Anda di halaman 1dari 13

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK

DI SUSUN OLEH:

Nama: Muh Rifky


Nim: 105651102118
Kelas: IK2A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Teori Interaksi Simbolik”. Dalam penulisannya, kami memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis, kepada orang tua penulis yang telah
memberikan dukungan dan bantuan materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan sumbang saran
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memperbaiki isi maupun
teknik penulisannya yang akan penulis terima dengan lapang dada.
Semoga aktivitas keseharian kita senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT dan
semoga makalah ini dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi kita semua. Aamiin
Yarabbal Alamin.

Makassar, 23 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik …………………….……….. 2
B. Konsep Interaksionisme Simbolik………………………………………....3
C. Asumsi Dasar dan Prinsip Interaksionisme Simbolik…………………... 5

BAB III PENUTUP


Kesimpulan………………………………………………………………….. 9
Saran………………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu mempengaruhi
dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi.
Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah
entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses
pengalaman dan aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat
simbolik, di mana makna-makna dibentuk oleh akal budi manusia.
Interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi, atau
oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini ekuivalen dengan pelibatan
proses interpretasi antara stimulus dan respon dalam kasus perilaku manusia. Pendekatan
interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif
ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Pendekatan interaksionisme simbolik
berkembang dari sebuah perhatian ke arah dengan bahasa; namun Mead mengembangkan hal
itu dalam arah yang berbeda dan cukup unik. Pendekatan interaksionisme simbolik
menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual.
Interaksi merupakan proses timbal balik, di mana suatu kelompok dipengaruhi
tingkah laku reaktif pihak lain. Dengan demikian, ia memengaruhi tingkah laku orang lain.
Seseorang memengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak dapat berupa kontak
fisik langsung maupun tidak langsung.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik
2. Apa-apa Sajakah Konsep Interaksionisme Simbolik
3. Mengemukakan Asumsi Dasar dan Prinsip Interaksionisme Simbolik
4. Mengemukakan Konsep Kunci Interaksi Simbolik

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini kami susun dimaksudkan dengan bertujuan agar kita dapat mengetahui
sebenarnya Teori Interaksionisme Simbolik itu seperti apa sebenarnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksionisme Simbolik


Teori interaksionisme-simbolik dikembangkan oleh kelompok The Chicago School
dengan tokoh-tokohnya seperti Goerge H.Mead dan Herbert Blummer. Terdapat dua
pengertian mengenai interaksionisme simbolik atau teori interaksi yang diutarakan oleh
para ahli, yaitu :
Herbert Blumer mendefinisikan interaksionisme simbolik atau teori interaksi simbolik
sebagai sebuah proses interaksi dalam rangka membentuk arti atau makna bagi setiap
individu.
Scott Plunkett mendefinisikan interaksionisme simbolik sebagai cara kita belajar
menginterpretasi serta memberikan arti atau makna terhadap dunia melalui interaksi kita
dengan orang lain.
Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa
(1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu”
itu bagi mereka.
(2) Makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang
lain”, dan
(3) Makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses
interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak
mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini
lebih merupakan produk interaksi simbolis.
Bagi H. Blumer, “sesuatu” itu – biasa diistilahkan “realitas sosial” – bisa berupa
fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal,
dan apa saja yang patut “dimaknakan”.
Sebagai realitas sosial, hubungan “sesuatu” dan “makna” ini tidak inheren, tetapi
volunteristrik. Sebab, kata Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih
dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa,
mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam
kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.
Dengan demikian, pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang
telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus
disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan
pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa
tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan
kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam”
(sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada
pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-
indication.

2
B. Teori interaksi simbolik memiliki tiga konsep utama, yaitu :
 Pentingnya makna bagi perilaku manusia
Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa makna diciptakan melalui
interaksi dan dimodifikasi melalui interpretasi. Teori ini juga mengasumsikan bahwa
bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya tergantung pada makna yang
diberikan oleh oleh manusia lainnya. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi tanpa
adanya makna yang dibagikan. Kita akan mudah berkomunikasi dengan mereka yang
memiliki kesamaan bahasa dengan kita dibandingkan dengan jika kita berkomunikasi
dengan mereka yang tidak memiliki kesamaan bahasa dengan kita.
Misalnya dalam konteks komunikasi antar budaya. Orang jawa menggunakan
kata “jangan” untuk merujuk kata “sayur”. Namun jika orang Betawi ketika sedang
makan ditawari sayur oleh orang jawa dengan menyebut “jangan” maka orang Betawi
tersebut justru merasa tidak boleh mengambil sayur tersebut. Akibatnya komunikasi
menjadi tidak efektif.
 Pentingnya konsep diri
Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa konsep diri dikembangkan
melalui interaksi dengan orang lain dan memberikan motif dalam berperilaku.
Menurut William D. Brooks, konsep diri merupakan persepsi tentang diri kita yang
bersifat psikologi, sosial, dan fisik yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi
dengan orang lain.
Memiliki konsep diri memaksa orang untuk membangun tindakan dan pikiran
mereka secara positif dibandingkan hanya sekedar mengekspresikannya kepada orang
lain. Tema ini mempertimbangkan pula validitas self-fulfilling prophecy atau
kepercayaan bahwa orang akan berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi
harapan mereka sendiri.
 Hubungan antara individu dan masyarakat
Teori ini juga mengasumsikan bahwa budaya dan proses sosial mempengaruhi
manusia dan kelompok dan karenanya struktur sosial ditentukan melalui jenis-jenis
interaksi sosial. Teori ini mempertimbangkan bagaimana norma masyarakat dan
budaya menjadi perilaku individu.
Teori interaksi simbolik adalah teori yang dibangun sebagai respon terhadap
teori-teori psikologi aliran behaviorisme, behaviorisme, etnologi, serta struktural-
fungsionalis. Teori ini sejatinya dikembangkan dalam bidang psikologi sosial dan
sosiologi dan memiliki seperangkat premis tentang bagaimana seorang diri individu
(self) dan masyarakat (society) didefinisikan melalui interaksi dengan orang lain
dimana komunikasi dan partisipasi memegang peranan yang sangat penting.
Dalam tradisi pendekatan dalam penelitian ilmu komunikasi, teori interaksi
simbolik berakar pada semiotika dan fenomenologi Sehingga dapat dikatakan bahwa
interaksionisme simbolik merupakan sebuah teori yang paling berpengaruh dalam
sejarah bidang studi komunikasi.

3
C. Asumsi Dasar
Sebagaimana yang telah kita pahami bersama bahwa komunikasi adalah
proses pembentukan makna melalui pesan, baik pesan verbal maupun pesan
nonverbal yang berupa simbol-simbol, tanda-tanda, dan perilaku. Makna sebagai
pemahaman pesan yang diberikan oleh orang lain tidak dapat terjadi kecuali kedua
belah pihak atau para partisipan komunikasi dapat memperoleh makna yang sama
bagi setiap kata, frasa, atau kode verbal yang ada.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa teori interaksi simbolik tidak
seperti teori komunikasi lainnya yang mengasumsikan komunikasi secara sederhana
sebagai sebuah pertukaran pesan atau transmisi pesan yang terjadi diantara dua
individu sebagaimana digambarkan dalam berbagai model komunikasi yang telah kita
kenal sebelumnya. Teori interaksi simbolik berpendapat bahwa diri (self) dan
masyarakat (society) dibentuk, dikonsep ulang, dan diciptakan ulang dengan dan
melalui proses komunikatif.
Adapun intisari dari asumsi dasar teori interaksi simbolik adalah sebagai berikut
 Manusia adalah hasil ciptaan yang unik karena memiliki kemampuan dalam
menggunakan berbagai macam simbol.
 Manusia memiliki karakterstik sebagai manusia melalui interaksi yang dilakukan
dengan manusia lainnya.
 Manusia adalah makhluk sadar yang memiliki self-reflective dan secara aktif
membentuk perilaku mereka sendiri.
 Manusia adalah makhluk tujuan yang bertindak di dalam dan terhadap suatu situasi
tertentu.
 Masyarakat manusia terdiri dari individu-individu yang terikat dalam interaksi
simbolik.
 Tindakan sosial hendaknya menjadi unit dasar bagi analisis psikologi sosial.
 Untuk memahami tindakan sosial setiap individu, kita perlu menggunakan berbagai
metode yang memungkinkan kita untuk melihat makna yang diberikan oleh mereka
terhadap tindakan yang dilakukan.

D. Prinsip Utama dalam Teori Interaksi Simbolik


Menurut Herbert Blumer, teori interaksi simbolis menitikberatkan pada tiga
prinsip utama komunikasi yaitu meaning, language, dan thought.
 Meaning
Berdasarkan teori interaksi simbolis, meaning atau makna tidak
inheren ke dalam obyek namun berkembang melalui proses interaksi sosial
antar manusia karena itu makna berada dalam konteks hubungan baik keluarga
maupun masyarakat. Makna dibentuk dan dimodifikasi melalui proses
interpretatif yang dilakukan oleh manusia.

4
 Language
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk menamakan
sesuatu. Bahasa merupakan sumber makna yang berkembang secara luas
melalui interaksi sosial antara satu dengan yang lainnya dan bahasa disebut
juga sebagai alat atau instrumen. Terkait dengan bahasa, Mead menyatakan
bahwa dalam kehidupan sosial dan komunikasi antar manusia hanya mungkin
dapat terjadi jika kita memahami dan menggunakan sebuah bahasa yang sama.
 Thought
Thought atau pemikiran berimplikasi pada interpretasi yang kita
berikan terhadap simbol. Dasar dari pemikiran adalah bahasa yaitu suatu
proses mental mengkonversi makna, nama, dan simbol. Pemikiran termasuk
imaginasi yang memiliki kekuatan untuk menyediakan gagasan walaupun
tentang sesuatu yang tidak diketahui berdasarkan pengetahuan yang diketahui.
Misalnya adalah berpikir

E. Konsep Kunci Interaksi Simbolik


Dalam bukunya Mind, Self, and Society (1934), George Herbert Mead
menggambarkan bagaimana pikiran individu dan diri individu berkembang melalui
proses sosial. Mead menganalisa pengalaman dari sudut pandang komunikasi sebagai
esensi dari tatanan sosial. Bagi Mead, proses sosial adalah yang utama dalam struktur
dan proses pengalaman individu. Berdasarkan judul bukunya, maka dalam
interaksionisme simbolik terdapat tiga konsep kunci utama yaitu mind, self, dan
society.
1. Mind
Menurut Mead, mind berkembang dalam proses sosial komunikasi dan tidak
dapat dipahami sebagai proses yang terpisah. Proses ini melibatkan dua fase yaitu
conversation of gestures (percakapan gerakan) dan language (bahasa). Keduanya
mengandaikan sebuah konteks sosial dalam dua atau lebih individu yang berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya.
Mind hanya tampil manakala simbol-simbol yang signifikan digunakan dalam
komunikasi. Mind adalah proses yang dimanifestasikan ketika individu berinteraksi
dengan dirinya sendiri dengan menggunakan simbol-simbol signifikan yaitu simbol
atau gestur dengan interpretasi atau makna. Mind juga merupakan komponen individu
yang menginteruspsi tanggapan terhadap stimuli atau rangsangan. Adalah mind yang
meramal masa depan dengan cara mengeksplorasi kemungkinan tindakan keluaran
sebelum dilanjutkan dengan tindakan.
2. Self
Self diartikan melalui interaksi dengan orang lain. Self merujuk pada
kepribadian reflektif dari individu. Self adalah sebuah entitas manusia ketika ia
berpikir mengenai siapa dirinya.

5
Untuk memahami konsep tentang diri, adalah penting untuk memahami
perkembangan diri yang hanya mungkin terjadi melalui pengambilan peran. Agar kita
bisa melihat diri kita maka kita harus dapat mengambil peran sebagai orang lain untuk
dapat merefleksikan diri kita. Pengambilan peran ini merupakan bagian yang sangat
penting dalam pengembangan diri. Gambaran mental inilah yang oleh Charles H.
Cooley dinamakan dengan looking glass-self dan dibentuk secara sosial.
Menurut Mead, self dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu :
 Tahap persiapan – imitasi yang tidak berarti
 Tahap bermain – terjadi bermain peran namun bukan merupakan konsep yang
menyatu dalam perkembangan diri
 Tahap permainan – merupakan tahap perkembangan diri.
Self adalah fungsi dari bahasa. Seorang individu harus menjadi anggota suatu
komunitas sebelum kesadaran diri membentuknya. Self merupakan proses yang
berlangsung terus menerus yang mengkombinasikan “I” dan “Me”. Oleh karena itu,
dalam self terdiri dari dua bagian, yaitu “I” dan “Me”.
 I – diri yang aktif, merupakan kecenderungan impulsif dari diri individu,
bersifat spontan, dan juga merupakan aspek dari eksistensi manusia yang tidak
terorganisasi.
 Me – merupakan diri yang menjadi objek renungan kita atau merupaka
gambaran diri yang dilihat melalui cermin diri dari reaksi yang diberikan oleh
orang lain.
Menurut Mead, suatu tindakan diawali dalam bentuk “I” dan diakhiri dalam
bentuk “Me”. “I” memberikan tenaga penggerak sementara “Me” memberikan
arahan. “I” bersifat kreatif dan spontan yang tersedia bagi perubahan dalam
masyarakat. Karenanya dalam konsep self adalah sesuatu yang kuat dan komprehensif
memahami bagaimana fungsi manusia dalam masyarakat dan fungsi masyarakat itu
sendiri. Konsep tersebut juga sekaligus menunjukkan hubungan antara individu dan
masyarakat.
Menurut Bernard M. Meltzer terdapat 3 (tiga) implikasi dari kepribadian
(selfhood), yaitu :
 Kepemilikan diri membuat individu dari sebuah masyarakat dalam bentuk
miniatur, manusia dapat melibatkan diri dalam interaksi, mereka dapat
memandang diri mereka sendiri dalam cara pandang yang baru.
 Kemampuan untuk bertindak terhadap diri sendiri membuat kemungkinan
sebuah pengalaman batin yang tidak perlu mencapai ekspresi secara terang-
terangan, manusia dapat memiliki kehidupan mental.
 Seorang individu dengan dirinya dapat mengarahkan dan mengendalikan
perilakunya.

6
3. Society
Society atau masyarakat dibentuk melalui interaksi antar individu yang
terkoordinasi. Menurut Mead, interaksi yang tejadi pada manusia menempati
tingkatan tertinggi bila dibandingkan makhluk lainnya. Hal ini dikarenakan
digunakannya berbagai macam simbol signifikan yaitu bahasa. Meskipun terkadang
manusia memberikan respon atau tanggapan secara otomatis dan tanpa berpikir
panjang terhadap gestur manusia lainnya, interaksi manusia ditransformasikan dengan
kemampuannya untuk membentuk dan menginterpretasikan secara langsung dengan
menggunakan sistem simbol konvensional.
Komunikasi manusia memiliki makna dalam gerakan simbolik dan tidak
meminta tanggapan langsung. Manusia harus menafsirkan setiap gerakan dan
menentukan makna mereka. Dikarenakan komunikasi manusia melibatkan interpretasi
dan penugasan makna maka hal tersebut dapat terjadi ketika ada consensus dalam
makna. Makna simbol hendaknya dibagikan dengan manusia lainnya.
Makna bersama selalu terjadi melalui pengambilan peran. Untuk
menyelesaikan suatu tindakan, pelaku harus menempatkan dirinya pada posisi orang
lain. Perilaku dipandang sebagai sosial tidak hanya ketika memberikan respon
terhadap orang lain melainkan juga ketika telah tergabung di dalam perilaku orang
lain. Manusia menanggapi diri mereka sebagaimana orang lain menanggapi mereka
dan dengan demikian mereka berbagi perilaku orang lain secara imaginer.

Contoh Kasus: “Pengaruh Gadget pada masyarakat Indonesia”


Penggunaan tekhnologi khususnya gadget merambah dunia perkembangan
komunikasi maupun dunia pergaulan masyarakat. Kelas sosial tidak lagi menjadi
patokan seseorang dikatakan orang tersebut “pasti” menggunakan jenis gadget apa
yang ia gunakan. Bahkan masyarakat strata bawah maupun atas “sekelas” dalam
penggunaan gadget. Motivasi terbesar mereka hanyalah masalah image dan prestise,
bahwa ingin merasa disamakan dan diakui keberadaannya jika menggunakan gadget
tertentu. Contoh kasus yang fenomena saat ini : para penjual jasa seperti tukang ojek,
jika dilihat dari segi pecitraan mereka termasuk golongan masyarakat menengah
kebawah, akan tetapi gadget yang mereka gunakan hamper sama dengan gadget yang
digunakan oleh masyarakat golongan strata menengah keatas. Alasan klasik yaitu
memenuhi kebutuhan hidup yag semakin meningkat dan memaksa setiap individu
untuk memenuhi nya.
Analisis Kasus:
Dalam masyarakat maju, budaya konsumerisme masal telah memaksa individu
dan masyarakat untuk memperjelas diri dan orang lain dalam kaitan dengan benda
yang dimliki. Banyak orang menggambarkan barang-barang milik sebagai citra diri.
Apabila orang itu kehilangan barang tersebut, ia akan mengalami siksaan pribadi atau
penurunan harga diri.(Lury, 1998:10)

7
Berkaitan dengan gadget, ada dua hal yang berkaitan dengan kepemilikan
benda tersebut
1. Mereka baranggapan bahwa dengan memiliki benda tersebut maka pamor dan
gengsinya akan naik. Dan ada kecenderungan ia ingin memperlihatkan
miliknya kepada orang lain baik yang mempunyai gadget ataupun tidak.
Dengan cara ini, pemilik gadget ingin menunjukkan siapa dirinya, status
ekonomi ataupun kelasnya.
2. Dengan memiliki gadget merk termahal dan seri terbaru dengan fitur-fitur
unggulan, si pemilik ingin menunjukkan kelas sosialnya karena kepemilikan
gadget merk terbaru, seri terbaru termasuk keluarga yang “the have” atau
berada. Dengan demikian ukuran kesuksesan seseorang seringkali dilihat dari
jenis gadget yang dimilikinya.
Menurut teori Mead yang dimana dijelaskan ada 4 tahap tindakan interaksi
simbolik:
 Impuls. Pada kasus ini subjek memiliki dorongan dalam diri untuk memiliki
barang tersebut agar status sosialnya diakui/dihargai.
 Persepsi. Menurut subjek, jika seseorang memiliki gadget terbaru maka orang
tersebut dianggap orang berada, orang modern/keren.
 Manipulasi. Pada tahap ini subjek akan melakukan berbaga tindakan agar
mendapatkan gadget yang diharapkan tersebut, baik dengan cara yang benar
ataupun salah.
 Konsumasi. Dengan begitu, subjek dapat menunjukkan kepada masyarakat
sosial bahwa subjek itu mampu mengikuti perkembangan zaman.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Teori interaksi simbolik adalah teori yang dibangun sebagai respon terhadap
teori-teori psikologi aliran behaviorisme, behaviorisme, etnologi, serta struktural-
fungsionalis. Teori ini sejatinya dikembangkan dalam bidang psikologi sosial dan
sosiologi dan memiliki seperangkat premis tentang bagaimana seorang diri individu
(self) dan masyarakat (society) didefinisikan melalui interaksi dengan orang lain
dimana komunikasi dan partisipasi memegang peranan yang sangat penting.

Saran
Untuk memahami perkembangan diri yang hanya mungkin terjadi melalui
pengambilan peran. Agar kita bisa melihat diri kita maka kita harus dapat mengambil
peran sebagai orang lain untuk dapat merefleksikan diri kita. Pengambilan peran ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam pengembangan diri. Agar tercipta
proses interaksi yang baik sebaiknya semua interaksi antar individu manusia
melibatkan suatu pertukaran simbol.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://ullank-007.blogspot.com/2014/01/makalah-teori-intraksionisme-simbolik.html
https://pakarkomunikasi.com/teori-interaksi-simbolik
https://communicationdomain.wordpress.com/2010/12/18/teori-interaksionisme-
simbolik/
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=24&cad=rja
&uact=8&ved=2ahUKEwi3-
6zGvM3jAhWi73MBHdR9CoM4FBAWMAN6BAgFEAI&url=https%3A%2F%2Ff
psiuht2012.files.wordpress.com%2F2014%2F07%2Fmakalah-kelompok-sosial_fix-
2007.docx&usg=AOvVaw1OX4DMpw9v9m5Id8L2Gv8H

10

Anda mungkin juga menyukai