DISUSUN OLEH:
ANANDA PUTRI SAFIRA ( CA417111005 )
HAFIDZ ALWI
JURUSAN PERPAJAKAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
INSTITUT STIAMI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya
ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Dan semoga selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
temansekalian. Amien.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………
A. Latar Belakang ……………………………………………………………….…
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………
C. Manfaat penelitian………………………………………………………………….
C. MANFAAT PENELITIAN
a. Mengetahui etika aparatur sebagai penyelenggara pelayanan public.
b. Mengetahui permasalahan etika aparatur pelayanan publik di Indonesia.
c. Mengetahui solusi dari permasalahan etika aparatur pelayanan publik di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika, termasuk etika birokrasi mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama, sebagai
pedoman, acuan, refrensi bagi administrasi negara (birokrasi publik) dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam organisasi tadi
dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela. Kedua, etika birokrasi sebagai standar penilaian
mengenai sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak tercela dan
terpuji. Leys berpendapat bahwa: “Seseorang administrator dianggap etis apabila ia
menguji dan mempertanyakan standar-standar yang digunakan dalam pembuatan
keputusan, dan tidak mendasarkan keputusannya semata-mata pada kebiasaan dan
tradisi yang sudah ada”. Selanjutnya, Anderson menambahkan suatu poin baru
bahwa: “standar-standar yang digunakan sebagai dasar keputusan tersebut sedapat
mungkin merefleksikan nilai-nilai dasar dari masyarakat yang dilayani”. Berikutnya,
Golembiewski mengingatkan dan menambah elemen baru yakni: “standar etika
tersebut mungkin berubah dari waktu-kewaktu dan karena itu administrator harus
mampu memahami perkembangan standar-standar perilaku tersebut dan bertindak
sesuai dengan standar tersebut”.
Setiap birokrasi pelayan publik wajib memiliki sikap mental dan perilaku
yang mencerminkan keunggulan watak, keluharan budi, dan asas etis. Ia wajib
mengembangkan diri sehingga sungguh-sungguh memahami, menghayati, dan
menerapkan berbagai asas etis yang bersumber pada kebajikan-kebajikan moral
khususnya keadilan dalam tindakan jabatannya. Secara umum nilai-nilai moral
terlihat dari enam nilai besar atau yang dikenal dengan “six great ideas”5 yaitu nilai
kebenaran (truth), kebaikan (goodness), keindahan (beauty), kebebasan (liberty),
kesamaan (equality), dan keadilan (justice). Dalam kehidupan berma- syarakat,
seseorang sering dinilai dari tutur katanya, sikap dan perilakunya sejalan dengan
nilai-nilai tersebut atau tidak. Begitu pula dalam pemberian pelayanan publik, tutur
kata, sikap dan perilaku para pemberi pelayanan seringkali dijadikan obyek penilaian
dimana nilai-nilai besar tersebut dijadikan ukurannya. Disamping nilai-nilai dasar
tersebut, mungkin ada juga nilai-nilai lain yang dianggap penting untuk
mensukseskan pem- berian pelayanan, yang dari waktu ke waktu terus dinilai,
dikembangkan dan dipromosikan.
Dalam dunia pelayanan publik, etika diartikan sebagai filsafat moral atau
nilai, dan disebut dengan “profesional standars” (kode etik) atau “right rules of
conduct” (aturan perilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi
pelayanan publik.6 Sebuah kode etik meru-muskan berbagai tindakan apa, kelakuan
mana, dan sikap bagaimana yang wajib dijalankan atau dihindari oleh para pemberi
pelayanan. Aplikasi etika dan moral dalam praktek dapat dilihat dari kode etik yang
dimiliki oleh birokrasi publik. Kode etik di Indonesia masih terbatas pada beberapa
kalangan seperti ahli hukum dan kedokteran. Kode etik tidak hanya sekedar bacaan,
tetapi juga diimplementasikan dalam melakukan pekerjaan, dinilai tingkat
implementasinya melalui mekanisme monitoring, kemudian dievaluasi dan
diupayakan perbaikan melalui konsensus. Komitmen terhadap perbaikan etika ini
perlu ditunjukkan, agar masyarakat semakin yakin bahwa birokrasi publik sungguh-
sungguh akuntabel dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik. Untuk itu, kita
barangkali perlu belajar dari negara lain yang sudah maju dan memiliki kedewasaan
beretika.
Jadi dorongan untuk mematuhi perintah dan kendali untuk menjauhi larangan
dari kode etik bukan dari sanksi fisik melainkan dari rasa kemanusiaan, harga diri,
martabat, dan nilai-nilai filosofis. Kode etik adalah persetujuan bersama, yang timbul
dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan perkembangan mereka,
sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan. Dengn demikian pemakaian kode etik
tidak terbatas pada organisasi-organisasi yang personalianya memiliki keahlian
khusus. Pelaksanaan kode etik tidak terbatas pada kaum profesi karena sesungguhnya
setiap pekerjaan dan setiap jenjang keputusan mengandung konsekuensi moral.
Dalam kode etik itu bisa menjadi sarana untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi kerena bagaimanapun juga organisasi hanya dapat meraih sasaran-sasaran
akhirnya kalau setiap pegawai yang bekerja di dalamnya memiliki aktivitas dan
perilaku yang baik.
Manfaat lain yang akan didapat dari perumusan kode etik ialah bahwa para
aparat akan memiliki kesadaran moral atas kedudukan yang diperolehnya dari negara
atas nama rakyat. Pejabat yang menaati norma-norma dalam kode etik akan
menempatkan kewajibannya sebagai aparat pemerintah diatas kepentingan-
kepentingannya akan karir dan kedudukan. Pejabat tersebut akan melihat kedudukan
sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Oleh karena itu kode etik mengandaikan bahwa
para pejabat publik dapat berperilaku sebagai pendukung nilai-nilai moral dan
sekaligus pelaksana dari nilai-nilai tersebut dalam tindakan-tindakan yang nyata.
Sebagai aparat negara, para pejabat wajib menaati prosedur, tatakerja, dan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah. Sebagai
pelaksana kepentingan umum, para pejabat wajib mengutamakan aspirasi masyarakat
dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat tertentu. Dan sebagai mansuia
yang bermoral, pejabat harus memperhatikan nilai-nilai etis di dalam bertindak dan
berperilaku. Dengan perkataan lain, seorang pejabat harus memiliki kewaspadaan
spiritual. Kewaspadaan profesional bearti bahwa dia harus menaati kaidah-kaidah
teknis dan peraturan-peraturan sehubungan dengan kedudukan sebagai seorang
pembuat keputusan. Sedangkan kewaspadaan spiritual merujuk pada penerapan nilai-
nilai kearifan, kejujuran, keuletan, sikap sederhana, dan hemat, tanggung jawab, serta
akhlak dan perilaku yang baik.
Tuntutan masyarakat saat ini terhadap pelayanan publik yang berkualitas akan
semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat ditentukan oleh
kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas
sehingga mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat diajukan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Asas Asas Umum Birokrasi Pemerintahan yang Baik mengandung beberapa prinsip
yaitu: Prinsip Demokrasi, Keadilan Sosial dan Pemerataan, Mengusahakan
Kesejahteraan Umum, Mewujudkan Negara Hukum, Dinamika dan Efisiensi.
A. Kesimpulan
Etika pelayanan kepada publik (masyarkat umum) memang sangat
diharapkan, karena etika tersebut kini mulai luntur oleh perbuatan para pelayan
masyarakat (aparatur pemerintah) yang kurang menjunjung kode etika pelayanan
kepada masyarakat. Terbukti dengan adanya perbuatan nakal para oknum aparatur
pemerintah yang melakukan beberapa kecurangan yang diantaranya melakukan
pemungutan kepada masyarakat yang menginginkan kelebihan pelayanan, seperti
mempercepat penyelesaian pembuatan KTP namun dengan cara membayar uang
balas jasa mereka. Perbuatan tersebut tidak seharusnya dilakukan karena bertentangan
dengan norma yang sudah ada.Walau mungkin etika pelayanan kepada publik belum
disebutkan secara jelas, namun etika pelayanan publik dapat dilakukan sesuai dengan
hati nurani. Karena dengan hati nurani kita dapat membedakan yang mana yang baik
dan yang mana yang buruk, dengan adanya pelayanan yang baik diharapkan
masyarakat dapat merasakan kenyamanan dalam pelayanan. Pelayanan publik masih
memiliki banyak kelemahan dilihat dari pola penyelenggaraan yang masih sukar
diakses, belum informatif, belum bersedia mendengar aspirasi masyarakat, belum
responsif, belum saling berkoordinasi, tidak efisien, maupun birokrasi yang bertele-
tele. Sumber daya manusia penyelenggara pelayanan publik masih belum memiliki
profesionalisme, kompetensi, empati, dan etika yang memadai. Desain organisasi
yang penuh dengan hierarkis sehingga pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis)
dan tidak terkoordinasi.
B. Saran
Etika pelayanan publik sebaiknya disosialisasikan kepada pihak-pihak yang
melakukan pelayanan kepada masyarakat, karena sebagian besar pelayan masyarakat
belum mengetahui etika pelayanan kepada masyarakat. Sebagian mungkin masih
belum mengetahui bagaimana seharusnya tindakan untuk melayani masyarakat
sehinggga dia melakukan kesalahan dalam melakukan pelayanan atas
ketidaktahuannya. Sangat disayangkan jika kesalahan dalam pelayanan dilakukan
karena kebutaan akan bagaimanan seharusnya etika yang diterapkan kepada
masyarakat. Saran selanjutnya berikanlah penghargaan jika aparatur melakukan
tindakan sesuai etika dan sebaliknya, berikanlah sanksi yang tegas kepada pelanggar
etika pelayanan apalagi yang melakukan dengan sengaja. Diharapkan dengan adanya
tindakan seperti itu para pelayan masyarakat termotivasi untuk mengetahui etika
pelayanan kepada masyarakat sehingga tindakannya dapat sesuai dengan kehendak
rakyat. Asas Asas Umum Birokrasi Pemerintahan yang Baik mengandung beberapa
prinsip yaitu: Prinsip Demokrasi, Keadilan Sosial dan Pemerataan, Mengusahakan
Kesejahteraan Umum, Mewujudkan Negara Hukum, Dinamika dan Efisiensi.