Paradigma Positivisme
Paradigma positivisme menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi
merupakan sebuah proses linier atau proses sebab akibat yang mencerminkan upaya
pengirim pesan untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif (Ardianto,
2009). Jadi, paradigma Positivisme ini memandang proses komunikasi ditentukan
oleh pengirim (source-oriented). Berhasil atau tidaknya sebuah proses komunikasi
bergantung pada upaya yang dilakukan oleh pengirim dalam mengemas pesan,
menarik perhatian penerima ataupun mempelajari sifat dan karakteristik penerima
untuk menentukan strategi penyampaian pesan.
Teori yang termasuk dalam paradigma positivisme diantaranya yaitu Teori
Agenda Setting dan Teori Kulitivasi (Cultivation Theory).
1.
2.
Teori Kultivasi
Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang
dari televisi pada khalayak. Teori ini merupakan salah satu teori komunikasi
massa yang dikembangkan oleh George Gerbner dan Larry Gross dari
University of Pennsylvania. Teori kultivasi ini berasal dari beberapa proyek
satu
contohnya
yaitu
pemirsa/penonton
televisi
yang
Paradigma Konstruktivisme
Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah
realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi
analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa
atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam
studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai
paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma
positivis atau paradigma transmisi.
Paradigma
Konstruktivisme
menolak
pandangan
positivisme
yang
kembali dan penguatan di tahun 1970an dan 1980an. Teori ini pertama kali
diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut.
Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam
proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang
paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media
mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Misalnya, seseorang merupakan sekelompok konsumen aktif yang
secara sadar menggunakan media dengan memilih media yang tepat untuk
memenuhi kebutuhannya dalah hal informasi atau yang lainnya, baik personal
maupun sosial yang diubah menjadi motif-motif tertentu.
2. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik dikenalkan oleh George Harbert Mead
(1863-1931). Teori interaksionisme simbolik mulai berkembang pada
pertengahan abad ke-20. Teori
Paradigma Kritis
Paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan kontruktivisme yang
kurang sensitif pada proses produksi dan reprosuksi makna yang terjadi secara
historis
maupun
intitusional.
Analisis
teori
kritis
tidak
berpusat
pada