Kelompok 10:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kapita Selekta Sistem Sosial Indonesia” dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sistem Sosial dan Politik Indonesia.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Kapita Selekta Sistem Sosial
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Trisylvana Azwari, S.Sos., M.AP.selaku
dosen pengampuSistem Sosial dan Politik Indonesia. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikannya makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Penulis
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca untuk membangun kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang juga berdampak dengan mempengaruhi
beragamnya sistem sosial dalam masyarakat. Dari segi budaya, sistem sosial Indonesia terdiri dari
atas beda-beda suku, agama, ras, antargolongan, dan bahasa. Sistem sosial di Indonesia dengan
banyaknya bentuk memiliki ancaman dan tantangan tersendiri. Menurut Abidin dan Saebani (2014:
13), secara linguistik sistem berasal dari bahasa Latin, systema dan bahasa Yunani sustema artinya
kesatuan yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan secara sinergis untuk mencapai
tujuan tertentu serta memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Dalam bahasa Yunani, kata
sistem berasal dari kata sustema yang berarti keseluruhan yang terdiri atas banyak bagian dan
hubungan erat yang teratur antar berbagai komponen. Dalam bahasa Inggris, kata sosial berasal
dari kata social yang sering disebut sebagai society yaitu masyarakat atau peoples. Dengan
demikian, maksud sosial ialah masyarakat atau sekelompok orang yang hidup bersama, saling
menjalin komunikasi dan berinteraksi.
Mempelajari sistem sosial berarti memahami dan menyadari kenyataan bahwa kehidupan
manusia tidak dapat berdiri sendiri, tetapi membutuhkan orang lain. Manusia ialah makhluk sosial,
oleh sebab itu manusia harus peka terhadap permsalahan sosial serta menyadari bahwa setiap
masalah sosial yang timbul dalam masyarakat bersifat kompleks dan memerlukan pendekatan
sosiologis dalam menyelesaikannya. Sistem sosial adalah sistem tindakan yang terbentuk dalam
sistem sosial, terdiri dari individu, kelompok sosial, dan norma sosial yang berlaku di kehidupan
masyarakat. Menurut Setiadi dan Kolip (2013: 31-32), dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem
sosial diartikan sebagai hubungan antara bagian-bagian (elemen- elemen) di dalam kehidupan
masyarakat terutama tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok-kelompok sosial
yang saling mempengaruhi. Hubungan antar elemen-elemen tersebut selanjutnya menghasilkan
produk- produk interaksi itu sendiri, yaitu nilai-nilai dan norma-norma sosial yang keadannya
selalu dinamis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tentang Konteks structural domokrasi consensus?
2. Bagaimana demokrasi consensus sebagai system manajemen publik?
3. Apa saja elemen-elemen demokrasi konsensus?
4. Bagaimana demokrasi pancasila sebagai demokrasi konsensus?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang konteks structural demokrasi concensus
2. Memberikan penjelasan tentang demokrasi concensus sebagai system manajemen konflik
3. Memberikan penjelasan tentang elemen-elemen demokrasi konsensus
4. Memberikan penjelasan tentang demokrasi pancasila sebagai demokrasi konsensus
PEMBAHASAN
Demokrasi ini sangat berbeda dengan demokrasi representatif. Berbeda dengan demokrasi
yang mengandalkan aturan mayoritas, nilai-nilai yang dianut demokrasi konsensus membutuhkan
keterlibatan setiap individu secara setara (political equality). Apabila ada satu saja orang yang
tidak setuju dengan sebuah keputusan yang diambil, maka adalah tugas semuanya untuk
menemukan solusi baru yang dapat diterima oleh semua pihak. Lobi kembali dilakukan untuk
menyakinkan satu orang yang tidak setuju tersebut. Yang jelas, keputusan tidak boleh voting
namun tetap mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Demokrasi konsensus tidak menuntut agar seseorang menerima kekuatan orang lain atas
hidupnya, walaupun hal ini juga bukan berarti bahwa tiap orang tidak membutuhkan orang lain.
Dalam persoalan efisiensi, hal seperti ini sangat lamban, tetapi dalam segi kebebasan dan itikad
baik, hal tersebut akan mendapat poin yang sangat tinggi. Demokrasi konsensus tidak memaksa
orang untuk mengikuti pemimpin atau standarisasi nilai, melainkan membiarkan orang lain untuk
memiliki tujuannya dan cara pencapaiannya sendiri.
Model konsensus karakteristik utamanya ialah hubungan yang lebih berimbang eksekutif-
legislatif, terjadi proses check and balances, tidak ada yang terlalu dominan, antara kekuatan
eksekutif dengan legislatif, melawan dominasi satu institusi secara individu atau kelembagaan.
Salah satu cara sosiologi menjelaskan keteraturan dan memprediksi kehidupan social adalah
dengan memandang perilaku manusia sebagai sesuatu yang dipelajari. Pendekatan ini atas alasan-
alasan yang akan dijelaskan nanti, disebut dengan teori structural consensus.
Dalam teori consensus, hal yang sama juga terjadi di dalam kehidupan social. Individu akan
berperilaku sama dalam latar social yang sama karena mereka dibatasi oleh aturan-aturan
kebudayaan yang sama. Meskipun struktur social ini tidak Nampak dalam hal struktur fisiknya,
orang yang disosialisasikan dalam aturan ini menemukan hal ini menentukan.
Ini adalah sebuah contoh mengenai penerapan teori consensus pada fakta kehidupan social.
Dari sudut pandang teoritisi, berbagai pola kelakuan merupakan produk dari berbagai pola
sosalisasi. Nampaknya cara pandang ini berlawanan dengan komitmen teori-teori ini terhadap
gagasan bahwa keteraturan social dalam suatu masyarakat adalah hasil kesepakatan atau consensus
di kalangan para anggotanya mengenai bagaimana berperilaku dan apa yang di pikirkan. Akan
tetapi teoro consensus mengatakan bahwa meski terdapat perbedaan kebudayaan diantara
kelompok-kelompok, akan meski terdapat ejumlah sub-budaya dalam suatu kesatuan besar
kebudayaan, dalam semua masyarakat consensus itu selalu ada. Hal ini karena semua masyarakat
memiliki nilai-nilai yang mantap mengenai suatu art penting yang tidak perlu di perdebatkan.
Nilai-nilai ini mugkin disebut nilai-nilai inti atau nilai-nilai sentral, dan sosialisasi memantapkan
setiap orang untuk tunduk pada nilai-nilai itu.
Bagi teori consensus nilai-nilai inti merupakan penyangga yang di bangun dan di pelihara
melalui proses sosialisasi. Perilaku social dan struktur social di tentukan oleh kekuatan budaya
eksternal. Kehidupan social di mungkinkan karena adanya struktur social yang menjadi tatanan
budaya.
Untuk memanajemen konflik, di dalam manajemen konflik ini biasanya dilakukan secara
konstruktif dan membawa pihak yang berkonflik ke dalam suatu proses yang kooperatif serta dapat
merancang sistem kooperatif yang praktis untuk dapat mengelola perbedaan secara
konstruktif. Jika sebuah konflik di suatu organisasi dapat dikelola dengan baik menggunakan
manajemen konflik, maka konflik akan dapat dipecahkan secara sistematis dan akan mendapat
dampak yang positif guna untuk memperkuat hubungan kerjasama, meningkatkan kepercayaan
diri, meningkatkan harga diri.
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara (the basis of government).
Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan
hukum dan konstitusi. Kesepakatan atau konsensus kedua ini juga sangat prinsipil, karena dalam
setiap negara harus ada keyakinan bersama bahwa apapun yang hendak dilakukan dalam konteks
penyelenggaraan negara haruslah didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama.
Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur-
prosedur yang mengatur kekuasaannya; (b) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama
lain; serta (c) hubungan antara organ-organ negara itu dengan warga negara. Dengan adanya
kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-benar
mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme
ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi
(constitutional state). Kesepakatan-kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen
konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama.
PENUTUP
Kesimpulan
Demokrasi konsensus adalah sebuah bentuk demokrasi langsung. Nilai-nilai yang dianut
demokrasi konsensus membutuhkan keterlibatan setiap individu secara setara (political equality).
Apabila ada satu saja orang yang tidak setuju dengan sebuah keputusan yang diambil, maka adalah
tugas semuanya untuk menemukan solusi baru yang dapat diterima oleh semua pihak. Model
konsensus karakteristik utamanya ialah hubungan yang lebih berimbang eksekutif-legislatif,
terjadi proses check and balances, tidak ada yang terlalu dominan, antara kekuatan eksekutif
dengan legislatif, melawan dominasi satu institusi secara individu atau kelembagaan. Dalam
berdemokrasi tentunya terdapat konflik dan konflik itu bisa diredam misalnya dalam
demokrasi konsensus, Apabila ada satu saja orang yang tidak setuju dengan sebuah keputusan
yang diambil dan inilah yang dinamakan konflik. ketua organisasi yang membatasi konflik dan
dipilihlah pendapat yang menurut semua anggota bagus. Untuk memanajemen konflik, di dalam
manajemen konflik ini biasanya dilakukan secara konstruktif dan membawa pihak yang berkonflik
ke dalam suatu proses yang kooperatif serta dapat merancang sistem kooperatif yang praktis untuk
dapat mengelola perbedaan secara konstruktif.
Terdapat Elemen-elemen Demokrasi konsensus yaitu Kesepakatan tentang tujuan atau cita-
cita bersama, Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara, Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan. Jika kita menganggap bahwa konsensus adalah salah satu prinsip dasar Pancasila,
dan Pancasila adalah dasar filosofis kehidupan berbangsa yang kita semua terima, maka jelas tidak
ada pertentangannya dengan demokrasi. Lembaga-lembaga dan praktek demokrasi kita cenderung
sudah mendekati kerangka demokrasi konsensus. Dan jika kita setuju bahwa prinsip dasar
Pancasila adalah konsensus, maka demokrasi kita sudah cenderung sesuai dengan Pancasila. Tentu
saja ada banyak kelemahan yang bisa kita lihat dari praktek dan kelembagaan demokrasi kita. Akan
tetapi, paling tidak, kerangka kelembagaan minimal demokrasi konsensus sudah kita miliki.
Sehingga tidak ada alasan yang cukup jelas untuk mengatakan bahwa demokrasi kita tidak sesuai
dengan kepribadian kita atau berlawanan dengan nilai-nilai kebangsaan kita.
Pangi Syarwi, Jurnal Communitarian Vol.3 ,No.2, 24 Februari 2022 “Diskursus Teori Dan Praktik
Model Demokrasi Konsensus Di Indonesia” :
https://www.ejurnal.ubk.ac.id/index.php/communitarian/article/download/174/132
Drs. I Wayan Sudana, M.Si. (2020), Model Manajemen Konflik untuk Menguatkan Kerukunan
dan Kedamaian Masyarakat Desa: https://atnews.id/portal/news/6750