Anda di halaman 1dari 88

MATA KULIAH

SISTEM PEMERINTAHAN DESA

Oleh :

DR. ANDI AZIKIN, M.Si

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2020
PENDAHULUAN
UU 32 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun
2014, mengakui adanya “otonomi” yang
dimiliki oleh Desa. Otonomi Desa akan
diberikan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang mengikuti perkembangan
dari Desa itu sendiri.
Desa harus dipahami sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya
untuk menuju kesejahteraan
A. PENDAHULUAN

Desa memiliki posisi sangat strategis


sehingga memerlukan perhatian yang
seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi
daerah. Karena dengan kuat dan mantap Desa
akan mempengaruhi secara langsung
perwujudan otonomi daerah.

Pemerintah Desa merupakan unit terdepan


dalam pelayanan kepada masyarakat serta
menjadi tonggak utama untuk keberhasilan
semua program. Karena itu, memperkuat
Desa merupakan suatu keharusan yang tidak
dapat ditunda untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat
sebagai tujuan otonomi daerah.
Pengertian Desa
PENGERTIAN DESA
DESA ATAU YANG DISEBUT DENGAN NAMA LAIN, SELANJUTNYA
DISEBUT DESA ADALAH KESATUAN MASYARAKAT HUKUM
YANG MEMILIKI BATAS-BATAS WILAYAH YANG BERWENANG
UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS KEPENTINGAN
MASYARAKAT SETEMPAT, BERDASARKAN ASAL-USUL DAN
ADAT ISTIADAT SETEMPAT YANG DIAKUI DAN DIHORMATI
DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA.
PEMERINTAHAN DESA ADALAH PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN OLEH PEMERINTAH DESA DAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MENGATUR DAN MENGURUS
KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT BERDASARKAN ASAL-USUL DAN
ADAT ISTIADAT SETEMPAT YANG DIAKUI DAN DIHORMATI DALAM

SISTEM NEGARA KESATUAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

PEMERINTAH DESA ATAU YANG DISEBUT DENGAN NAMA LAIN


ADALAH KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA SEBAGAI UNSUR
PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DESA.
Perkembangan Desa
di Indonesia
Perubahan Paradigma Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa

Th. 1906
- Stbl No. 591 IGO (daerah
- Stbl 1913/235 Jawa) & IGOB
Stbl 1919/217 (luar Jawa)

Th. 1948 - UU No. 22/1948 IGO dan IGOB


kmdn diganti dg tidak berlaku lagi
UU No. 1/1957

Th. 1965 UU No. 1/1957 Desa Praja


diganti oleh UU No.
19/1965
PERKEMBANGAN DESA
SELANJUTNYA
• PADA SAAT BERLAKUNYA UU NO. 5/1979

• UU NO. 22/1999

• UU NO. 32/2004

• UU No. 6/2014
Perkembangan Desa menurut Dimensi
Peraturan Perundangan-undangan di Indonesia

1. Tahun 1906-1942 No.TahunProduk HukumSubstansi1234


(Kolonial Belanda)Inlandse Gemeente Ordonantie (IGO) Stbl.
83 / 1906 Jawa dan Madura
2. Tahun 1938-1942(Kolonial Belanda)Inlandse Gemeente
Ordonantie Buiten-geweesten (IGOB) Stbl. 490/1938Luar jawa
dan Madura
3. Tahun 1942-1945 (Militer Jepang)UU No. 1 Tahun 1942 samu
SeireiIGO dan IGOB masih berlaku
4. Tahun 1948-1965 (Pemerintah RI)UU No. 22/1948Kemung-
kinan Desa sebagai Dae-rah Tkt III
5. Tahun 1956 (Pemerintah R)UU No. 1/1957
6. Tahun 1965-1979(Pemerintah RI)UU No.19/1965 Desapraja
7. Tahun 1979-1999 (Pemerintah RI)UU No. 5/1979Desa
(Seragam)
8. Tahun 1999-Skrg (Pemerintah RI)UU No. 22/1999 dan UU No.
32/2004Desa atau disebut dgn nama lain
Desa Nelayan Ds. Persawahan

Ds. Perladangan
Ds. Jasa/
Perdagangan
Tipe Desa Ds. Perkebunan
Ds. Indust.
Sedang
& besar
Ds. Pertam-
Ds. Indus. bangan/gal. C
Kecil
& kerajinan Ds. Peternakan
Desa pada hakekatnya sampai sekarang masih tetap
merupakan kesatuan masyarakat hukum asli, dengan
berlandaskan pada aturan Hukum Adat. Oleh karenanya
pemerintahan desa yang lahir dari sistem hukum yang
berlaku bersifat demokratis sesuai dengan filosofi
terbentuknya desa dan diharapkan pemerintah desa dapat
menjalankan tiga peran utamanya yaitu :
1) sebagai Struktur Perantara;
2) sebagai pelayan masyarakat;
3) sebagai agen pembaharuan.

(Sadu Wasistiono, 1996:5)


SISTEM PEMERINTAHAN DESA
PERANGKAT DESA
1. Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan
Perangkat Desa
2. Perangkat Desa terdiri dari
a. Sekretaris Desa dan
b. Perangkat Desa lainnya
3. Perangkat Desa lainnya yaitu;
a. Sekretariat Desa,
b. Pelaksana Teknis lapangan seperti Kepala
Urusan,
c. Unsur kewilayahan seperti Kepala Dusun.
4. Jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan
Kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat.
5. Susunan organisasi dan tata kerja pemerinthan desa
ditetapkan dengan peraturan desa.
• Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari
penduduk desa warga negara Republik Indonesia.
• Calon kepala desa yang memperoleh suara
terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan
sebagai kepala desa.
• Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku
ketentuan hukum adat setempat.
• Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan
dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya.
• Kepala desa terpilih dilantik oleh bupati/walikota
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
pemilihan.
• Desa di Kabupaten/Kota secara bertahap dapat
diubah atau disesuaikan statusnya menjadi
kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa
bersama badan permusyawaratan desa yang
ditetapkan dengan Perda (pasal 200 ayat 3).
• Istilah Badan Perwakilan Desa (BPD) diubah menjadi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan fungsi
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
(pasal 209).
• Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan
dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa
jabatan berikutnya (pasal 204).
• Sumber pendapatan desa terdiri dari :
a. pendapatan asli desa;
b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/kota.
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima oleh kabupaten/kota.
d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

• Tidak ada pengaturan secara khusus mengenai pola


pertanggungjawaban kepala desa  akan diatur lebih lanjut di
dalam Perda berdasarkan PP (pasal 208).
• Sistem pemilihan kepala desa diatur dengan perda berpedoman
pada PP dengan menghargai sistem tradisional yang ada
sepanjang masih hidup (pasal 203).
CONTOH : 1
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA

PELAKSANA SEKRETARIS DESA


TEKNIS UNSUR STAF

KEPALA DUSUN
CONTOH : 2
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
UNSUR STAF

PELAKSANA TEKNIS PELAKSANA TEKNIS


LAPANGAN / KEPALA LAPANGAN / KEPALA
URUSAN URUSAN

KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN


FUNGSI DAN TUGAS
FUNGSI/ PELAKSANA
SEKRETARIS DESA KEPALA DUSUN
TUGAS TEKNIS
FUNGSI Mengkoordinasikan Melaksanakan tugas Melaksanakan
penyusunan program seperti : Peningkatan kegiatan
kerja/kegiatan pendapatan desa pemerintahan
pembangunan serta
pemerintah desa
pembinaan
Melaksanakan urusan Membantu urusan ketentraman dan
surat menyurat, administrasi ketertiban di wilayah
kearsipan dan pelaporan perkawinan kerjanya

Melakukan pelayanan Membantu Melaksanakan


permintaan surat-surat peningkatan peraturan desa,
yg dibutuhkan oleh ketentraman dan keputusan dan
kebijakan kepala
masyarakat di bidang ketertiban
desa di wilayah
pemerintahan, masyarakat kerjanya.
pembangunan dan
kemasyarakatan Menyampaikan
surat-surat, surat-
Mengadakan kegiatan surat berharga
pencatatan dan kepada yang berhak
pemeliharaan inventaris
dan kekayaan desa
SEKRETARIS DESA
SEKDES DI ISI DARI PNS yang memenuhi persyaratan,
antara lain:
- Pangkat Pengatur Muda/golongan II;
- Berpendidikan paling rendah SMU atau sederajat;
- Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;
- Mempunyai kemampuan di bidang administrasi
perkantoran;
- Memahami sosial budaya masyarakat setempat bersedia
tinggal di desa yang bersangkutan;

SEKDES diangkat oleh SEKDA Kabupaten/Kota atas nama


Bupati/Walikota.
SEKDES yang ada selama ini yang bukan PNS yang
MEMENUHI SYARAT DIANGKAT SECARA BERTAHAP
menjadi PNS sesuai PERATURAN PER-UU-an.
SEKRETARIS DESA

1. Dari berbagai peraturan perundang-undangan tentang


pemerintahan daerah yang telah ada di Indonesia, UU Nomor
32 Tahun 2004 memiliki kekhususan pengaturan tentang
Sekretaris Desa.
2. Pada pasal 202 ayat (3) dikemukakan bahwa : “ Sekretaris
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai
Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.
3. Pada penjelasan pasal 202 ayat (3) UU tsb dikemukakan
bahwa : “ Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan
PNS secara bertahap diangkat menjadi PNS sesuai peraturan
perundang-undangan”.
# Kelebihan dan Kelemahan Pengisian Sekdes oleh PNS

A. Kelebihan

1. Sekdes memiliki kepastian kedudukan kepegawaian,


penghasilan serta karier, sehingga dapat memberikan
motivasi utk berprestasi.
2. Adanya aktor penggerak perubahan di bidang manajemen dan
administrasi pemerintahan untuk tingkat desa.
3. Adanya aktor penghubung yang dapat menjadi perantara
kebijakan perubahan yang datang dari pemerintah supradesa.
B. Kelemahan
1. Menimbulkan kecemburuan bagi Kades dan perangkat desa
lainnya, terutama pada desa-desa yang tidak memiliki
sumber keuangan yang cukup untuk memberi imbalan bagi
perangkat desanya. Kecemburuan ini dapat menimbulkan
suasana kerja yang kontraproduktif.
2. Rawan manipulasi dalam proses pengisian jabatan Sekdes,
sehingga dapat menimbulkan konflik.
3. Intervensi pemerintah supradesa terhadap desa menjadi
lebih besar melalui tangan-tangan Sekdes.
4. Terbuka peluang terjadinya konflik antara Kepala Desa
dengan Sekdes dalam hal hubungan kerja, apabila
tatakerjanya tidak diatur dengan rinci dan dilaksanakan
secara konsisten, karena adanya duplikasi komando
terhadap Sekdes.
• Dari Sekdes yang ada di seluruh Indonesia, akan diperoleh tiga
kategori untuk kemungkinannya diangkat sebagai PNS.
1. Kategori yang telah memenuhi syarat, yakni mereka yang
usianya di bawah 40 tahun dan berpendidikan SLTA;
2. Kategori yang belum memenuhi syarat, yakni mereka yang
usianya di bawah 40 tahun tetapi pendidikannya di bawah
SLTA, jadi masih ada kesempatan untuk mengikuti
pendidikan persamaan SLTA dan yang sederajat.
3. Kategori yang tidak memenuhi syarat, yakni mereka yang
usianya di atas 40 tahun dan pendidikannya di bawah SLTA.

Kategori ketiga kemungkinan jumlahnya paling banyak


dibanding kategori lainnya. Sehingga perlu kebijakan yang adil,
agar tidak menimbulkan keresahan, antara lain melalui
pengangkatan sebagai tenaga kontrak sampai masuk usia
pensiun (56 tahun).
Gambar 1. Model Pengembangan Karier PNS
Pada Organisasi Fungsional

JABATAN POLITIS

II

JABATAN JABATAN
FUNGSIONAL III STRUKTURAL
( ) ( )
IV

PEGAWAI BARU
Gambar 2. Model Pengembangan Karier PNS
Pada Organisasi Struktural

JABATAN POLITIS

II

JABATAN JABATAN
FUNGSIONAL III STRUKTURAL
( ) ( )
IV

PEGAWAI BARU
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
a. BADAN PERWAKILAN DESA DIGANTI NAMANYA menjadi
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA dan melaksanakan
fungsi sebagaimana telah ditetapkan dalam UU 32 Tahun
2004.
b. Badan Permusyawaratan Desa yang ada saat ini tetap
menjalankan tugas sampai habis masa jabatan.
c. Jika Badan Permusyawaratan Desa yang ada saat ini
(yang terpilih berdasarkan UU 22/99 dan PP 76/2001) telah
berakhir masa jabatannya maka Badan Permusyawaratan
Desa yang baru (hasil musyawarah dan mufakat
berdasarkan UU 32/2004) adalah wakil dari penduduk
desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.
d. Masa jabatan anggota Badan Permusyawaratan Desa
yang baru adalah 6 (enam) tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya.
e. Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa.
Badan Permusyawaratan Desa

• Badan Permusyawaratan Desa berfungsi


menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
• Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah
wakil dari penduduk desa bersangkutan yang
ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
• Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa dipilih
dari dan oleh anggota Badan Permusyawaratan
Desa.
• Masa jabatan Anggota Badan Permusyawaratan
Desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi
untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ATAU YANG DISEBUT DENGAN
NAMA LAIN, SELANJUTNYA DISINGKAT BPD ADALAH LEMBAGA
YANG MERUPAKAN PERWUJUDAN DEMOKRASASI DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA SEBAGAI UNSUR
PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DESA

• LEMBAGA KEMASYARAKATAN ATAU YANG DISEBUT DENGAN


NAMA LAIN, ADALAH LEMBAGA YANG DIBENTUK OLEH
MASYARAKAT SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DAN MERUPAKAN
MITRA PEMERINTAH DESA DALAM MEMBERDAYAKAN
MASYARAKAT.
Pembentukan Badan Perwakilan Desa

Proses pembentukan BPD, lazimnya ditempuh melalui 3 (tiga) tahap,


yaitu :
a. Tahap sosialisasi.
b. Tahap persiapan.
c. Tahap pelaksanaan.

Jumlah anggota BPD ditentukan oleh jumlah penduduk desa yang


bersangkutan dengan ketentuan :
1. Jumlah penduduk s.d. 1.500 jiwa diwakili oleh 5 anggota.
2. Jumlah penduduk 1.501-2.000 jiwa diwakili oleh 7 anggota.
3. Jumlah penduduk 2.001-2.500 jiwa diwakili oleh 9 anggota.
4. Jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa diwakili oleh 13 anggota.
MASALAH DESA &
SOLUSINYA
MASALAH DESA :

1. Masalah mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan


desa disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural :
a) kurang kuatnya keberpihakan Pemerintah Pusat kepada
Desa dan masyarakat Desa;
b) kedudukan organisasional yang ambivalen antara
organisasi pemerintah formal dengan lembaga
kemasyarakatan;
c) ketidakjelasan status kepegawaian perangkat desa;
d) pembagian kewenangan yg tidak jelas.

2. Peranan hukum adat yg mengikat desa sebagai kesatuan


masyarakat hukum sudah mulai pudar digantikan oleh hukum
nasional yg tertulis.
3. Dilihat dari asal-usul penduduknya, desa dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam :
a. desa geneologis ( > 75% penduduk asli);
b. desa campuran ( +/- 50% penduduk asli, selebihnya pendatang);
c. desa teritorial (> 75% penduduk pendatang).
4. Desa geneologis  hukum adat masih berlaku
Desa campuran  hukum adat mulai surut
Desa teritorial - hukum adat praktis tidak berlaku lagi.

5. Sejak dari jaman Hindia Belanda sampai sekarang masih digunakan


sistem “memerintah secara tidak langsung” (indirect rule) terhadap
masyarakat desa. Sistem ini menempatkan desa dengan pemerintahan-
nya pada posisi marginal.

6. Secara sosiologis, desa dipandang sebagai tempat dengan nilai-nilai


tradisional yg menggambarkan keterbelakangan.

7. Secara administratif pemerintahan, desa lebih diposisikan sbg obyek


kekuasaan.
8. Dari sistem pemerintahan negara Indonesia, pemerintahan desa
merupakan subsistem yang terlemah.
Kata bijak I : Kecepatan rombongan karavan akan ditentukan oleh

kecepatan gerobak yang paling lambat.

Kata bijak II : Kekuatan rantai terletak pada mata rantainya yang


terlemah.

9. Secara politis selama ini desa hanya dijadikan tempat pengumpulan


suara pada waktu PEMILU, setelah itu dilupakan.

10. Secara ekonomis, desa dipandang sebagai sumber bahan baku dan
tenaga kerja yg murah.
Masalah Pedesaan
1. Tidak terdukung Infrastruktur yang memadai.
2. Ketidakberdayaan sosial ekonomi masyarakat
pedesaan.
3. Lemahnya SDM perangkat Pemerintahan Desa.
4. Tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
rendah.
5. Terjadi kesenjangan antara Pedesaan dengan
Perkotaan (70% penduduk berada di pedesaan dan
30% di perkotaan. Perputaran ekonomi, 70% uang
beredar di perkotaan sedangkan 30% perputaran uang
di pedesaan).
Dampak Masalah Pedesaan
1. Terjadi mobilisasi penduduk dari desa ke
kota.
2. Potensi desa tidak tergarap.
3. Desa termajinalkan dan terjadi
pergeseran nilai-nilai.
4. Di perkotaan menimbulkan masalah baru
: kriminalitas, kesenjangan sosial, dll.
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA
PEMERINTAH DESA

1. Mengingat masalah yg dihadapi oleh pem.Desa bersifat struktural,


maka cara mengatasinya harus didasarkan pada perencanaan yang
strategis dan bersinambungan, tidak bersifat tambal sulam.

2. Strategi jangka panjang adalah menetapkan secara tegas kedudukan


organisasional pemerintah desa. Secara politis hal ini sdh mulai
nampak dalam TAP MPR RI No.IV/MPR/2000 khususnya rekomendasi
No. 7 maupun pasal 18 (a,b,c) UUD 1945 Amandemen.
• Pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi nomor 7
dikemukakan mengenai kemungkinan adanya otonomi
bertingkat propinsi, kabupaten/kota serta desa. Kebijakan
politik tersebut perlu ditindaklanjuti dengan peraturan
perundang-undangan seperti UUD, UU dan peraturan
perundangan lainnya.
• Di dalam pasal 18b dan pasal 18c UUD 1945 dikemukakan arah
pengembangan desa dengan pemerintahannya di masa
mendatang dalam jangka panjang, yang disusun dalam
kebijakan komprehensif dan bersinambungan. Mengingat
perubahan pada desa akan berdampak pada sekitar 66.400
buah desa atau nama lainnya yg sejenis.
3. Strategi jangka menengah yang dapat dilakukan oleh pem.
propinsi dan atau kabupaten adalah :
a. Secara bertahap dan alamiah melakukan proses amalgamasi
(penggabungan) desa-desa sesuai dengan karakteristik ekonomi
dan budaya, sehingga nantinya dapat menjadi satu kesatuan
masyarakat hukum yang relatif kuat di bidang ekonomi dan
budaya.
b. Menyusun tipologi desa berdasarkan kemampuan keuangannya,
sehingga dapat diketahui peta kekuatannya.
c. Memberikan bantuan pengadaan sumber-sumber keuangan desa
sesuai dgn tipologinya.
d. Secara bertahap membangun birokrasi desa menjadi lebih
profesional melalui pemberian status kepegawaian yang jelas
serta program pemberdayaan dan diklat.
e. Menyiapkan sistem administrasi pemerintahan desa
menjadi lebih baik melalui program pembangunan yg
berkelanjutan.

f. Memberdayakan pemerintah desa dengan lebih banyak


memberikan kewenangan utk melayani langsung pada
masyarakat melalui asas tugas pembantuan.

g. Memberikan alokasi pembiayaan sesuai peraturan


perundang-undangan yg berlaku. (perimbangan keuangan antara
Pemda Kabupaten dengan Pem.desa).
Strategi Jangka Pendek

1. Memfasilitasi agar implementasi UU Nomor 32 Tahun 2004


beserta peraturan pelaksanaan lainnya dapat berjalan dgn baik,
karena perubahan yang terjadi bersifat rawan konflik.
2. Mendorong terbangunnya hubungan kerja yang harmonis dan
egaliter antara Pem. Desa dengan BPD sbg embrio terbentuknya
pemerintahan desa yang demokratis.
3. Memberi bantuan keuangan bagi perangkat desa utk menjaga
agar sistem yang telah ada dapat tetap dipertahankan.
ANALISIS

1. Pengalaman menunjukkan bahwa pengaturan terhadap pem.


desa yg kurang berdasar pada karakteristik masyarakatnya,
hanya akan menimbulkan ketidakberdayaan dan
ketergantungan.

2. Penyeragaman pengaturan masyarakat desa justru menghambat


tumbuhnya kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam
memenuhi kehidupan dan penghidupannya secara mandiri,
sehingga akhirnya hanya membuatnya tertinggal
dibanding masyarakat lainnya.
Konsep Pemberdayaan Desa
Mengapa Desa Perlu di
Berdayakan?
1. Desa merupakan warung Pemerintahan.
2. Ujung Tombak Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
3. Desa mempunyai Dwri fungsi, baik sebagai
aparat pemerintahan juga merupakanb
organisasi kemasyarakatan.
4. Desa mempunyai posisi dan peran yang
strategis sebagai agen pembaharu, unit
pelayanan pemerintahan dan lembaga
penghubung antara pemerintah dengan
masyarakat.
Agenda Pemberdayaan Desa
• Kejelasan proses-proses pembagian kekuasaan (kewenangan) dan
hubungan kerja antara pemerintah desa, badan permusyawaratan
desa serta kelembagaan masyarakat desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa;
• Kejelasan fungsi kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa dengan pola penyelenggaraan pemerintahan
desa yang transparan dan akuntabel.
• Kejelasan tentang hak dan kewajiban masyarakat desa dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya;
• Kejelasan mengenai alokasi dana yang menjadi hak desa;
• Mengedepankan pola pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan secara partisipatif dan keberpihakan terhadap rakyat
miskin, perempuan serta kelompok-kelompok masyarakat yang
tergabung dalam forum warga;
HAMBATAN PEMBERDAYAAN
DESA
Pengembangan otonomi desa selama ini utamanya mengalami hambatan
antara lain :

Hambatan Eksternal :
– Lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan
perdesaan.
– Masih lemahnya koordinasi antar sektor;
– Dinamika masyarakat yang selalu berubah, termasuk tingginya dinamika
sektor ekonomi.
– Terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas.
– Lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupun spasial.
– Timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan antar daerah.
– Tingginya risiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di
perdesaan.
– Meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi
peruntukan lain.
– Meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Hambatan Internal :

• Aspek Tata Pemerintahan :


– Kelembagaan di tingkat Desa belum sepenuhnya tertata dengan baik;
– Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dari aparat desa yang masih rendah;
– Lemahnya kemampuan perencaanaan di tingkat Desa dan masih bersifat parsial;
– Terbatasnya alokasi anggaran/dana, yang berakibat terbatasnya operasional program/kegiatan;
– Sarana dan prasarana penunjang mobilitas operasional terbatas;
– Pengelolaan administrasi dan dokumentasi yang masih minim;

• Aspek Tata Kemasyarakatan


– Rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian besar berketrampilan rendah, termasuk yang
terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
– Rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan;
– Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.

• Aspek Tata Ruang :


– Masih rendahnya pemanfaatan Iptek dan TTG dalam usaha ekonomi perdesaan;
– Kepemilikan lahan yang semakin sempit;
– Rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana perdesaan.
Peluang Pemberdayaan Desa
• Pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi
nomor 7 dikemukakan mengenai kemungkinan
adanya otonomi bertingkat propinsi, kabupaten/kota
serta desa yaitu :
“ Sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dan
kesetaraan hubungan pusat dan daerah diperlukan upaya
perintisan awal untuk melakukan revisi yang bersifat mendasar
terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Revisi
dimaksud dilakukan sebagai upaya penyesuaian terhadap Pasal
18 UUD 1945, termasuk pemberian otonomi bertingkat terhadap
Propinsi, Kabupaten/Kota serta Desa/Nagari/Marga, dan
sebagainya”.
KONSEP PEMBERDAYAAN DESA
TAP MPR UU No.
No. IV / RPJP Nas
322004
2000 Rek.
No.7 Kemajuan Kesejahteraan
RPJM Nas Bangsa Masyarakat

RPJP Prop.

Kemajuan Kesejahteraan
RPJM Prop Daerah Masyarakat
Prop.

RPJP
Kab/Kota

RPJM Kemajuan Kesejahteraan


Kab/Kota Kab/Kota Masyarakat

RUPOD Kesejahteraan
(Rencana Umum
Pengembangan
Masyarakat
Otonomi Desa}
RENCANA UMUM PENGEMBANGAN
OTONOMI DESA
UU No. 32
Tahun 2004

PP No. 72
Tahun 2005

Kebijakan
Pemerintah
KABUPATEN Supra Desa

Kapasitas
KECAMATAN Pemerintahan Rencana
Desa Umum
Pengemban
Rekomenda gan Otonomi Kesejahteraa
Pembangunan Penguatan
DESA Manusia
si Kebijakan Desa
Otonomi n Masyarakat
Peng Oto. Desa Desa
Desa
Keberdayaan
Masyarakat Sasaran,
Arah
Otonomi Desa Kebijakan, dan
Program

KAJIAN ILMIAH
feedback
Tolak Ukur RUPOD
• Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa :
1. Kewenangan 6. Perencanaan
2. Organisasi 7. Pengawasan
3. Personil 8. Perwakilan/BPD
4. Keuangan/Pembiayaan 9. Dokumentasi
5. Perlengkapan

• Peningkatan Kapasitas Pembangunan Manusia :


1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Kemampuan Ekonomi

• Peningkatan Kapasitas Keberdayaan Masyarakat :


1. Partisipasi Masyarakat
2. Kontrol Sosial Masyatrakat
3. Hubungan berpemerintahan
4. Kepercayaan
PROGRAM DAN KEGIATAN
RUPOD
A. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan
Desa melalui program pengembangan :
1. Optimalisasi pelaksanaan kewenangan yang dimiliki desa
melalui program :
• Identifikasi dan Klasifikasi kewenangan yang dimiliki oleh Desa;
• Penyusunan Perangkat Legislasi dan Petunjuk Pelaksanaan tentang
Kewenangan Desa.
• Sinkronisasi dan koordinasi pelaksanaan Tugas Pembantuan dari
Pemerintah Supra Desa kepada Desa.
2. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah Desa melalui
program :
• Penataan organisasi Pemerintahan Desa.
• Optimalisasi ketatalaksanaan adminitrasi pemerintahan Desa
• Pengembangan budaya organisasi pada pemerintahan Desa
3. Peningkatan pembinaan aparat pemerintahan desa melalui
program :
• Penataan personil pemerintahan desa;
• Peningkatan kualitas SDM aparat Desa melalui pendidikan dan pelatihan;
• Pengembangan kompetensi aparat Desa.
4. Peningkatan efektivitas penerimaan dan pengelolaan keuangan /
pembiayaan Desa melalui program :
• Optimalisasi penerimaan dari Pendapatan Asli Desa;
• Pengembangan Badan Usaha Milik Desa;
• Peningkatan kompetensi pengelolaan keuangan bagi aparat Desa;
• Penyempurnaan perangkat peraturan dan petunjuk pelaksanaan pengelolaan
Alokasi Dana Desa;
• Penyempurnaan manajemen dan sistem penganggaran serta pertanggungjawaban
keuangan desa.
5. Peningkatan ketersediaan dan optimalisasi pemanfaatan perlengkapan /
sarana dan prasarana pemerintahan desa melalui program :
• Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa untuk
menunjang pelayanan kepada masyarakat;
• Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Desa.
6. Peningkatan efektivitas fungsi perencanaan melalui program :
• Optimalisasi fungsi perencanaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan Desa;
• Optimalisasi pelaksanaan fungsi LPMD sebagai lembaga perencana di tingkat desa;
• Optimalisasi dan efektivitas forum Musyawarah Pembangunan tingkat Desa.
7. Peningkatan efektivitas fungsi pengawasan melalui
program :
• Peningkatan efektivitas pengawasan Pemerintah Supra Desa;
• Peningkatan efektivitas pengawasan masyarakat dan lembaga-
lembaga kemasyarakatan.
8. Mengoptimalkan fungsi BPD/Bamudes sebagai
lembaga perwakilan di tingkat Desa melalui program :
• Penyempurnaan/penyesuaian Perda tentang Bamudes/BPD
• Optimalisasi pelaksanaan fungsi representasi Bamudes/BPD.
• Peningkatan kompetensi legislasi anggota Bamudes/BPD
9. Pendayagunaan fungsi dokumentasi dan kearsipan
melalui program :
• Peningkatan kualitas ketatalaksanaan dan ketatausahaan
administrasi desa;
• Peningkatan kualitas pengarsipan administrasi desa.
B. Peningkatan Kapasitas Pembangunan
Sumber Daya Manusia

1. Peningkatan kualitas pendidikan individu masyarakat perdesaaan melalui program :


– Peningkatan ketersediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah di
pedesaan;
– Peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau di pedesaan;
– Pengembangan pendidikan kejuruan yang menunjang pengembangan potensi ekonomi lokal pedesaan.
2. Peningkatan kualitas kesehatan individu masyarakat perdesaan melalui program :
– Peningkatan ketersediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di pedesaan;
– Peningkatan kualitas layanan kesehatan di pedesaan;
– Perbaikan gizi masyarakat Desa, khususnya anak balita dan ibu hamil;
– Perbaikan sanitasi lingkungan perdesaan;
– Pengembangan perilaku sehat masyarakat Desa.
3. Peningkatan kualitas ekonomi khususnya kemampuan daya beli perorangan masyarakat
Desa melalui program :
– Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian di perdesaan
– Pengembangan kawasan agrobisnis dan agrowisata berbasis kawasan perdesaan dan pemberdayaan
masyarakat Desa
– Penyertaan investasi masyarakat Desa dalam kegiatan usaha agrobisnis dan pariwisata
– Pengembangan usaha ekonomi lokal pedesaan berdasarkan keunggulan produk lokal dan wilayah ( one
village - one product)
C. Peningkatan Kapasitas
Pemberdayaan Masyarakat Desa
1. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Desa dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
pengawasan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Desa serta kesadaran berpolitik
melalui program :
– Peningkatan peran serta seluruh stakeholder desa dalam proses perencanaan di tingkat Desa
(Musrenbang Tingkat Desa);
– Peningkatan peran serta langsung masyarakat dalam kegiatan pembangunan desa melalui kegiatan
gotong royong dan swadaya masyarakat;
– Peningkatan peran serta dan akses perempuan dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan desa;
– Pembinaan dan pendidikan politik bagi masyarakat desa;
– Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan poltik lokal dan nasional.
2. Peningkatan fungsi kontrol sosial masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa
melalui program :
– Optimalisasi peran serta masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintahan desa;
– Pengembangan transparansi penyelenggaraan pemerintahan desa.
3. Peningkatan hubungan berpemerintahan antara pemerintahan Desa dengan masyarakat
yang sinergis dan harmonis melalui program :
– Peningkatan sosialisasi program-program pembangunan di tingkat desa;
– Peningkatan responsibilitas Pemerintah Desa terhadap masalah-masalah kemasyarakatan;
– Peningkatan kualitas layanan administrasi bagi masyarakat di tingkat desa.
4. Peningkatan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa
melalui program :
– Pengembangan manajemen informasi penyelenggaraan pemerintahan desa;
– Peningkatan akseptabilitas pemerintah desa.
Perfektur Oita Jepang
Propinsi Jawa Timur
Pola Hubungan Desa
Hubungan Pemerintah Desa dengan Pihak
Luar Desa

I. Pola Hubungan dengan Pemerintah Kabupaten


Sebagai perwujudan dari filosofis “keanekaragaman” dalam
Pasal 93 UU No. 22 Tahun 1999, ditegaskan :

1. Desa dapat dibentuk, dihapus, dan atau digabung dengan


memperhatikan asal usulnya atau prakarsa masyarakat dengan
persetujuan Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
2. Pembentukan, penghapusan dan atau penggabungan desa
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Pola Hubungan Kerja Antara
Camat dgn Kepala Desa

Dari Pola
Dari Pola
1. Fasilitatif
Hirarkhis
Hirarkhis Berubah
2. Koordinatif
&& menjadi 3. Kerjasama
Subordinatif
Subordinatif 4. Pembinaan & Pengawasan

a. Hubungan Kerja Fasilitatif


Camat mjd penghubung antara Desa dgn kebijakan dari
Pemerintah Kabupaten;
b. Hubungan Kerja Koordinatif
Camat mengkoordinasikan kegiatan – baik rutin maupun
pembangunan – bagi desa2 yg ada di wilayahnya agar
memenuhi asas SINKRONISASI & INTEGRASI.
Hasil koordinasi disampaikan kepada Bupati
c. Hubungan Kerjasama

Camat yg memimpin satuan unit pemerintahan


bekerjasama dgn kepala desa yg memimpin satu unit
pemerintahan dlm kedudukan setara utk mencapai
tujuan bersama;

d. Hubungan Pembinaan & Kerjasama

Apabila memperoleh delegasi kewenangan dari Bupati,


Camat dpt melaksanakan fungsi pembinaan &
pengawasan thdp jalannya pemerintahan desa, termasuk
mengatasi konflik intra & antar pemerintah desa.
Hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah
Desa harus didasari pada filosofi sebagai berikut :
1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra.
2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai.
3. Adanya saling menghormati.
4. Adanya niat baik untuk saling membantu & saling mengingatkan
(Sadu Wasistiono,2001:52)

Pola kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa yaitu


sebagai berikut :

Berdasarkan pada budaya politik lokal yang berbasis pada


filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara
tentang proses; Mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang
baik diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui
musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik antara para elit
politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak
sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan
masyarakat luas” .
Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa
Mekanisme Pertanggungjawaban Kepala Desa

Tidak adanya akuntabilitas kepala desa kepada masyarakat


pemilih seperti selama ini terjadi, menyebabkan kontrol sosial menjadi
sangat lemah. Kepala Desa akan lebih berorientasi ke atas daripada
kepada masyarakat pemilih. Keadaan tersebut akan memperlemah
dukungan masyarakat desa, dan tanpa dukungan masyarakat,
pemerintah desa tidak akan mampu menjalankan fungsinya dengan
baik.

(Sadu Wasistiono, 1983:90)


Akuntabilitas Kepala Desa
menurut UU No. 5 Tahun 1979

Pemerintah
Supra Desa
Tanggung Jawab

Kepala Desa
Keterangan
Pertanggungjawaban
Masyarakat
Pemilih
Model Pertanggungjawaban Kepala Desa
Menurut UU No. 22 Tahun 1999

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa


bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa,
dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada
Bupati. (Pasal 102).

Pola pertanggungjawaban kesamping tidak hanya berlaku bagi


Pemerintah Desa melainkan juga bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten /kota serta daerah Propinsi. Pola pertanggungjawaban ke
atas digantikan dengan pola pertanggungjawaban kesamping
berdasarkan prinsip orbitasi.
BAGAN MODEL MEKANISME
PERTANGGUNGJAWABAN KEPADA DESA
Keterangan :

1. Kepala Desa mengajukan pertanggungjawaban


tugasnya kepada BPD.
2. BPD membahas LPJ Kades dengan penduduk desa
BUPATI RAKYAT yang mempunyai hak pilih melalui Dusun atau
Rapat Desa. Hasil Rapat dituangkan melalui Berita
Acara Rapat.
3. Hasil pembahasan tersebut dibahas ke rapat lengkap
BPD,
4. Berdasarkan hasil tersebut, kemudian BPD
mengambil sikap terhadap LPJ Kades dengan tiga
5 2 3
opsi: a) menerima; b) menerima dengan catatan;
c) menolak.
5. Apabila mayoritas konstituen menolak LPJ Kades,
maka Kades diberi kesempatan untuk memperbaiki
selama 30 hari. Apabila tidak memuaskan anggota
1 BPD, maka BPD dapat mengajukan pemberhentian
Kades kepada Bupati.
KEPALA BPD
4
5. Selain menyampaikan LPJ kepada rakyat melalui
BPD, Kades juga menyampaikan laporan
DESA pertanggungjawaban kepada Bupati. Laporan ini
4 sifatnya administratif – informatif.
PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA
MENURUT UU 32/2004

• Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tidak diatur secara eksplisit


mekanisme pertanggungjawaban Kepala Desa dalam
menyelenggarakan pemerintahan Desa. Hanya di dalam pasal
208 disebutkan bahwa :

“ Tugas dan kewajiban Kepala Desa dalam memimpin


penyelenggaraan pemerintahan Desa diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah”.
MODEL PERTANGGUNGJAWABAN
KEPALA DAERAH MENURUT UU 32/2004

PEMERINTAH PUSAT
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
(Pasal 27 ayat 2 & 3
UU 32/2004)

Pengawasan
KEPALA DPRD
DAERAH

Informasi laporan penyeleng- Laporan


garaan pemerintahan Keterangan

daerah Pertanggungjawaban
(LKPJ)

(Pasal 27 ayat 2 & 3


UU 32/2004)
MASYARAKAT
PENGETAHUAN TEKNIS
MANAJERIAN
PEMERINTAHAN DESA :
KEWENANGAN DESA

URUSAN YANG MENJADI KEWENANGAN DESA MENCAKUP :


• URUSAN PEMNERINTAHAN YANG SUDAH ADA BERDASARKAN
HAK ASAL-USUL DESA. YAITU HAK UNTUK MENGATUR DAN
MENGURUS KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT SESUAI
DENGAN ASAL-USUL ADAT ISTIADAT YANG BERLAKU DAN
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN SEPERTI SUBAK, JOGOBOYO, JOGOTIRTA, SASI,
MAPALUS, KAOLOTAN, KAJOROAN, DAN LAIN-LAIN.
PEMERINTAH, MENGIDENTIFIKASI JENIS KEWENANGAN
TERSEBUT YANG DITETAPKAN DALAM PERATURAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA.
• URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA YANG
DISERAHKAN PENGATURANNYA KEPADA DESA DENGAN SECARA LANGSUNG DAPAT
MENINGKATKAN PELAYANAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA MELAKUKAN IDENTIFIKASI, PEMBAHASAN, FSN PENETAPAN JENIS-JENIS
KEWENANGAN YANG DISERAHKAN PENGATURANNYA KEPADA DESA SEPERTI
KEWENANGAN DIBIDANG PERTANIAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI, KEHUTANAN DAN
PERKEBUNAN, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN, PERKOPERASIAN,
KETENAGAKERJAAN, KESEHATAN, PEDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOSIAL, PEKERJAAN
UMUM, PERHUBUNGAN, LINGKUNGAN HIDUP, PERIKANAN, POLITIK DALAM NEGERI, DAN
ADMINISTRASI PUBLIK, OTONOMI DESA, PERIMBANGAN KEUANGAN, TUGAS PEMBANTUAN,
PARIWISATA,, PERTANAHAN, KEPENDUDUKAN, KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT, PERENCANAAN, PENERANGAN/INFORMASI DAN KOMUNIKASI. KETENTUAN
LEBIH LANJUT MENGENAI PELAKSANAAN PENYERAHAN URUSAN YANG MENJADI
KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA YANG DISERAHKAN KEPADA DESA DIATUR DENGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN BERPEDOMAN PADA PERATURAN
MENTERI DENGAN DISERTAI DENGAN PEMBIAYAANNYA YANG BERSUMBER DARI APBD.
• TUGAS PEMBANTUAN DARI PEMERINTAH, PEMERINTAH PROVINSI,
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DISERTAI DENGAN DUKUNGAN
PEMBIAYAAN, SARANA DAN PRASARANA, SERTA SUMBER DAYA
MANUSIA DENGAN BERPEDOMAN PADA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN DESA BERHAK MENOLAK MELAKSANAKAN TUGAS
PEMBANTUAN YANG TIDAK DISERTAI DENGAN PEMBIAYAAN,
PRASARANA DAN SARANA, SERTA SUMBER DAYA MANUSIA.

• URUSAN PEMERINTAHAN LAINNYA YANG OLEH PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DISERAHKAN KEPADA DESA.
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DESA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
DISUSUN SECARA BERJANGKA
MELIPUTI :
1. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DESA (RPJM D) UNTUK
JANGKA WAKTU 5 TAHUN.
2. RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
(RKP) DESA JANGKA WAKTU 1 TAHUN.
KEUANGAN DESA.
– PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DESA YANG MENJADI
KEWENANGAN DESA DIDANAI DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DESA (APB DESA), BATUAN PEMERINTAH DAN BANTUAN PEMERINTAH
DAERAH
– SUMBER PENDAPATAN ASLI DESA TERDIRI DARI HASIL USAHA DESA, HASIL
KEKAYAAN DESA, HASIL GOTONG ROYONG DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN
ASLI DESA YANG SAH.
– KEKAYAAN DESA TERDIRI ATAS TANAH KAS DESA, PASAR DESA, PASAR
HEWAN, TAMBATAN PERAHU, BANGUNAN DESA, DAN LAIN-LAIN KEKAYAAN
MILIK DESA.
– KEPALA DESA ADALAH PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DESA DIATUR DENGAN PERATURAN BUPATI/WALIKOTA.
– DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN DESA,
PEMERINTAH DESA DAPAT MENDIRIKAN BADAN USAHA MILIK DESA SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN DAN POTENSI DESA.
• Sumber pembiayaan untuk Alokasi Dana Desa :

1. Bagi Hasil Pajak : 10%


2. Bagian Retribusi : 10%
3. Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja
pegawai : 10%
4. Dana perimbangan Propinsi : 10 %
LEMBAGA KEMASYARAKATAN

• TUGAS LEMBAGA KEMASYARAKATAN YAITU


MENYUSUN RENCANA PEMBANGUNAN SECARA
PARTISIPATIF; MELAKSANAKAN MENGENDALIKAN,
MEMANFAATKAN, MEMELIHARA DAN
MENGEMBANGKAN PEMBANGUNAN SECARA
PARTISIPATIF; MENGGERAKKAN DAN
MENGEMBANGKAN PARTISIPASI, GOTONG
ROYONG DAN SWADAYA MASYARAKAT.
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
• PEMERINTAH DAN PEMERINTAH PROVINSI MAUPUN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA WAJIB MEMBINA DAN MENGAWASI PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN.
• PEMBINAAN PEMERINTAH YAITU :
• MEMBERIKAN PEDOMAN DAN STANDAR PELAKSANAAN URUSAN
PEMERINTAH DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
• MEMBERIKAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PARTISIPATIF.
• MEMBERIKAN PENGHARGAAN ATAS PRESTASI YANG DILAKSANAKAN DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DAN LEMBAGA
KEMASYARAKATAN.
• MELAKUKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERTENTU KEPADA APARATUR
PEMERINTAH DAERAH YANG BERTUGAS MEMBINA PEMERINTAH DESA.
PEM BINAAN PEMERINTAH PROVINSI YAITU :
• MEMBERIKAN PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN DARI PROVINSI.
• MENETAPKAN BANTUAN KEUANGAN DARI PEMERINTAH PROVINSI.
• MEMFASILITASI PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
• MELAKUKAN PENGAWASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
• PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA :
• MENETAPKAN PENGATURAN KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA YANG DISERAHKAN
PENGATURANNYA KEPALA DESA .
• MEMBERIKAN PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN DARI KABUPATEN/KOTA KE DESA
• MEMBERIKAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA
• MEMBERIKAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PRTISIPATIF.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT YAITU :


“MEMFASILITASI PENYUSUNAN PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA, ADMINISTRASI
PEMERINTAH DESA, PENGELOLAAN KEUANGAN DESA, PENDAYAGUNAAN ASET DESA,
PELAKSANAAN URUSAN OTONOMI DAERAH, PELAKSANAAN TUGAS, FUNGSI DAN KEWAJIBAN
KEPALA DESA DAN PERANGKATNYA SERTA LEMBAGA KEMASYARAKATANNYA, PENYUSUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF.”
PEMBENTUKAN DESA

DESA DIBENTUK ATAS PRAKARSA MASYARAKAT DENGAN


MEMPERHATIKAN ASAL-USUL DESA DAN KONDISI SOSIAL
BUDAYA MASYARAKAT SETEMPAT DENGAN TUJUAN UNTUK
MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK GUNA MEMPERCEPAT
TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BANTUAN DESA

Pemerintah Pusat

Gubernur Propinsi

Pemerintah Kabupaten/
Kota

Pemerintah Kecamatan

Pemerintah Desa Pemerintah Desa

Masyarakat Desa Masyarakat Desa


BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA
PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA

Pemerintah Pusat Donor

Pemerintah
Gubernur
Propinsi

Pemerintah
Kab/Kota

Camat Pemerintah
Desa
Masyarakat
Desa
BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI
PROPINSI KEPADA DESA

Pusat
Koordinasi
Propinsi
Bantuan
Pemeliharaan & -manajemen
Mampu Pengembangan -teknik
-perencanaan
Identifikasi
Desa Menurut
Kemampuan Bantuan Desa
Sumber Kurang Pengem- - sumber Ung-
Keuangan mampu keuangan desa gulan
bangan
Desa - manajemen

Tidak Pemberian
mampu Modal Awal Bantuan dalam
semua aspek sesuai
dengan
karakteristik desa
Koordinasi Kabupaten/
Kota
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai