internal yang kuat dan bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses
fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menentukan
aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan. Contoh: “bayi merasa lapar, haus dan rasa sakit.”

Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku primitif di atas
menjadi dewasa yang kompleks. Bayi akan terus berusaha mengurangi tegangan
dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru, memberikan reinforcement
respon baru, memunculkan motif sekunder dari drive primer dan mengembangkan proses
mental yang lebih tinggi melalui mediasi stimulus.

b) Konteks sosial

Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial
dimana orang orang itu berkembang, dengan kata lain adanya ketergantungan antara
tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Sebagian besar interaksi anak dengan
lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan simbol komunikasi verbal
(verbal cues) serta bagaimana memahami simbol verbal produk orang lain. Dollard dan
Miller menekankan saling ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan
sosiokultural. Bagi Dollard dan Miller, prinsip–prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas
budaya. Dollard dan Miller yakin bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh masyarakatnya.

c) Situasi Pembelajaran (training situation)

Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan awal
sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak peristiwa dimana
konflik mental parah yang tidak disadari dapat timbul. Dollard dan Miller mengemukakan
empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan emosi,yaitu:

(1). Situasi makan (feeding situation). Merupakan Situasi pertama yang banyak mengajarkan
sesuatu.

Contoh:

“Jika anak yang menangis kelaparan tidak segera diberi makan, akan belajar bersikap apatis
dan gelisah (apprehensive). Sebaliknya situasi pemberian makanan yang memuaskan dan
tepat menjadi dasar belajar sikap sosial dan cinta. Tapi,bayi yang diberi makan sebelum lapar
mungkin tidak pernah belajar meghargai nilai makanan serta kurang menghargai kehadiran
ibunya akibatnya kurang berkembangnya rasa sosial. Hal penting yang perlu diingat adalah
bayi belajar banyak hal dari rasa lapar dan pengaturan makannnya disebut rahasia belajar
pada usia awal (secret learning of the early years).

(2). Pendidikan kebersihan (cleanliness training)


Belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang kompleks dan
sulit bagi bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi banyak orang tua. Anak
yang gagal atau lambat menguasai keterampilan ini cepat dihukum, sehingga
mengembangkan asosiasi orang tua dengan hukuman.

(3). Pendidikan sex awal (early sex training)

Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah
melakukannya bersumber dari orang tua yang menanamkan dalam diri anak kecemasan yang
sangat dalam mengenai seks.

(4). Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)

Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum sehingga anak belajar
menekan rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat kepribadian anak tidak dapat
berkembang. Analisis Dollard dan Miller terhadap empat situasi latihan di atas banyak
menggunakan formulasi Freud yang dapat dilihat pada tabel 5.1

2) Psikopatologi dan Perubahan Tingkah Laku

Dollard dan Miller memandang tingkah laku normal dan neurotik dalam satu kontinum, dan
bukannya dua hal yang terpisah. Oleh karena itu, tingkah laku neurotik dipelajari memakai
prinsip yang sama dengan belajar tingkah laku normal. Inti setiap neurosis adalah
konflik ketidaksadaran yang kuat dan hampir selalu bersumber di masa kanak-kanak.
Sering selama empat situasi ekspresi kebutuhan dasarnya, membentuk konflik yang
terus berlanjut sampai dewasa.

Sama halnya dengan binatang di laboratorium yang belajar respon instrumental yang
membuatnya bisa menghindar dari stimulus yang menakutkan, manusia juga mempelajari
respon represi yang dapat dipakai untuk menghindari dari perasaan cemas dan
berdosa. Represi dalam bentuk tidak memikirkannya, membuat orang terbebas dari
keharusan memakai kemampuan pemecahan masalahnya untuk mengatasi konflik dan tidak
menyadari bahwa kondisi yang menimbulkan konflik telah hilang. Sepanjang konflik itu
tetap tidak disadari, makan konflik itu akan terus berlangsung dan menghasilkan simptom-
simptom (sensasi spesifik atau tingkah laku yang dialami seseorang sebagai tidak
menyenangkan and tidak normal). Simptom sering membuat orang bisa menghindar
(sementara) dari rasa takut dan cemas. Simptom itu tidak menyelesaikan konflik, tetapi
dapat meredakannya. Simptom ini dipelajari sebagai habit.

Anda mungkin juga menyukai