Anda di halaman 1dari 17

TEORI LAHIRNYA KEPEMIMPINAN

(Tipe atau Konsepsi Kepemimpinan)

Makalah Disajikan dalam Forum Diskusi


pada Mata Kuliah

FILSAFAT ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

Oleh:
Kelompok 5
Ahmad Fajar : 180101050151
Masitah : 180101050152
Laila Kamariah : 180101050764
A. Maulana Rasyidi : 180101050902

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Noor Ainah, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
2.1 Pengertian Kepemimpinan...................................................... 2
2.2 Teori Kemunculan Kepemimpinan......................................... 2
2.3 Konsepsi atau Tipe Kepemimpinan........................................ 5

BAB III PENUTUP..................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan............................................................................. 13
Daftar Pustaka................................................................................................... 14

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya
kepada kita semua khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
penulisan Makalah yang berjudul “Teori dan Tipe-Tipe Kepemimpinan” ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas pembelajaran mata kuliah Filsafat Administrasi dan Manajemen dengan
mengharap kerendahan hati agar sekiranya makalah ini dapat diterima.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyelesaian penulisan makalah ini yang telah memberikan masukan
agar pembuatan makalah ini dapat menghasilkan makalah yang bermanfaat dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya, Disamping itu kami juga menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, Untuk itu kami
mohon kritik dan saran yang membangun. Sehingga bisa melengkapi dan
menjadikan makalah ini bisa lebih baik lagi nantinya.
Akhir dari kami tentunya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi
kesalahan dalam penulisan makalah ini, mudah-mudahan makalah ini bisa
bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb

Banjarmasin, 24 September 2019

Kelompok 5

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Namun keterbatasan yang
mereka miliki antara satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan mereka
untuk membentuk suatu organisai. Dimana semua orang berkumpul dalam suatu
wadah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.
Dalam setiap organisasi harus memiliki pemimpin agar berjalan dengan
baik. Tanpa adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah dalam
menjalankan semua elemen dan komponen yang ada dalam organisasi tersebut.
Seorang pemimpin tidak begitu saja dipilih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria
tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berfikir dan
berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgen diperhatikan.
Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini.
Cara dan pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari
kepemimpinan seseorang. Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang
pemimpin memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu
semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan strategi yang baik dan sesuai dengan
kondisinya.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kepemimpinan?
2. Apa saja teori lahirnya kepemimpinan?
3. Bagaimana tipe-tipe dalam kepemimpinan?

2.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu
kepemimpinan, teori munculnya kepemimpinan serta tipe-tipe yang dapat
digunakan oleh seorang pemimpin dalam memimpin suatu lembaga pendidikan,
sehingga dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah terjemah dari kata leadership yang berasal dari kata
leader. Pemimpinan (leader) ialah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan
merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah
kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun.
Dari kata pimpim lahirnya kata kerja memimpin yang artinya membimbing dan
menuntun. Kepemimpinan adalah suatu hasil interaksi antar individu dalam suatu
kelompok, bukan daripada status atau posisi individu-individu tersebut.1 Isu
penting kepemimpinan pendidikan adalah berkisar pada tipe dan gaya
kepemimpinan yang mana yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pendidikan.2
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut
mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelborasi potensinya) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.3

2.2 Teori Kemunculan Kepemimpinan

Banyak studi dilakukan tentang kepemimpinan. Hasilnya berupa rumusan,


konsep, dan teori kepemimpinan. Berikut ini adalah beberapa teori tentang
kepemimpinan yang dirangkum oleh Kartika Kartono dari G.R. Terry
1. Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis

Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan,


dan tindakan-tindakan yang abitrer (Sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan
yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya
1
Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo, Kepemimpinan dalam Pendidikan, 1960,
(Surabaya:Usaha Nasional), hlm 29.
2
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, 2009, (Bandung:Alfabeta), hlm
150.
3
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan spiritual, 2017,
(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media). Hlm 89.

2
berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas. Pemimpin tersebut pada
dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes tunggal dan berambisi untuk
merajai situasi. Oleh karena itu, dia disebut otokrat keras. Pada intinya, otokrat
keras itu memiliki sifat sifat tepat, saksama, sesuai dengan prinsip, namun keras
dan kaku. Pemimpin tidak pernah akan mendelegasikan otoritas. Lembaga atau
organisasi yang dipimpinnya merupakan a one-man show. Dengan keras ia
menekankan prinsip-prinsip Bussines is Bussines, ”waktu adalah uang” : untuk
bisa makan orang harus bekerja kerja keras”; dan “yang kita kejar adalah
kemenangan mutlak”. Sikap dan prinsipnya sangat konveratif. Pemimpin hanya
akan bersikap baik terhadap orang-orang yang patuh dan loyal dan sebaliknya, dia
akan bertindak keras dan kejam terhadap orang yang membangkang.
2. Teori Psikologis

Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah


memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang
kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan
agar mereka mau bekerja guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun
untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Oleh karena itu, pemimpin yang mampu
memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia
seperti pengakuan, martabat, status sosial, kepastian emosional, memerhatikan
keinginan dan kebutuhan pengawas, kegairahan kerja, minat, suasana, hati, dan
lain-lain.
3. Teori Sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-


relasi dalam organisasi dan usaha untuk menyelesaikan setiap konflik
organisatoris antara para pengikutnya agar tercapai kerja sama yang baik.
Pemimpin merupakan tujuan-tujuan, dengan menyertakan para pengikut dalam
mengambil keputusan terakhir. Selanjutnya juga mengidentifikasikan tujuan, dan
kerap kali memberikan petunjuk yang diberikan bagi para pengikut untuk
melakukan setiap tindakan yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.

3
4. Teori Suportif

Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan
bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan
sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Untuk maksud ini, pemimpin perlu
menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan bisa membantu
mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik
mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, untuk mengembangkan bakat
dan keterampilannya, dan menyadari benar keinginan untuk maju. Teori suportif
ini biasa dikenal dengan teori partisipatif atau teori kepemimpinan demokratis.
5. Teori Laissez Faire

Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan seorang tokoh "ketua dewan"


yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia menyerahkan tanggung jawab
serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggota. Pemimpin adalah
seorang "ketua" yang bertindak sebagai simbol. Pemimpin semacam ini biasanya
tidak memiliki keterampilan teknis.
6. Teori Kelakuan Pribadi

Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi


atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa seorang
pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu tidak melakukan
tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi.
Pemimpin dalam kategori ini harus mampu mengambil langkah-langkah yang
paling tepat untuk suatu masalah. Sedangkan, masalah sosial itu tidak akan pernah
identik sama di dalam runtunan waktu yang berbeda.
7. Teori Sifat Orang-Orang Besar (Traits of Great Men)

Cikal bakal seorang pemimpin dapat diprediksi dan dilihat dengan melihat
sifat, karakter, dan perilaku orang-orang besar yang terbukti sudah sukses dalam
menjalankan kepemimpinannya. Dengan demikian, ada beberapa ciri-ciri unggul
sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu
memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan

4
emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki
kepercayaaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partipasi sosial yang tinggi dan
lain-lain.
8. Teori Situasi

Teori situasi berpandangan bahwa munculnya seorang pemimpin


bersamaan masa pergolakan, kritis seperti revolusi, pemberontakan, dan lain-lain.
Pada saat itulah akan muncul seorang pemimpin yang mampu mengatasi
persoalan-persoalan yang nyaris tidak dapat diselesaikan oleh orang-orang
"biasa". Pemimpin semacam ini muncul sebagai penyelamat dan cocok untuk
situasi tertentu. Dalam bahasa lain biasa dikenal dengan "satrio piningit", orang
pilihan atau Imam Mahdi.
9. Teori Humanistik/Populistik

Fungsi kepimpinan menurut teori ini adalah merealisasi kebebasan


manusia dan memenuhi setiap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi
pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya organisasi yang
baik dan pemimpin yang baik, yang mau memerhatikan kepentingan dan
kebutuhan rakyat. Organisasi tersebut juga berperan sebagai sarana untuk
melakukan kontrol sosial agar pemerintah melakukan fungsinya dengan baik,
serta memerhatikan kemampuan dan potensi rakyat.4

2.3. Konsepsi atau Tipe Kepemimpinan

Gaya atau tipe artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak
gerik yang bagus, kekuatan dan kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan, tipe
kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk
memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan
bahwa tipe kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang sering disukai
dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Tipe kepemimpinan juga disebut sebagai pola menyeluruh dari tindakan
seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
4
Didin Kurniadin danImam Machali, Manajemen Pendidikan, 2016, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media), hlm 297-301

5
bawahannya. Tipe kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari
falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya
kepemimpinan yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung,
tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya,
gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Terdapat beberapa gaya
kepemimpinan-juga sering disebut juga dengan tipe kepemimpinan-sebagai
berikut.
1. Tipe Kepemimpinan Karismatik

Kadang-kadang ada sebagian kalangan yang menyatakan dengan


ungkapan penuh kekaguman bahwa “orang itu memiliki kharisma yang sangat
tinggi”. Ungkapan itu sebenarnya merupakan bentuk dari ketakjuban seseorang
terhadap tokoh atau pribadi-pribadi publik yang dimunculkan lewat ungkapan
yang tidak bisa dilukiskan secara detail “apa yang membuat menarik dari tokoh
tersebut?”, “bagaimana pesona itu muncul?”, dan ”kenapa aura itu muncul?”.
Pertanyaan-pertanyaan tentang kharisma tersebut pada hakikatnya adalah untuk
merasionalisasikan tentang fakta tersebut, akan tetapi pada kenyataannya fakta
tersebut tidak akan mampu untuk dirasionalisasikan kecuali dalam bentuk
ketakjuban seseorang terhadap kharisma tersebut.5
Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik, dan
pembawaan yang luar biasa untuk memengaruhi orang lain sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya das pengawal-pengawal yang
bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab-
sebabnya seseorang memiliki karisma besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan
gaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang
diperolehnya sebagai karunia yang Mahakuasa. Dia banyak memiliki inspirasi.
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian
pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar. Tokoh-

5
Bahar Agus Setiawan dan Abd. Muthith, Transformational Leadearship, 2013,
(Jakarta:Rajawali Pers), hlm 21-22.

6
tokoh besar semacam ini, antara lain Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John F.
Kennedy, Soekarno, Margaret Tacher, Gorbachev, dan lain-lain.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis

Tipe kepemimpinan paternalistis adalah tipe kepemimpinan kebapakan,


dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut.
a. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa,
atau anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b. Dia bersikap terlalu melindungi (overlyprotective).
c. Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
d. Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif.
e. Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan
kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi
dan daya kreativitas mereka.
f. Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristis

Tipe ini sifatnya "sok" kemiliter-militeran. Hanya gaya luaran saja yang
mencontoh gaya militer. Akan tetapi, jika dilihat lebih saksama, tipe ini mirip
sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Hendaknya, dipahami bahwa tipe
kepemimpinan militeristis itu berbeda sekali dengan kepemimpinan organisasi
militer. Sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah sebagai berikut.
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap
bawahannya keras sangat otoriter kaku dan sering kurang bijaksana.
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c. Menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual, dan tanda-tanda kebesaran
berlebihan.
d. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya (disiplin
kadaver/mayat

7
e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.
f. Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan de paksaan yang


mutlak harus dipenuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain
tunggal. Pada a one-man-show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap
perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Anak
buah tidak permah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan
yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah
diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin. Otokratis yang baik hati
(Benevolent autocraft), gaya ini memberikan perhatian yang penuh terhadap tugas
dan perhatian yang kurang terhadap hubungan kerja.6
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan Laissez Faire ini, sang pemimpin praktis tidak
memimpin dan membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua
pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan. Dia merupakan
pemimpin simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis sebab
posisinya sebagai direktur atau pemimpin ketua dewan, komandan, kepala,
biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan, atau sistem nepotisme.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis

Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third Wold mendefinisikan


kepemimpinan populasi sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan
solidaritas rakyat, misalnya Soekarno dengan ideology marhaenisme-nya, yang
menekankan masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati
terhadap kolonialisme, penindasan, pengisapan, serta penguasaan oleh kekuatan-
kekuatan asing (luar negeri).
6
Bedjo Sujanto, Manajemen PendidikanBerbasis Sekolah, 2007, (Jakarta:CV. Sagung seto), hlm
81.

8
Kepemimpinan populasi ini berpegang teguh kepada nilai-nilai masyarakat
yang tradisional. Juga, kurang memercayai dukungan kekuatan serta bantuan
utang-utang luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan (kembali) nasionalisme. Oleh Profesor S.N Einsentadt, populisme
erat dikaitkan dengan modernitas tradisional.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe administrative ialah kepemimpinan yang mampu


menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedangkan, para
pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan adminitratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan demikian, dapat dibangun
sistem administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah, yaitu untuk
memantapkan integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada
umumnya. Dengan kepemimpinan administratif ini, diharapkan adanya
perkembangan teknis, yaitu teknologi, industri, manajemen modern, dan
perkembangan sosial di tengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberian


bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada
diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini
bukan terletak pada person atau individu pemimpin, melainkan kekuatan justru
terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu maupun
mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga, bersedia mengakui keahlian
para spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas
setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Kepemimpinan demokratis sering disebut sebagai kepemimpinan group
developer.
Selanjutnya, setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen,
watak, dan kepribadian sendiri yang unik dank has. Dengan demikian, tingkah

9
laku gayanyalah yang membedakan dirinya dan orang lain. Gaya atau style
hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinanya.
Berbeda dengan pembagian gaya kepemimpinan diatas, Danim membagi
tipe/gaya kepemimpinan, yaitu (1) Pemimpin otokratik, yaitu perilaku atau sikap
yang ditampilkan pemimpin ingin menang sendiri. Dia berasumsi bahwa maju
mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya, disamping mempunyai
sikap tertutup terhadapide dari luar, dan menganggap idenya yang dianggap
akurat. (2) Tipe/gaya pemimpin demokratis, yaitu pemimpin yang mempunyai
sikap/gaya pemimpin demokratis, yaitu pemimpin yang mempunyai sikap atau
perilaku keterbukaan dan berkeinginan memosisikan pekerjaan diri, oleh, dan
untuk bersama. Tipe ini bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan
kelompok, tujuan yang bermutu dapat dicapai oleh organisasi. (3) tipe/gaya
kepemimpinan yang tidak mempunyai pendirian kuat, dimana sikapnya serba
membolehkan, serba mengiyakan, tidak ambil pusing, tidak bersikap dalam
makna sesungguhnya, dan cenderung apatis; (4) tipe/gaya kepemimpinan
transformasional, yaitu setiap tindakan yang dilakukan individu atau kelompok
mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang
tergantung dalam wadah tertentuuntuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Kepada sekolah yang mempraktikan kepemimpinan transfortasional
tidak hanya menggantungkan atau mengandalkan pada karisma pribadinya, tetapi
ia berupaya untuk memperdayakan staf dan membagi/mendistribusikan fungsi-
fungsi kepemimpinan.
Semacam itu, Saksono membagi tipe kepemimpinannya kedalam beberapa
tipe beriut:
 Kepemimpinan yang memberi arahan, termasuk penentuan tujuan/sasaran,
pemecahan persoalan, pengambilan keputusan, dan perncanaan.
 Kepemimpinan yang bersifat pengalaman atau pelaksanaan, termasuk
berkomunikasi, berkoordinasi, supervisi, dan evaluasi. Semua itu
diarahkan untuk mencapai tujuan.
 Kepemimpinan yang memberi motivasi, termasuk menerapkan prinsip
motivasi (seperti mempertemukan sasaran individu dan satuan) serta

10
menghargai tingkah laku yang mengarah pada pencapaian standard an
tujuan organisasi. Juga termasuk memberikan pelajaran dan bimbingan.
Menurut Mulyasa, sebagaimana dikutip oleh Khozin, beberapa gaya yang
dapat diuraikan antara lain sebagai berikut.
 Gaya mendikte (telling). Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat
kematangan daya abstrak, kemauan dan kepercayaan diri (komitmen)
rendah sehingga memerlukan petunjuk dan pengawasan yang jelas. Gaya
ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun staf yang acuh tak acu. Oleh
karena itu, kepala sekolah atau madrasah dituntut untuk mengatakan apa,
bagaimana, kapan, dan dimana tugas dilakukan. Dengan demikian gaya ini
menekakan pada tugas, sedangkan hubungan hanya sekedarnya saja.
 Gaya menjual (Selling). Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan
gaya abstraknya pada staf rendah, tetapi kemauan kerja dan kepercayaan
diri (Komitmen) sangat memadai (tinggi). Gaya ini lebih cocok diterapkan
pada guru maupun staf yang sangat sibuk. Oleh karena itu, kepala
madrasah selalu memberikan petunjuk atau pengarahan yang porsinya
agak banyak. Dengan demikian, gaya ini menekankan pada tugas serta
hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan kemauan
yang telah dimiliki.
 Gaya melibatkan diri (participating). Gaya ini diterapkan jika tingkat
kematangan daya abstraknya tinggi, tetapi kurang memiliki kemauan kerja
dan kepercayaan diri (komitmen). Gaya ini lebih cocok diterapkan pada
guru maupun staf yang suka kritik. Oleh karena itu, kepala madrasah lebih
berperan bersama-sama dalam proses pengambilan keputusan. Dengan
demikian, gaya ini tidak menekankan pada tugas, namun upaya hubungan
perlu ditingkatkan dengan membuka komunikasi dua arah.
 Gaya mendelegasikan (delegating). Gaya ini diterapkan bila kemampuan,
kematangan daya abstrak, kemauan kerja, dan pada guru maupun staf yang
profesional. Oleh karena itu, kepala madrasah membiarkan mereka
melaksanakan kegiatan sendiri, tetapi tetap melakukan pengawasan.

11
Dengan demikian, gaya ini terkait dengan upaya tugas maupun hubungan
hanya diperlukan sekedarnya saja.7

7
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Ibid, Hlm.301-308

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah terjemah dari kata leadership yang berasal dari kata
leader. Dari kata pimpim lahirnya kata kerja memimpin yang artinya membimbing
dan menuntun. Banyak studi dilakukan tentang kepemimpinan. Hasilnya berupa
rumusan, konsep, dan teori kepemimpinan. Adapun teori mengenai munculnya
kepemimpinan sebagai berikut:
1. Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis
2. Teori Psikologis
3. Teori Sosiologis
4. Teori Suportif
5. Teori Laissez Faire
6. Teori Kelakuan Pribadi
7. Teori Sifat Orang-Orang Besar (Traits of Great Men)
8. Teori Situasi
9. Teori Humanistik/Populistik
Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi
dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap, yang sering diterapkan seorang
pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Terdapat
beberapa gaya kepemimpinan-juga sering disebut juga dengan tipe
kepemimpinan-sebagai berikut.
1. Tipe Kepemimpinan Karismatik
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis
3. Tipe Kepemimpinan Militeristis
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
7. Tipe Kepemimpinan Administratif atau Eksekutif
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

13
DAFTAR PUSTAKA

Soemanto, Wasty dan Hendyat Soetopo. 1960. Kepemimpinan dalam Pendidikan.


(Surabaya:Usaha Nasional).
Sujanto, Bedjo. 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. (Jakarta:CV.
Sagung seto).
Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer.
(Bandung:Alfabeta).
Kurniadin, didin dan Imam Machali. 2016. Manajemen Pendidikan.
(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media).
Setiawan, Bahar Agus dan Abd. Muhith. 2013. Transformational Leadership.
(Jakarta:Rajawali Pers).
Wahab, Abd. Dan Umiarso. 2017. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan
Spiritual. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media).

14

Anda mungkin juga menyukai