Anda di halaman 1dari 6

Nama : A.

Gipari

Jurusan/Kelas : Ilmu Komunikasi/B

NIM : 50700120039

George Armitage Miller Dan John Dollard

A. George Armitage Miller
George Armitage Miller merupakan salah satu psikolog pertama yang
menyadari urgensi teori informasi dan menggunakannya dalam penelitian
(Benjafield, 2015). Pada tahun 1956, Miller menerbitkan paper berjudul The
Magical Number Seven, Plus or Minus Two: Some Limits on our Capacity for
Processing Information. Dalam paper tersebut, dia menggambarkan
eksperimen yang mana peserta dianggap sebagai communication channel. Dia
mengulas seberapa banyaknya informasi (channel capacity) akurat yang dapat
disalurkan melalui channel tersebut. Dari hasil penelitian tersebut, Miller juga
menemukan bahwa seseorang dapat menyimpan sekitar tujuh hal dalam
pikiran kita di satu waktu yang mana ia sebut sebagai span of immediate
memory. Sebagai contoh, rona warna atau nada suara. Selain itu, orang hanya
dapat menyimpan sekitar tujuh unit pengalaman yang bermakna (potongan)
seperti angka, kata, atau kalimat pendek. Jika potongan-potongan informasi
dapat diatur menjadi potongan yang berarti, memori jangka pendek masih
dapat menangani tujuh potongan informasi superordinat. Jadi, meskipun
daftar belanja 10 item akan sulit disimpan dalam memori jangka pendek,
daftar 4 kategori, seperti produk susu, buah, roti, dan daging, dengan masing-
masing hanya 2 atau 3 item, akan mudah diingat.
Miller dan koleganya menerbitkan Plans and the Structure of Behavior
yang membahas mengenai psikologi kognitif. Dalam buku tersebut, Miller
dan koleganya berupaya untuk memberi psikologi kognitif sebuah kerangka
kerja kognitif yang koheren. Mereka menggunakan teori informasi,
psikolingustik dari Chomsky, dan cybernetics untuk penggambaran ide-ide
teoritisnya.
Cybernetics memiliki kaitan dengan perumusan prinsip-prinsip umum
yang mengontrol organik dan juga anorganik. Feedback merupakan salah satu
konsep dari cybernetics, sebuah proses di mana output dari satu bagian sistem
mempengaruhi bagian sistem lainnya, yang pada gilirannya juga
mempengaruhi bagian awal. Miller dan koleganya mengusulkan bahwa loop
feedback dianggap sebagai unit dasar dari kontrol perilaku. Mereka menyebut
unit ini TOTE mechanism, kependekan dari test operation-test-exit.
Miller mencoba untuk memperingatkan para psikolog yang terlalu
mengontrol kehidupan sosial karena keahlian mereka. Miller memberikan
sebuah argument menarik, “Pemahaman dan prediksi adalah tujuan yang lebih
baik untuk psikologi daripada kontrol, baik untuk psikologi dan untuk
promosi kesejahteraan manusia. Karena hal tersebut membawa kita untuk
berpikir, bukan dalam hal paksaan oleh para elit yang kuat, tetapi dalam hal
diagnosis masalah dan pengembangan program yang dapat memperkaya
kehidupan setiap warga negara”.
B. John Dollar
1. Konsep Dasar Tentang Belajar
John Dollard dan Neal Miller bekerja sama di Institute of
Human Relations, Universitas Yale, mengembangkan pendekatan
interdisiplin tiga bidang ilmu; teori belajar, psikoanalitik, dan
antropologi sosial. Teori mereka banyak dipengaruhi oleh Teori Hull-
Spence, yang terutama menangani peran motivasi dalam tingkah laku
dan bagaimana motivasi belajar dapat diperoleh. Selain Hull, mereka
juga banyak dipengaruhi oleh ahli behavior sebelumnya seperti
Thorndike, Pavlov, dan Watson. Mereka berusaha menjelaskan
konsep-konsep pentingdari psikoanalitik, seperti kecemasan-konflik-
represi menggunakan prinsip-prinsip psikologi belajar dan kondisi
sosial dari belajar.
Secara garis besar, teori S-R mencermati proses ketika individu
menjadi jembatan antara stimulus dan respon (internal dan eksternal).
Menurut Dollard dan Miller, bentuk sederhana dari teori belajar adalah
“mempelajari keadaan dimana terjadi hubungan antara respon dengan
cue-stimulusnya”. Bahasan mengenai prinsip-prinsip asosiasi, ganjaran
atau reinforsemen menjadi sangat penting. Di dalamnya juga dibahas
prinsip-prinsip asosiasi dan reinforcement (penguatan). Eksperimen
Dollard dan Miller tentang rasa takut dilakukan terhadap tikus putih.
Teknis eksperimen mereka adalah sebuah kotak yang dasarnya
dialiri listrik yang menimbulkan rasa sakit untuk tikus. Kotak itu
diberi sekat, satu warna putih dengan listrik; satu hitam yang tidak ada
listrik. Bel dibunyikan bersamaan dengan aliran listrik sampai
tikusnya kesakitan, dan akan dihentikan ketika tikus melompat ke
kotak hitam. Ternyata, setelah terjadi proses belajar, warna kotak putih
atau bel saja tanpa listrik, telah membuat tikus meloncari sekat. Itu
merupakan reaksi takut terhadap rasa sakit. Percobaan ditingkatkan
dengan tuas pengungkit untuk membuka sekat. Ternyata tikus berhenti
menabrak sekat, dan belajar menekan tuas untuk membuka sekat.
Dalam eksperimen ini, terjadi beberapa proses, yaitu:
1) Classical conditioning (tikus terkondisi merespon bel sebagai
tanda akan ada aliran listrik).
2) Instrumental learning (tikus belajar respon melompati sekat
sebagai instrumental menghindari rasa sakit).
3) Extinction (tingkah laku melompat tidak dilakukan lagi, diganti
dengan menekan tuas).
4) Terjadi primary drive (rasa sakit dan tertekan) memunculkan
learned atau secondary drive (rasa takut) yang memotivasi
tingkah laku organisme, bahkan ketika sumber rasa sakit sudah
tidak ada.
Menurut mereka, terdapat empat komponen utama belajar,
yaitu menginginkan sesuatu (want), mengenali sesuatu (notice),
melakukan sesuatu (do), dan mendapat sesuatu (get). Inilah yang akan
menjadi drive, cue, response, dan reinforcement.
a. Drive: Menginginkan sesuatu
Drive merupakan "stimulus kuat yang
mendorong suatu tindakan." stimulus ini dapat
bersumber dari dalam diri (internal), berupa lapar atau
pikiran, dapat juga bersumber dari luar diri (eksternal),
berupa rasa sakit, perasaan tidak nyaman. Drive dapat
bersifat primer (seperti tanggapan alami bersifat fisik
atau ketidaknyamanan) ataupun drive sekunder (nilai
belajar untuk hal-hal yang berhubungan dengan
kepuasan atau tertekan).
b. Cue: Melihat Sesuatu
Cue adalah isyarat rangsangan diskriminatif yang
terlihat pada saat sebuah perilaku muncul. Cue meliputi
pemandangan, bau atau sesuatu yang dapat menjadi
isyarat untuk memunculkan suatu perilaku.
c. Respons: melakukan sesuatu
Respons merupakan setiap perilaku yang dapat berubah
melalui pembelajaran. Bentuknya dapat terbuka atau
terselubung (perilaku tersembunyi seperti berpikir).
d. Reinforcement: Mendapatkan sesuatu
Dalam menjelaskan reinforcement Dollard &
Miller lebih bersifat psikoanalisis, mereka menyatakan
bahwa reward mustahil muncul tanpa ada drive. Drive
memiliki hubungan dengan libido dari Freud. Hadiah
dapat bersumber dari bawaan ataupun karena belajar.1
2. Proses Belajar
Dollard & Miller berusaha menjelaskan belajar dalam konsep
identifikasi dari Freud, tetapi menyebutnya dengan imitasi. Mereka
menggambarkan proses imitasi dalam 3 bentuk:2
1) Perilaku yang sama, menghasilkan perilaku yang sama sebagai
model dalam situasi yang sama, di bawah petunjuk-petunjuk
yang sama seperti untuk model.
2) Meniru terjadi ketika seseorang mencoba untuk menghasilkan
suatu perilaku yang sama seperti model, dan memahami ada
perbedaan antara apa yang dilakukan model, dan apa yang
dilakukan pelajar. Perilaku ini dilakukan untuk hadiah masa
lalu, tidak sama seperti untuk memicu model. Isyarat untuk
pelajar adalah model perilaku, dan pahala ada karena ada
kesamaan dengan model. Hal ini juga menghasilkan
konformitas sosial.
3) Tergantung perilaku yang cocok seperti meniru, dengan
perilaku belajar dari model, tapi respons cue oleh model, bukan
isyarat-isyarat situasional model telah belajar, dan ada hadiah
yang berbeda.

1
Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian Dalam Konseling, Cet.
Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h. 163-165.
2
Ibid, h. 165-167.
DAFTAR PUSTAKA

Benjafield, J.G. (2015). A history of psychology (4th ed.). Oxford University Press.

Boyle, C. O. (2021). History of psychology: a cultural perspective. Routledge.

Feist, J & Feist G. J. 2002. Theories of Personality (5th ed.). Boston. Mc Graw Hill,
Inc.

Hergenhahn, B.R. & Henley, T. B. (2014). An introduction to the history of


psychology (7th ed). Wadsworth Cengage Learning.

Hidayat, Dede Rahmat. 2015. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian Dalam
Konseling .(Cet. Kedua). Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai