Anda di halaman 1dari 5

NAMA : A.

GIPARI

JURUSAN/KELAS : ILMU KOMUNIKASI/B

NIM : 50700120039

METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI

A. Fungsi Paradigma Dalam Struktur Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan itu secara umum itu ada dua, yaitu ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu Komunikasi termasuk bagian dari ilmu
pengetahuan sosial. Objek materi dari Ilmu Komunikasi itu adalah perilaku
manusia. Objek khusus yang dikaji oleh ilmu komunikasi yang disebut dengan
objek forma.
Ada empat objek forma, antara lain:
1. Sistem komunikasi yang terdiri dari 11 komponen.
2. Jenjang atau level komunikasi yang terdiri dari 9 jenjang atau level.
3. Tradisi komunikasi yang terdiri dari 7 tradisi.
4. Metakomunikasi itu ada kurang lebih ratusan atau bahkan ribuan teori
yang saling terkait didalam sebuah bangunan struktur teori komunikasi.
Ketika mengkaji objek formal ilmu komunikasi di sinilah seorang
peneliti menggunakan paradigma. Jadi, paradigma ini merupakan kacamata
yang digunakan peneliti untuk mengkaji fenomena-fenomena komunikasi
dengan lebih kecil atau lebih spesifik sesuai dengan minat, sesuai dengan
keinginan, dan minat atau kompetensi peneliti ketika ingin mengkaji suatu
fenomena.
B. Pengertian, Sifat Dan Contoh Paradigma Konstruktivisme Dalam
Penelitian Komunikasi
Paradigma kritis adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan
epistemologi kritik marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya.
Menurut Ibrahim, penelitian-penelitian komunikasi kritis menunjukkan
konsepsi yang berbeda mengenai antarrelasi berbagai elemen dalam kehidupan
sosial, seperti masyarakat, negara, pasar (ekonomi), komunikasi, dan budaya.1
Paradigma konstruktivisme itu menganggap realitas sosial itu tidak
terjadi secara alami tapi dibangun di konstruk (melalui prosesnya). Jadi,
paradigma konstruktivisme itu berusaha melihat dan mengkaji proses produksi
sebuah pesan dan penyajian makna. Yang membedakan paradigma
konstruktivisme dengan paradigma yang lainnya, yaitu paradigma positivistik
lebih menekankan pada objek dan post positivistik lebih menekankan pada
subjek. Paradigma konstruktivisme tidak memisahkan antara subjek dengan
objek atau sumber dan penerima, karena menganggap subjek itu sebagai sentra
dalam wacana atau bunga sosial, tapi objek itu juga merupakan suatu bagian
dalam proses hubungan subjek dan objek yang berkaitan dan
berkesinambungan.
Paradikma konstruktivisme ini melihat tidak mungkin kita bisa
memisahkan subjek dan objek atau pengirim dan penerima dikatakan proses
dan produksi pasti ada sumber ada penerimanya. Paradigma konstruktivisme
mempelajari proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis
maupun institusional.
Teori yang biasa kita gunakan untuk mengkaji paradigma
konstruktivisme ini antara lain content analysis atau teori analisis isi yang
terbagi lagi menjadi banyak ragam, seperti analisis wacana, analisis semiotik

1
Khalik, Abdul. Desember 2018. “Paradigma Kritik Penelitian Komunikasi (Pendekatan Kritis-
Emansipatoris Dan Metode Etnografi Kritis)”. Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, https://core.ac.uk/. 21
Maret 2023.
dan analisis framing. Jadi, ketika peneliti melakukan penelitian menggunakan
analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing berarti peneliti ingin
tahu bagaimana satu pesan itu dikonstruksi.
Paradigma konstruktivisme ini ingin melihat bagaimana sebuah
kejadian itu dibentuk, diproses, diproduksi sehingga tidak membedakan antara
sumber dan penerima subjek dan objek. Di dalam tradisi terdapat teori
sibernetik dan teori sistem, analisis konten dan analisis wacana yang dapat
dikategorikan sebagai paradigma konstruktivisme. Jadi, bisa saja nanti anda
penelitian hanya untuk mengetahui bagaimana pesan itu diproduksi. Contoh
menganalisis pesan dakwah moderasi beragama itu berarti mengkaji bagaimana
sebuah pesan itu dibuat, menggunakan analisis, apakah analisis framing,
analisis wacana atau analisis semiotika. Namun, jenis analisis ini semuanya
beda-beda. Analisis wacana lebih kepada struktur, analisis semiotik pada
makna, analisis framing itu pada ideologi dari sebuah pesan.

C. Pengertian, Sifat Dan Contoh Paradigma Kritis Dalam Penelitian


Komunikasi
Paradigma kritis ini mengkritisi paradigma konstruktivisme yang hanya
mempelajari proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis
maupun institusional. Paradigma kritis menganggap bahwa paradigma
konstruktivisme hanya melihat proses produksi tapi tidak mengkaji apa motif
dan tujuan ketika makna atau proses produksi itu dilakukan. Jadi, menurut
paradigma kritis jika memproduksi satu pesan atau makna, tentu ada tujuan
dan motifnya. Bisa tujuannya politik, tujuan ekonomi maupun ideologi.
Contohnya membuat satu pesan yang ternyata pesan ini mengandung
satu kritikan terhadap satu penyimpangan sehingga diharapkan dari pesan ini
terjadi satu perubahan. Berarti ini merupakan paradigma kritis karena tujuan
dari paradigma kritis yaitu membuat pesan untuk menciptakan suatu perubahan.
Contoh teori dalam paradigma kritis misalnya teori feminis, teori marx, teori
wacana kritis. Teori-teori yang memang ingin adanya satu perubahan sosial
adanya satu peningkatan dan perbaikan-perbaikan dalam kehidupan
berdasarkan pemikiran-pemikiran kritis.
Paradikma kritis mengkritisi pada paradigma konstruktivis karena
menganggap kalau hanya meneliti bagaimana proses produksi pesan maka kita
tidak mengetahui apa tujuan pesan itu diproduksi. Menurut paradigma kritis itu
lebih penting, misalnya membuat konten dakwah, jik aliran konstruktivisme
peniliti cuma meneliti apa judulnya, kata-kata, dan maknanya tapi tidak tahu
apa sebenarnya maksud alasan motif dibuatnya pesan itu.
DAFTAR PUSTAKA

Khalik, Abdul. 2018. Paradigma Kritik Penelitian Komunikasi (Pendekatan Kritis-


Emansipatoris Dan Metode Etnografi Kritis). Jurnal Tabligh, vol. 19, 2, 166.

Anda mungkin juga menyukai