Anda di halaman 1dari 23

RESUME PENGANTAR ILMU SOSIOLOGI

“KELOMPOK DALAM MASYARAKAT”


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosiologi

DI SUSUN OLEH :

NAMA : MOHAMMAD NUR SHOBAH


KELAS : H-6
NPP : 30.0697

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN
JATINANGOR
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul " Kelompok Dalam Masyarakat ”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mu’tamiruddin S.Ag, M.si ,


selaku Dosen Praktik Perpolisian Tata Pamong dengan mata kuliah pengantar ilmu
sosiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Jatinangor, 31 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ............................................................................................ 1

Daftar Isi ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 3

A. Latar Belakang ....................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 5

A. Manusia Sebagai Makhluk Yang Hidup Berkelompok ........... 5

B. Pengertian Sistem Sosial .......................................................... 12

C. Unsur-Unsur Terbentuknya Interaksi Sosial ........................... 14

D. Bentuk-Bentuk Proses Sosial ................................................... 17

BAB III KESIMPULAN ............................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia
lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi, manusia
tidak bisa hidup seorang diri, hal ini disebabkan karena, manusia mempunyai hasrat, keinginan,
dan rasa untuk membentuk dirinya sebagai manusia utuh dan dapat hidup bersama dengan
manusia lainnya. Keinginan untuk berkelompok adalah hakikat manusia sebagai makhluk
sosial. Semenjak dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan,
sehingga dia disebut social animal atau hewan yang memiliki naluri untuk senantiasa hidup
bersama. Sebagai social animal manusia mempunyai naluri yang disebut “gregariousness”
yaitu naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. (Soejono Soekanto, 2004: 25).

Suatu keseluruhan dari tindakan – tindakan sosial yang tumbuh dan berkembang dan
disepekati oleh seluruh anggota masyarakat dan membentuk norma yang terbentuk dari
interaksi sosial dari masyarakat tersebut dinamakan dengan sistem sosial. Sistem social pada
dasarnya terbentuk dari interaksi antar individu yang berkembang menurut standar penilain
dari kesepakatan bersama, yaitu berpedoman pada norma-norma social. Dari interaksi tersebut
terbentuklah Interaksi sosial,menurut Soejono Soekanto (2012:55) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan
mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal
balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam
masyarakat. Secara teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi
sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk yang hidup berkelompok ?

2. Apa yang dimaksud dengan sistem sosial ?

3. Apa saja unsur-unsur terbentuknya interaksi sosial ?

4. Bagaimana bentuk-bentuk proses sosial ?

3
Tujuan

1. Mengetahui bahwa manusia sebagai makhluk yang hidup berkelompok

2. Mengetahui yang dimaksud sistem sosial

3. Mengetahui unsur-unsur terbentuknya interaksi sosial

4. Mengetahui bentuk-bentuk proses sosial

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Yang Hidup Berkelompok

a. Manusia sebagai Makhluk Individu

Dalam bahasa Latin individu berasal dari kata individuum, artinya tak terbagi.
Dalam bahasa Inggris Individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya
tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Namun individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu
sebagai manusia perseorangan (Setiadi dkk, 2008).

Individu adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia “perseorangan” atau “orang seorang” yang memiliki keunikan. Setiap manusia
memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari
sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri fisik
dan psikis yang persis sama. Setiap anggota fisik manusia tidak ada yang persis sama,
meskipun sama-sama terlahir sebagai manusia kembar (Setiadi dkk, 2008).

Setiap manusia memiliki ciri khas yang berbeda. Baik itu ciri fisik maupun ciri
psikisnya. Tidak mungkin seorang manusia memiliki ciri khas yang sama persis dengan
orang lain. bahkan seseorang yang di katakan kembar identik pun pasti memiliki ciri
khas yang berbeda, misal dari sidik jarinya. Keunikan dan ciri khas masing-masing
orang itulah yang dijadikan faktor pembeda antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain.

Walaupun secara umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama, tetapi
kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-
perbedaan. Perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat, dan lain-lainnya. Kita
dapat membedakan seseorang dari orang lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan
yang ada, baik pada perbedaan fisik maupun psikis. Begitu pula dalam kumpulan atau
kerumunan ribuan atau jutaan manusia, kita tetap dapat mengenali seseorang yang
sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita kenal. Seperti di tengah-
tengah pasar yang penuh orang atau di lapangan di mana berkumpul ribuan orang, kita
akan dapat mengenali orang yang sudah kita kenal. Sebaliknya, bila hal terjadi pada
kumpulan atau kerumunan hewan atau binatang, sulit bagi kita untuk mengenali satu
hewan di tengah ribuan hewan yang sejenis (Suratman dkk, 2013).

5
Ciri-ciri seseorang tidak hanya bisa dilihat melalui fisiknya saja, tetapi juga
dapat dilihat dari sifatnya dan karakter seseorang tersebut. Jika dilihat dari fisiknya,
seseorang dapat dibedakan menjadi orang yang gemuk, orang yang kurus, tinggi,
langsing, pendek, mancung, tidak mancung, bermata sipit, bermata bundar, berkulit
putih, hitam atau berkulit sawo matang. Jika dilihat dari sifatnya, seseorang dapat
dibedakan menjadi orang yang penyabar, pendiam, cerewet, sombong, pemalas, rajin
dan lainnya.

b. Manusia sebagai Anggota Masyarakat

Manusia saat dilahirkan seorang diri, tetapi manusia akhirnya harus


bermasyarakat. Manusia tidak sama seperti makhluk lainnya, misalnya hewan. Hewan
tidak membutuhkan pertolongan hewan lainnya untuk dapat hidup. Sejak hewan masih
kecil, ia sudah dapat mencari makanannya sendiri. Ia sudah dapat berjalan sendiri, dan
pergi kemanapun. Karena hewan dibekali naluri kehewanannya dan alat-alat fisik yang
dapat menunjang kemandiriannya untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Tetapi manusia tidak demikian, saat manusia masih baru dilahirkan, ia tidak
dapat melakukan aktivitasnya seorang diri. Ia tidak dapat langsung berjalan sendiri dan
mencari makanannya sendiri. Harus ada peran orang lain yang membantunya
beraktivitas dan mencarikan makanan untuknya. Manusia tidak dibekali dengan alat-
alat fisik seperti pada hewan. Tetapi manusia dibekali fikiran dan akal yang jauh lebih
sempurna dibandingkan hewan. Dengan akal fikiran manusia bisa memanfaatkannya
untuk mencari alat-alat yang diperlukan untuk memenuhi kehidupannya. Jadi dengan
akal yang dimilikinya, manusia dapat menciptakan alat-alat yang suatu saat dapat
digunakan untuk kepentingan atau kelangsungan hidupnya.

Dalam kehidupan sehari-harinya, manusia tidak terlepas dari pengaruh orang


lain. dalam mencukupi kebutuhannya manusia membutuhkan orang lain. Dalam
lingkungan sosialnya misalnya dalam pergaulannya, manusia membutuhkan orang lain.
Dari sejak manusia terlahir ke muka bumi, manusia membutuhkan peran orang lain.
Seperti saat seorang wanita yang hendak melahirkan, ia butuh dokter atau bidan untuk
keperluan kelahirannya. Saat sang bayi telah terlahir, ia membutuhkan ibunya untuk
memberikannya makanan berupa ASI. Seseorang yang ingin mencari makanan juga
membutuhkan orang lain, seperti para pedagang. Para pedagang juga membutuhkan
orang lain untuk mencarikan bahan dagangannya, misalnya saja petani, nelayan atau
peternak. Semuanya saling berhubungan dan saling ketergantungan satu dengan yang
lain. Maka seseorang tentu tidak bisa melaksanakan aktivitasnya secara total hanya
seorang diri, melainkan membutuhkan tenaga orang lain.

Sebagai anggota masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain, dan oleh
karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. perilaku manusia
dipengaruhi orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya,

6
seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat
respons positif dari orang lain (pujian) (Suratman dkk, 2013).

Karena manusia adalah makhluk sosial, mereka berinteraksi dengan yang lain.
tetapi tidak selamanya interaksi itu berjalan dengan baik, terkadang menimbulkan hal-
hal lain yang negatif. Dalam hubungan antar anggota dan kelompok masyarakat, kita
sering dihadapkan dengan perbedaan-perbedaan. Misalnya, orang Jawa memiliki
kebiasaan dan sifat-sifat yang khas, orang Sunda, Batak, Ambon, Padang dan yang
lainnya juga begitu. Terkadang ada sikap negatif yang diperlihatkan oleh satu kelompok
masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Sikap khas yang sering
ditampilkan itu disebut prasangka (Setiadi dkk, 2008).

Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun


dalam kaitannya dengan hubungan antar kelompok, istilah ini mengacu pada sikap
permusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa
kelompok tersebut mempunyai ciri-ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini dinamakan
prasangka, sebab dugaan yang dianut orang yang berprasangka tidak didasarkan pada
pengetahuan, pengalaman ataupun bukti-bukti yang cukup memadai. Orang yang
berprasangka bersifat tidak rasional dan berada di bawah sadar sehingga sukar diubah,
meskipun orang yang berprasangka tersebut diberi penyuluhan, pendidikan atau bukti-
bukti yang menyangkal kebenaran prasangka yang dianut (Suratman dkk, 2013).

1. Hakekat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial

Dalam bahasa Inggris kata masyarakat disebut society, asal katanya socius yang
berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syirk, artinya
bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup yang
bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur
kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan (Soelaeman, 1989).

Dalam masyarakat manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Mereka hidup


berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi itulah manusia harusnya memiliki suatu
etika hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Nilai erat hubungannya dengan masyarakat, baik dalam bidang etika yang
mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai
makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang objektif, apabila ia
memandang nilai itu ada tanpa ada yang menilainya, tetapi ada sebagian sesuatu yang
ada dan menuntun manusia dan kehidupannya. Jadi nilai memang tidak akan ada dan
tidak akan hadir tanpa hadirnya penilaian. Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek
penilaian (Hartomo, 1997).

Unsur masyarakat yang melekat adalah kebudayaan. Dimana budaya yang


timbul dalam masyarakat dapat berupa tradisi, nilai, norma, upacara-upacara yang

7
sudah melekat dalam interaksi sosial warga masyarakat. Manusia sejak ia lahir selalu
terikat dengan masyarakat. Masyarakat di sini dapat dihitung dari konteks masalah
lingkungan. Sejak lahir manusia akan selalu berkaitan dengan lingkungan sekitarnya.
Setiap masyarakat akan menerima pengaruh dari lingkungan sosial yang disebut
masyarakat.

Penyebab manusia hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain


yaitu karena seseorang harus bergaul dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan itu dapat
terwujud manakala seorang individu berbicara, berinteraksi dan saling berhubungan
dengan masyarakat lain agar terciptanya lingkungan sosial atau interaksi sosial dalam
masyarakat.

Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling


mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Unsur saling
memerlukan muncul karena setiap manusia sebagai anggota masyarakat tidak bisa
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Jadi ada saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Dan disinilah
sesungguhnya makna manusia sebagai makhluk sosial (Suratman dkk, 2013).

Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu:

a) Faktor imitasi (peniruan)

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain
melalui sikap, penampilan, gaya hidup atau apa saja yang dimiliki oleh orang lain
tersebut. Misalnya seorang anak meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya, baik cara
berbicara atau tutur kata, cara berjalan, cara berpakaian dan sebagainya. Proses imitasi
yang dilakukan oleh seseorang berkembang dari lingkup keluarga kepada lingkup
lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan tetangga, lingkungan sekolah dan
lingkungan kerja, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pergaulan orang
tersebut. ruang lingkup imitasi menjadi semakin luas seiring dengan berkembangnya
media massa terutama media audio-visual (Herimanto, 2011).

Proses imitasi dapat berlangsung terhadap hal-hal yang positif maupun negatif,
maka pengaruhnya terhadap interaksi sosial juga dapat positif maupun negatif. Apabila
imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang positif maka akan
menghasilkan interaksi sosial yang berlangsung dalam keteraturan, sebaliknya apabila
imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang negatif, maka akan berperan
besar terhadap munculnya proses-proses interaksi sosial yang negatif (Herimanto,
2011).

b) Identifikasi (menyamakan ciri)

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk menjadi sama (identik) dengan seseorang atau sekelompok orang lain.
Identifikasi dapat dinyatakan sebagai proses yang lebih dalam atau lebih lanjut dari
8
imitasi. Apabila pada imitasi orang hanya meniru cara yang dilakukan oleh orang lain,
maka dalam identifikasi ini orang tidak hanya meniru tetapi mengidentikkan dirinya
dengan orang lain tersebut. dalam identifikasi yang terjadi tidak sekedar peniruan pola
atau cara, namun melibatkan proses kejiwaan yang dalam (Herimanto, 2011).

c) Sugesti (diterimanya suatu sikap atau tindakan secara emosional)

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh


seseorang kepada individu lain sehingga orang yang dipengaruhi tersebut menerima
pengaruh tersebut secara emosional, tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional.
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada
individu ataupun kelompok terhadap kelompok. Wujud sugesti dapat bermacam-
macam, dapat berupa tindakan, sikap perilaku, pendapat, saran dan pemikiran
(Herimanto, 2011).

d). Simpati (kemampuan merasakan diri dalam keadaan orang lain)

Simpati adalah suatu proses ketika seorang individu atau sekelompok individu
tertarik kepada (merasakan diri) dalam keadaan orang atau kelompok orang lain
sedemikian rupa sehingga menyentuh jiwa dan perasaannya. Dinyatakan sedemikian
rupa karena dapat terjadi bagi jiwa dan perasaan orang lain, keadaan tersebut biasa-
biasa saja, artinya tidak menimbulkan simpati. Karena merupakan proses kejiwaan,
berlangsungnya tidak selalu mudah dipahami secara rasional (Herimanto, 2011).

2. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia tidak hanya memiliki ciri khas, peranan khas tetapi juga memiliki pola
tingkah laku yang spesifik baik di lingkungan masyarakat atau di lingkungan keluarga.
Keluarga adalah wadah dimana seorang individu mempunyai suatu hubungan sosial di
dalamnya. Keluarga tersebut terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak
mereka. Keluarga merupakan lembaga pertama yang menjadi wadah utama dalam
pembinaan seorang individu. Dimana pola perilaku seorang individu akan tercermin
dari perlakuan seorang individu bagaimana diperlakukan di dalam keluarganya.

Menurut William J Goode (1983) dalam Munandar Soelaeman, secara umum


fungsi keluarga meliputi pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan,
penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan dan sebagai
kontrol sosial (Soelaeman, 1989).

a) Pengaturan Seksual

Seperti yang dapat diketahui, kita dapat membayangkan bagaimana seorang


anak yang lahir ke dunia ini tanpa seorang ayah, maksudnya disini tanpa seorang ayah
yang sah. Tentu saja anak tersebut akan dipertanyakan dan pengalaman sosialisasinya
tidak lengkap. Maka dari itu, di dalam masyarakat tidak dibenarkan adanya kelahiran

9
di luar nikah. Oleh karena itu, maka akan menambah kerumitan dalam masyarakat jika
tidak ada pengaturan seksual yang berlaku.

b) Reproduksi

berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi


program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan
seksual dengan pembiakan. Pandangan terhadap jumlah punya anak bermacam-macam,
ada yang mengharapkan untuk jaminan bagi orang tua di masa depan, ada yang
bermotivasi agama, ada alasan kesehatan dan sebagainya. Yang jelas, di suatu negara,
bila alat kontraseptif mudah diperoleh dan banyak digunakan, ada keengganan untuk
mempunyai anak, dan angka senggama sebelum pernikahan menjadi meningkat
(Suratman dkk, 2013).

c) Sosialisasi

Masyarakat dan kebudayaan bergantung pada efektifnya sosialisasi di


dalamnya, bagaimana seorang anak mempelajari sikap dan tingkah lakunya,
bergantung juga pada kebudayaan di dalam keluarganya. Di dalam hubungan sosialisasi
anak dengan keluarganya, dari situlah anak memperoleh landasan untuk membentuk
kepribadian dan sikap serta perilaku sang anak tersebut. dan itu semua juga
berhubungan dengan kebudayaan yang di anut dan di lestarikan dalam suatu keluarga
dan masyarakat tersebut.

d) Pemeliharaan

seorang wanita yang sedang hamil butuh perhatian, perlindungan dan


pemeliharaan dalam rangka menjaga kondisinya agar siap untuk melahirkan seorang
anak ke dunia. Begitu pula seorang anak yang telah lahir, ia membutuhkan kasih sayang
dan pemeliharaan dari orang tuanya. Tanpa pemeliharaan dari orang tuanya, maka anak
tidak akan dapat tumbuh sendiri. Manusia berbeda dari hewan yang dapat berdiri dan
langsung mencari makanannya sendiri sejak ia baru di lahirkan. Manusia butuh orang
lain dalam pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Maka tahap demi tahap
manusia baru dapat berjalan dan akhirnya dewasa, dan itu pula tidak lepas dari peran
orang lain di sekitarnya.

e) Penempatan Anak di dalam Masyarakat

Dengan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang


membantu menentukan kewajiban peranan orang-orang dewasa terhadap sang anak.
Penempatan sosial ditetapkan oleh masyarakat atas dasar keanggotaan keluarga melalui
pemberian orientasi hubungan seperti orang tua, saudara kandung, dan kerabat.
Berikutnya penempatan sosial melalui orientasi individu pada kelompok lain yang
secara sosial telah mapan, seperti hubungan nasional, etnik, agama, organisasi
masyarakat, kelas dan sebagainya (Suratman dkk, 2013).

f) Pemuas Kebutuhan Perseorangan

10
Sebuah keluarga belum lengkap jika belum mempunyai seorang anak. Anak
menjadikan hubungan suami istri dalam suatu keluarga menjadi lebih erat dengan cinta
kasih yang di bawa oleh sang anak. Bagaimana anak dilahirkan tanpa seorang ayah
yang sah, maka anak tersebut akan mengalami penderitaan yang seharusnya tidak
pantas ia yang merasakan. Seorang anak juga dapat memberikan kepuasan emosional
di antara kedua orang tuanya. Kasih sayang kedua orang tua juga dapat memberikan
kepuasan emosional dalam diri sang anak.

g) Kontrol Sosial

Keluarga menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter seorang anak,


bagaimana ia akan bersikap dan berperilaku di luar lingkungan keluarganya. Maka
kontrol sosial keluarga dalam arti seorang ayah dan seorang ibu sangat berpengaruh
pada anak-anaknya. Anak-anak akan menjadi generasi penerus pada masa yang akan
datang. Maka orang tua yang tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya dalam mendidik
anaknya, maka anak tersebut tidak akan berperilaku dengan baik, karena keluarga
sebagai suatu wadah pendidikan pertama dalam membentuk karakter anak dalam
pergaulannya nanti di lingkungan masyarakat.

3. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan

Dalam kehidupan masyarakat dikenal adanya struktur sosial, struktur bisa


diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula
struktur yang berkaitan dengan sosial. Struktur sosial yaitu tatanan atau susunan sosial
yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.

Sistem sosial merupakan kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (elemen atau
komponen), yaitu:

a) Orang dan atau kelompok beserta kegiatannya.

b) Hubungan sosial, termasuk di dalamnya norma-norma, dan nilai-nilai yang mengatur


hubungan antar orang atau kelompok tersebut. sistem sosial tercakup nilai-nilai dan
norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam
sistem sosial pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang
memisahkan dan membedakan dari lingkungannya.

Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok. Tetapi tidak setiap warga
dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa
menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Berkaitan dengan penempatan
individu dalam kelompok sosial, maka individu memiliki kemampuan untuk:

1) Menempatkan diri, dan

2) Ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.

11
Penempatan seseorang dalam lapisan sosial ekonomi tertentu merupakan
pembahasan stratifikasi sosial. Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial, dapat dibagi
dalam tiga dimensi, yaitu dimensi kekayaan, dimensi kekuasaan, dan dimensi prestise.
Dimensi kekayaan membentuk formasi sosial yang disebut kelas, dimensi kekuasaan
membentuk partai, dan dimensi prestise membentuk status (Suratman dkk, 2013).

B. Sistem Sosial

Istilah sistem bagi masyarakat umum biasanya diartikan sebagai suatu cara yang
menyangkut teknis melakukan sesuatu. Akan ditinjau dari sudut sosiologi istilah ini
sesungguhnya mengandung pengertian sebagai unsur (komponen) yang saling
bergantungan anatara satu sama lainya dalam satu kesatuan yang utuh.

Dalam buku Pokok-pokok Teori Sistem yang disusun oleh Tatang M. Amiri (1986),
dijelaskan bahwa istilah sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu Systema yang
mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (“whole compounded of
several parts”-Shrode dan Voich, 1974: 115).

2. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur (“an
organized, functioning, relationship among units or component” – Awad, 1979 : 4)

Secara lengkap Shrode dan Voich mendefinisikan system sebagai berikut:

“A system is a set of interrelated parts, working independently and jointly, in pursuit of


common objectives of the whole, whitin a complex environment”. Secara bebas dapat
diartikan bahwa Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berkaitan,
masing-masing bagian bekerja sendiri dan bersama-sama saling mendukung; semuanya
dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama, dan terjadi pada lingkungan yang
kompleks.

Atas dasar pendapat tersebut kemudian Amirin menyimpulkan bahwa istilah


systema itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.

Seperti dikemukakan diatas bahwa istilah sistem itu mempunyai banyak


pengertian,diantaranya:pertama ;mengandung pengertian sebagai himpunan benda-benda
yang saling bergantungan satu sama yang lainnya,misalnya hubungan antara platina,
karburator, busi dan bensin pada kendaraan bermotor.Kedua; sistem yang menunjuk pada
hubungan antar organ tubuh manusia, misalnya sistem saraf.Ketiga; mengandung
pengertian sebagai himpunan unsur-unsur kebudayaan, yaitu himpunan gagasan

12
(ide),perasaan dan karsa yang terorganisir.Keempat; mengandung pengertian sebagai cara
atau metode tertentu yang biasanya dipergunakan dalam rangka memecahkan masalah
tertentu yang berhubungan dengan pembuktian suatu hipotesis.Misalnya metode
penelitian dengan sistem wawancara,observasi,angket dan lain-lain.Kelima; Dalam
buku Manajemen Organisasi karangan Abdul Syani (1987) sistem mengandung
pengertian struktur atau skematika, pengelompokan, dan sebagainya.Misalnya
pengorganisasian (pembagian kerja dalam suatu organisasi).

Arti penting dalam mempelajari istilah sistem adalah dalam rangka pemecahan
masalah yang rumit,luas dan saling bergantungan satu sama lainnya. Sementara
kemampuan manusia untuk menelaah dan menyelesaikannya sangat terbatas, yang
memerlukan berbagai keahlian. Dengan menggunakan sistem, dimaksudkan dalam
pendekatannya dilakukan secara sistematis; penyelesaian didasarkan antar bagian-bagian
yang sama, sehingga dapat dilihat secara jelas tentabg keterkaitan antara bagian satu
dengan bagian-bagian yang lainnya dalam satu kesatuan yang utuh.

Mempergunakan pendekatan sistem menurur Amirin, memerlukan pemahaman


bahwa setiap benda atau sistem itu berada (menjadi bagian) dari sistem yang lebih besdar
atau lebih luas, sehingga semua benda, dengan sesuatu cara, saling berkaitan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa semakin lama orang semakin menghendaki adanya hasil penerapan
sistem itu yang lebih obyektif dan tepat. Keinginan ini terwujud dalam bentuk
berkembangnya teknik-teknik pemecahan masalah (problem solving) yang tinggi
(canggih, sophisticated) seperti penelitian operasi (operation research), analisis statistika,
model simulasi dan sistem informasi yang memepergunakan computer. Kemudian
dijelaskan bahwa berbagai hasil perkembangan tersebut ditunjukkan pada peningkatan
mekanisme control sistem organisasi, yang demikian memungkinkannya untuk
merencanakan dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan secara
lebih efektif. Dalam telaah tentang hubungan antar manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, digunakan istilah sistem sosial. Sistem sosial merupakan konsep yang
paling umum dipakai oleh kalangan ahli sosiologi dalam mempelajari dan mejelaskan
hubungan manusia dalam kelompok atau dalam organisasi social. Sama halnya dengan
kesatuan komponen dalam pengertian sistem, kelompok masyarakat merupakan kesatuan
utuh yang terdiri dari individu-indidu sebagai bagian-bagian yang saling bergantungan.

Menurut Alvin L. Bertnard (1980), menyatakan bahwa dalam suatu sistem sosial,
paling tidak harus terdapat, (1) dua orang atau lebih, (2) terjadi interaksi antara mereka,
(3) mempunyai tujuan yang sama, dan (4) memiliki struktur, simbol dan harapan-harapan
bersama yang dipedomaninya. Dikatakan bahwa hubungan antar orang dalam suatu sistem
biasanya berlangsung lama. Unsur-unsur dalam sistem sosial adalah satuan dari interaksi
sosial yang kemudian membentuk struktur; artinya unsur-unsur itu merupakan bagian-
bagian yang salin bergantungan dan menyatu dalan sistem sosial.

Sistem sosial pada dasarnya terbentuk dari interaksi antar individu yang
berkembang menurut standar penilain dari kesepakatan bersama, yaitu berpedoman pada
norma-norma sosial. Menurut Robert M.Z. Lawang (1985), bahwa inti dari setiap sistem

13
sosial adalah selalu ada hubungan timbal balik yang konstan. Konstan artinya apa yang
terjadi kemarin merupakan perulangan dari yang sebelumnya, dan besok akan diulangi
kembali dengan cara yang sama. Di dalam sistem sosial terdapat prinsip-prinsip tertentu
yang berhubungan dengan keseragaman anggapan tentang kebenaran, sehingga
keseimbngan hubungan sosial kolompok dapat lebih terjamin.

C. Unsur-Unsur Sistem Sosial

Secara umum unsur-unsur dari sistem sosial adalah terdiri dari status, peranan dan
perbedaan sosial; akan tetapi sesungguhnya secara lebih luas, sesungguhnya banyak sekali
komponen yang terkandung dalam pengertian sistem sosial itu. Menurut Alvin L. Bertrand
(1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam sistem sosial, yaitu sabagai berikut:

1. Keyakinan (pengetahuan)

Keyakinan merupakan unsur sistem sosial yang dianggap sebagai pedoman dalam
melakukan penerimaan suatu pengetahuan dalam kehidupan kelompok sosial dalam
masyarakat. Keyakinan ini secara praktis biasanya digunakan dalam kelompok
masyarakat yang masih tergolong teerbelakang segi pengetahuannya, sehingga dalam
menilai suatu kebenaran dirumuskan melalui keyakinan bersama. Misalnya, dalam
menilai berbahaya atau tidak dalam menerima anggota baru pada suatu kelompok atau
organisasi sosial, dinilai berdasarkan kekuatan keyakinan.

2. Perasaan (sentimen)

Persaan menurut Alvin, menunjuk pada bagaimana perasaaan pada anggota suatu
sistem sosial (anggota kelompok) tentang hal-hal, peristiwa-peristiwa serta tempat-
tempat tertentu. Unsur perasaan sangat membantu dalam rangka menjelaskan pola-pola
tingkah laku yang tidak dapat dijelaskan melalui cara-cara lain. Suatu keberasilan
suatu sistem juga tergantung bagaimana perasaan para anggotanya sacara umum,. Jika
di dalam suatu sistem terdapat banyak anggota saling menaruh perasaan dendam, benci
dan iri antara satu sama lainnya, maka bisa diketahui bahwa hubungan kerja samanya
tidak akan berhasil dengan baik.

3. Tujuan, sasaran atau cita-cita

Cita-cita, tujuan, atau sasaran, di dalam suatu sistem sosial merupakan pedoman
bertindak agar agar program kerja yang telah ditetapkan dan disepakati bersama dapat
tercapai secara efektif.

4. Norma

14
Norma-norma sosial, menurut Alvin, dapat dikatakan sebagai patokan tingkah
lakuyang diwajibkan atau dibenarkan didala situasi –situasi tertentu. Unsur norma ini
merupakan komponen sistem sosial yang dapat dinggap paling kritis untuk memahami
serta meramalkan aksi atau tindakan manusia. Norma-norma menggambarkan tata-
tertib atau aturan-aturan permainan yang dapat memberikan petunjuk tentanng standar
untuk: bertingkah laku dan di dalam menilai tingkah laku. Contohnya, tentang
kejujuran, tata tertib suatu permainan, tata tertib hukum, dan sebagainya. Alvin
kemudian menggambarkan bahwa dengan berpegang pada norma, ssebenarnya
dimaksudkan sebagai landasan untuk dapat menilai tingkah laku individu-individu dan
juga kelompok. Apabila tingkah laku seseorng dianggap wajar dan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya, maka interaksi dalam kelompok
tersebut akan berlangsung dengan wajar sesuai dengan ketetapan-ketetapan bersama.

5. Status dan peranan

Dengan status, seseorang dapat menentukan sifat dan tingkatan kewajiban serta
tanggung jawab di dalam suatu kelompok masyarakat; di samping juga menentukan
hubunngan antara atasan dan bawahan terhadap angggotalain dalam kelompok
masyarakat. Menurut Alvin, status merupakan serakaian tanggung jawab, kewajiban
serta hak-hak yang sudah ditentukan dalam suatu masyarakat. Sedangkan pola
tingkah laku yang diharapkan dari ornga-orang pemangku suatu status, dinamakan
peranan. Paranan-peranan sosialnsaling tunjang menunjanng secara timbal balik di
dalam hal yang menyangkut tugas, hak dan kewajiban. Oleh karena itu suatu
penampilan peranan status (status-role per-fomance) adalah proses penunjukan atau
penampilan dari status dan peranan sebagai unsur strutural di dalam sistem sosial.

6. Tingkatan atau pangkat (rank)

Tingkatan atau pangkat merupakan unsur sistem sosial yang berfungsi menilai
perilaku perilaku anggota kelompok. Sebaliknya suatu proses penilaian terhadap
perilaku perilaku anggota kelompok, dimaksudkan untuk memberikan kepangkatan
(status) tertentu yang di anggap sesuai dengan prestasi prestasi yang telah di capai.
Orang yang di anggap berhasil dalam melaksanakan tugasnya, bisa dinaikkan
pangkatnya (status) ke jenjang yang lebih tinggi. Begitu seterusnya sehingga berbagai
aktivitas nampak saling bergantungan; sehingga dengan demikian dapat di kategorikan
sebagai sistem sosial.

7. Kekuasaan atau pengaruh (power)

Istilah kekuasaan menunjuk pada kapasitas penguasaan seseorang terhadap anggota


anggota kelompik atau organisasi . Kekuasaan seseorang dalam mengawasi anggota
kelompok biasanya dapat di lihat dari status yang di miliki. Pengaruhnya sangat besar
dalam pengambilan suatu keputusan ; biasanya pemegang kekuasaan mempunyai
wewenang dan kemampuan untuk mempengaruhi para anggota kelompoknya . Dalam
analisis sistem sosial suatu kekuasaan merupakan patokan bagi para anggota suatu
kelompok atau organisasi dalam menerima berbagai perintah dan tugas.

15
8. Sanksi

Sanksi merupakan ancaman hukum yang biasanya ditetapkan pleh masyarakat


terhadap anggota anggotanya yang di anggap mslanggar norma-norma sosial
kemasyarakatan. Penerapan sanksi oleh masyarakat di tujukan agar pelanggarannya
dapat mengubah periakunya ke arah yang lebih baik sesuai dengan norma norma yang
berlaku.

9. Sarana atau Fasilitas

Secara umum sarana di maksudkan sebagai cara yang di gunakan untuk mencapai
tujuan dari sistem sosial. Yang paling penting dari unsur sarana ada;ah terletak dari
kegunaanya bagi suatu sistem sosial. Dalam analisis sistem sistem sosial pada
prinsipnya mengutamakan fungsi dari suatu sarana agar dapat di manfaatkan
semaksimal mungkin,betapapun sederhananya sarana tersebut.

10. Tekanan Ketegangan (strees-strrain)

Didalam sistem sosial senantiasa menjadi ketegangan, sebab dalam kehidupan


masyarakat tidak ada satupun anggotanya yang mempunyai perasaan dan interpretasi
sama terhadap kegiatan dan masalah yang sedang dihadapi bersama. Itulah sebabnya,
maka suatu kategangan hubungan antar anggota kelompok masyarakat pada batas
waktu tertentu dapat terjadi. Ketegangan erat kaitannya dengan taraf kekangan yang di
terima oleh seseorang individu dari individu lain atau kelompok. Ketegangan itu
terjadi oleh karena adanya konflik peranan sebagai akibat dari proses sosial yang tidak
merata. Jika dalam suatu sistem sosial dapat tumbuh dan berkembang dengan langgeng,
itu karena tingkat toleransi diantara anggotanya relatif tinggi. Atau dengan kata lain
bahwa , suatu sistem sosial yang dapat hidup secara terorganisir tergantung pada sedikit
banyaknya unsur tekanan kegiatan bagi anggota-anggota kelompok sehubungan dengan
usaha pencapaian tujuan-tujuan dari kelompok tersebut.

D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto pada dasarnya ada dua bentuk umum dari interaksi sosial
yaitu, bentuk umum asosiatif dan bentuk umum disosiatif.

a. Bentuk umum asosiatif Suatu interaksi sosial dapat dikatakan asosiatif jika proses dari
interaksi sosial tersebut menuju pada suatu kerjasama. Interaksi sosial asosiatif sendiri
dapat dibagi kedalam 3 bentuk khusus interaksi yaitu:
1) Kerjasama
Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antar individu
atau kelompok demi tercapainya tujuan bersama. Kerjasama timbul karena ada
orientasi dari individu terhadap kelompoknya (yaitu in-grupnya) dan kelompok
lainnya (yang merupakan out-groupnya). menurut Charles H. Cooley kerjasama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

16
kepentingankepentingan yang sama, dan pada saat yang sama memiliki cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama.24 Sehingga disini dapat
dikatakan bahwa faktor pendorong terjadinya kerjasama adalah adanya
kepentingan bersama.
Suatu kerja sama dapat berupa kerjasama spontan, kerjasama langsung,
dan kerjasama kontrak, serta kerjasama tradisional. Kerjasama spontan yaitu
kerjasama yang terjadi secara serta merta, sedangkan kerjasama langsung yaitu
hasil dari perintah atasan atau penguasa, dan kerjasama kontrak yaitu kerjasama
yang terjadi atas dasar tertentu, serta kerjasama tradisional merupakan
kerjasama sebagai bagian dari unsur sistem sosial.

2) Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu pertikaian atau konflik dari pihak-pihak yang bertikai yang
mengarah pada kondisi atau keadaan selesainya suatu konflik pertikaian
tersebut. Tujuan akomodasi yaitu sebagai beriku:
a. Akomodasi bertujuan untuk Mengurangi perbedaan paham,
pertentangan politik atau permusuhan antar kelompok.
b.Mencegah terjadinya ledakan konflik yang berupa benturan antar
kelompok seperti perang.
c. Menyatukan dua kelompok atau lebih yang terpisahpisah untuk
mencapai persatuan dan kesatuan.
d.Mengupayakan terjadinya proses antar suku, etnis, atau ras, antar
agama, atau golongan dan lain sebagainya yang mengarah pada proses
terjadinya asimilasi.
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya-
upaya mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat antara orang perorangan
atau antara kelompok sosial yang diikuti dengan usaha-usaha untuk mencapai
kesatuan tindakan, sikap, dan prosesproses mental dengan memperhatikan
kepentingan bersama. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu
asimilasi antara lain:
a) Toleransi
b) Kesempatan-kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi
c) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
d) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
f) Perkawinan campuran
g) Adanya musuh bersama dari luar

Faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi terjadinya asimilasi adalah


sebagai berikut:
a) Terisolasinya golongan tertentu didalam masyarakat

17
b) Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
c) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
d) Perasaan kebudayaan golongan tertentu merasa lebih tinggi dari
pada kebudayaan kelompok lain.
e) Perbedaan rasial
f) Perasaan kekelompokan yang kuat (in-group feeling)
g) Golongan minoritas mengalami gangguan dari golongan penguasa
h) Perbedaan kepentingan.

b. Interaksi yang disosiatif dapat diartikan sebagai suatu perjuangan melawan


seseorang atau sekelompok orang. Interaksi yang disosiatif dibagi dalam tiga
bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Persaingan
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada,
tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan dapat bersifat pribadi
dan dapat juga bersifat antar kelompok. Beberapa bentuk persaingan yaitu
berupa persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan
dan peranan, serta persaingan ras.
2. Kontravensi
Kontravensi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi ini
ditandai dengan adanya gejala-gejala ketidak pastian mengenai diri seseorang
atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau
keragu-raguan terhadap keperibadian seseorang. Perasaan seperti ini akan
berkembang menjadi sebuah kemungkinan, kegunaan, keharusan, atau
penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, atau rencana yang
rencana yang dikemukakan orang-perorangan atau kelompok manusia lain.
Menurut Leopold von Weise dan howard Becker, ada lima hal dalam
kontravensi yang mencakup:
a) Proses umum kontravensi meliputi perbuatan seperti penolakan dan
lain sebagainya.
b) Bentuk-bentuk kontravensi yang sederhana seperti memaki-maki
orang lain.
c) Bentuk-bentuk kontravensi yang intensif seperti penghasutan
d) Kontravensi yang bersifat rahasia seperti perbuatan khianat
e) Kontravensi yang bersifat taktis seperti mengganggu atau
membingungkan pihak lain.
3. Pertentangan atau pertikaian

18
Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor yang
melatar belakangi terjadinya pertentangan atau pertikaian yaitu:
a) Perbedaan antara individu-individu
b) Perbedaan kebudayaan
c) Perbedaan kepentingan
d) Perubahan sosial

19
BAB III

KESIMPULAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Yang Hidup Berkelompok

a. Manusia sebagai Makhluk Individu

Individu adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia “perseorangan” atau “orang seorang” yang memiliki keunikan. (Setiadi dkk,
2008).

b. Manusia sebagai Anggota Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial, mereka berinteraksi dengan yang lain. tetapi
tidak selamanya interaksi itu berjalan dengan baik, terkadang menimbulkan hal-hal lain
yang negatif. Dalam hubungan antar anggota dan kelompok masyarakat, kita sering
dihadapkan dengan perbedaan-perbedaan. (Setiadi dkk, 2008).

B. Sistem Sosial

Sistem sosial pada dasarnya terbentuk dari interaksi antar individu yang
berkembang menurut standar penilain dak kesepakatan bersama, yaitu berpedoman pada
norma-norma social. Menurut Robert M.Z. Lawang (1985), bahwa inti dari setiap sistem
social adalah selalu ada hubungan timbal balik yang konstan. Konstan artinya apa yang
terjadi kemarin merupakan perulangan dari yang sebelumnya, dan besok akan diulangi
kembali dengan cara yang sama. Di dalam sistem social terdapat prinsip-prinsip tertentu
yang berhubungan debgan keseragaman anggapan tentang kebenaran, sehingga
keseimbngan hubungan social kolompok dapat lebih terjamin.

C. Unsur-unsur Sistem Sosial

Menurut Alvin L. Bertrand (1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam sistem
sosial, yaitu sabagai berikut:

1. Keyakinan (pengetahuan)

2. Perasaan (sentimen)

3. Tujuan, sasaran atau cita-cita

4. Norma

20
5. Status dan peranan

6. Tingkatan atau pangkat (rank)

7. Kekuasaan atau pengaruh (power)

8. Sanksi

9. Sarana atau Fasilitas

10. Tekanan Ketegangan (strees-strrain)

D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto pada dasarnya ada dua bentuk umum dari interaksi sosial
yaitu, bentuk umum asosiatif dan bentuk umum disosiatif.

a) Interaksi sosial asosiatif sendiri dapat dibagi kedalam tiga bentuk khusus interaksi
yaitu:
1) Kerjasama
2) Akomodasi
3) Asimilasi
b) Interaksi yang disosiatif dibagi dalam tiga bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Persaingan
2. Kontravensi
3. Pertentangan atau pertikaian

21
DAFTAR PUSTAKA

Hartomo, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Bumi Aksara: Jakarta

Herinanto, 2011, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Bumi Aksara: Jakarta

Setiadi, Elly M. dkk, 2008, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group:
Jakarta

Suratman dkk, 2013, Ilmu Sosial dan Budaya dasar, Malang Intimedia: Malang

Soelaeman, Munandar, 1989, Ilmu Sosial Dasar, PT Eresco: Bandung

Abdul Syani, 1987; Manajement Organisasi, Penerbit: PT. Bina Aksara, Jakarta.

Alvin L. Bertrand, 1980; Sosiologi, (terjemahan: sanapiah S. F.), Penerbit: PT. Bina Aksara
,Jakarta

Robert M .Z. Lawang, 1985; Buku Materi Pokok SISTEM SOSIAL INDONESIA, Penerbit
Karunika (Universitas Terbuka), Jakarta.

Tatang M. Amirin, 1986; Pokok-pokok TEORI SISTEM, Penerbit: CV. Rajawali, Jakarta.

Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana. 2011), hal.73-75.

Dany Haryanto, S.S & G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A, Pengantar Sosiologi Dasar,(Jakarta:
PT Prestasi Pustakaraya), hal. 219

Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2013), hal. 67.

22

Anda mungkin juga menyukai