Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aryani

NIM : 043242622
Mata Kuliah : Etika Pemerntah

A. Pendahuluan
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi
budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan
agama. Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional,
tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap
agama dibanding filsafat. Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam
filsafat barat. Belakangan ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur,
misalnya Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk membangun
kembali bangunan ilmu pengetahuan yang sudah terlanjur dirongrong oleh relativisme
dan skeptisisme (Bagir, 2005: 6). Skeptisisme terhadap metafisika dan filsafat rene
Descartes dan William Ockham.
Pada essay ini, kita akan membicarakan beberapa pandangan filsuf dari filsafat
Timur, khususnya Indonesia, walaupun tidak komprehensif. Hal ini dilakukan untuk
menunjukkan bahwa terdapat filsafat murni Indonesia yang berkaitan dengan etika, lebih
tepatnya etika pemerintahan. Namun disayangkan bahwa filsufnya kadang-kadang tidak
diketahui meskipun filsafatnya terdapat secara tertulis, seperti naskah Galunggung, atau
naskah Sanghyang Siksananda Ng Karesian. Etika lainnya terdapat dalam cerita-cerita
pewayangan yang masuk Indonesia bersama-sama dan terbawa oleh agama Hindu,
seperti cerita Ramayana. Terakhir keindahan dan daya tarik dari etika dipengaruhi oleh
seni menyampaikannya sedemikian rupa sehingga tidak diketahui lagi mana yang
sebenarnya asli dan mana yang ditambahkan.
B. Pembahasan
Pada pembahasan dalam essay ini, ajaran filsafat Timur tepatnya Indonesia
tentang etika pemerintahan. Adapun ajaran filsafat nya yaitu:
1. Asta Brata
Asta atau hasta berarti delapan. Brata artinya laku, perilaku, tindakan, perbuatan, atau jalan.
Dengan demikian asta brata berarti delapan perilaku atau perbuatan. Asta brata merupakan suatu
traits theory, yaitu teori sifat-sifat yang mengajarkan bahwa raja atau perangkat dan pejabat
pemerintah harus memiliki sifat-sifat delapan (asta) dewa. Adapun traits atau sifat-sifat
kedelapan itu menurut Serat Ramayana Kekawen yang diterjemahkan oleh Buchori, yaitu:
1) Batara Indra: Raja harus dapat memenuhi kebutuhan dan memberi pelayanan kepada
rakyatnya, raja harus dapat meningkatkan taraf hidup rakyat.
2) Batara Yama: Dewa yang memberi hukuman kepada siapa saja yang salah dan jahat tanpa
pandang bulu sampai yang jahat itu mati, sebaliknya yang baik harus diberi hadiah.
3) Batara Surya: Dalam melaksanakan segala pekerjaan atau mengambil keputusan jangan
tergesah-gesah, harus dipertimbangkan secara matang agar hasilnya setinggi mungkin. 1
4) Batara Chandra: Mengikuti perilaku dewa bulan berarti raja harus berusaha mengamalkan
ilmu pengetahuannya, demikan pula para cendekiawan. Oleh karna itu, mereka harus diberi
segala keperluannya agar dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya, yaitu memenuhi kebutuhan
batin rakyat.
5) Batara Bayu: Bisa menyelidiki perilaku yang jahat, teliti menyelidiki tiap kelakuan, keadaan
isi negara.
6) Batara Kuweran: Karena berpakaian itu cermin jiwa yang berpakaian, berpakaianlah sebaik-
baiknya. Jika berpakaian sopan dan selayaknya sesuai kedudukan dalam masyarakat, orang lain
akan menghormatinya. Berpakaian termasuk pula etika.
7) Batara Baruna: Dewa Baruna memegang senjata nagapaca yang secara kias adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, pemimpin harus mencintai ilmu, harus berfilsafat, dan harus selalu
mencari ilmu.
8) Batara Brahma: Raja harus berani, tabah dan bijaksana dalam menghadapi kesukaran, pantang
mundur, dan tiap kesukaran justru membangkitkan semangat menghancurkannya.
2. Amanat Galunggung
Dalam Amanat Galunggung, terdapat kalimat “jaga isos di carék nu kwalyat,
ngalalwakon agama nu nyusuk na Galunggung, marapan jaya pran jadyan tahun, heubeul
nyéwana, jaga makéyana patikrama, paninggalna sya séda”.
Terjemahannya: Tetaplah mengikuti ucap orang tua, melaksanakan ajaran yang membuat
parit pertahanan di Galunggung, agar unggul perang, serta tumbuh tanamtanaman, lama berjaya
panjang umur, sungguh-sungguhlah mengikuti patikrama warisan dari para suwargi.
Keterangan tersebut menunjukan bahwa isi amanat yang terdapat pada naskah Amanat
Galunggung bersumber dari petuah-petuah Batari Hyang, yakni “yang membuat parit pertahanan
di Galunggung”. Salah satu peringatan Sang Batari dalam amanatnya ialah agar anak-turunannya
dapat selalu menjaga ajaran leluhur, dan jika tidak mampu maka lebih mulia kulit lasun di tempat
sampah (muliana kulit lasun di jaryan).
Dalam Amanat Galunggung, juga terdapat ajaran Tri Tangtu Di Buana yaitu, Rama, Resi
dan Ratu/Prabu. Ketiganya mempunyai tugas yang berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisah-pisahkan, tidak ada di antara mereka yang berkedudukan lebih tinggi dari
yang lainnya. Tugasnya setara dan samasama mulia, ketiga pemimpin tersebut harus bersama-
sama menegakkan kebajikan dan kemuliaan melalui ucapan dan perbuatan.

3. Nilai-Nilai Masyarakat Minangkabau dan Bugis


Menurut adat Minangkabau, ada delapan ketentuan dalam pergaulan hidup, yaitu harus
selalu berlaku lurus dan benar; harus selalu bergaul dengan baik sesama manusia, yang tua
dihormati, yang kecil dikasihi, sama besar bersaudara, dan berkatalah dengan lemah lembut serta
bergaullah dengan sopan hormat-menghormati; harus selalu bergaul dengan penuh sifat ramah
tamah, sopan dan santun, hormat-menghormati sesamanya, yang senantiasa mencerminkan
tingkah laku yang berlandaskan budi luhur; harus selalu mempunyai sifat lapang hati dan sabar,
tenang, dan berwibawa, tetapi tegas dan bijaksana serta mempunyai sifat malu dalam diri dan
hati-hati; harus selalu menyimpan rahasia yang patut dirahasiakan; kalau ingin dimuliakan atau
jadi orang yang mulia, 2 selalu menepatijanji yang telah dijanjikan; setiap keuntungan yang ingin
dicapai senantiasa menghendaki pengorbanan; setiap kesenangan dan kekayaan serta
kebahagiaan biasanya dapat dicapai oleh seseorang, terlebih dahulu dengan membanting tulang
dan memeras keringat.
Adapun nilai-nilai yang universal dalam adat Minangkabau adalah masalah hidup yang
menentukan orientasi nilai budaya suatu masyarakat yang terdiri atas hakikat hidup, hakikat
kerja, hakikat kehidupan manusia dalam ruang waktu, hakikat hubungan manusia dengan alam,
hakikat hubungan manusia dengan manusia.
Sifat-sifat pribadi yang ideal, menurut adat minang, meliputi hidup berpikir, berukur,
berjangka, sopan santun dalam pergaulan, tenggang rasa, setia, adil, hemat cermat, waspada,
berani karena benar, arif bijaksana, tanggap dan sabar, rajin, dan rendah hati.
Sementara itu, nilai-nilai utama dalam masyarakat Bugis adalah kejujuran,
kecendekiaan, kepatutan, keteguhan, dan usaha. Selain nilai-nilai utama tersebut, dalam
masyarakat Bugis, juga dikenal istilah ‘siri’ yang berarti amat malu, dengan malu, malu sebagai
kata sifat atau keadaan, perasaan malu menyesali diri, perasaan harga diri, noda atau aib, serta
dengki.

C. Kesimpulan
 Asta brata adalah delapan perilaku atau perbuatan. Dapat memenuhi kebutuhan dan
memberi pelayanan kepada rakyatnya; Memberi hukuman kepada siapa saja yang salah
tanpa pandang bulu; Sabar dalam mengambil keputusan; Mengamalkan ilmu
pengetahuan dan para cendikiawan; teliti menyelidiki kelakuan; Berpakaian yang baik
dan sopan; Berilmu pengetahuan; berani, tabah, dan bijaksana dalam menghadapi
kesukaran.
 Tetaplah mengikuti ucap orang tua, selalu menjaga ajaran leluhur, dan jika tidak mampu
maka lebih mulia kulit lasun di tempat sampah (muliana kulit lasun di jaryan).
 Ada 8 ketentuan dalam pergaulan hidup adat Minangkabau, yaitu; berlaku lurus dan
benar; bergaul dengan baik sesama manusia dengan dan sopan; bergaul dengan ramah
tamah, sopan dan santun; lapang hati dan sabar, tenang, dan berwibawa, tegas dan
bijaksana; Amanah; menepati janji; jika ingin untung, harus adanya pengorbanan; Jika
ingin kaya, harus berkerja keras.
 nilai-nilai yang universal dalam adat Minangkabau, yaitu: terdiri atas hakikat hidup,
hakikat kerja, hakikat kehidupan manusia dalam ruang waktu, hakikat hubungan manusia
dengan alam, hakikat hubungan manusia dengan manusia.
 Sifat-sifat pribadi yang ideal menurut adat minang, yaitu: hidup berpikir, berukur,
berjangka, sopan santun dalam pergaulan, tenggang rasa, setia, adil, hemat cermat,
waspada, berani karena benar, arif bijaksana, tanggap dan sabar, rajin, dan rendah hati.
 Nilai-nilai utama dalam masyarakat Bugis adalah kejujuran, kecendekiaan, kepatutan,
keteguhan, dan usaha.
 Dalam masyarakat Bugis, juga dikenal istilah ‘siri’ yang berarti amat malu, dengan malu,
malu sebagai kata sifat atau keadaan, perasaan malu menyesali diri, perasaan harga diri,
noda atau aib, serta dengki.

Sumber: BMP IPEM4430/Etika Pemerintahan edisi 3/Modul 3(3-3.65)


https://loopythecuitotter.blogspot.com/2012/12/makalah-filsafat-timur.html

Anda mungkin juga menyukai