Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut Sondang P. Siagian (1985: 6) karena kepemimpinan merupakan


motor penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat (resources) yang
tersedia bagi suatu organisasi. Resources ini digolongkan menjadi dua golongan
besar yaitu (1) human resources dan (2) non human resources. Tugas dasar
pemimpin adalah membentuk dan memelihara lingkungan dimana manusia
bekerjasama dalam suatu kelompok yang terorganisir dengan baik, menyelesaikan
tugas mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan berasal dari kata “pemimpin” menurut Wirawan (2002: 65)


maksudnya adalah orang yang dikenal oleh dan berusaha memengaruhi para
pengikutnya untuk perwujudan visinya.

Dari sejumlah pengertian kepemimpinan tersebut pada pokoknya berkisar


pada : (1) perilaku mengarahkan aktivitas; (2) aktivitas hubungan kekuasaan
dengan anggota ; (3) proses komunikasi dalam mengarahkan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan yang keseluruhan; (4) interaksi antar personel untuk mencapai
hasil yang ditentukan; (5) melakukan inisiatif dalam melakukan kegiatan dengan
memelihara keputusan kerja; (6) aktivitas organisasi meningkatkan prestasi; dan
sebagainya. Kemudian, George R. Terry (1977:414) memberi pengertian
kepemimpinan adalah hubungan antara seorang pemimpin dalam memengaruhi
orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
yang di inginkan pemimpin. Menurut Wirawan (2002: 18) mendefinisikan
kepemimpinan adalah sebagai proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi
sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, aturan dan sebagainya dari pengikut untuk
perwujudan visi.1

Kepemimpinan menurut Koontz (1986:506) adalah pengaruh, kiat (seni)


proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka mau berusaha secara sepenuh
hati dan semangat untuk mencapai tujuan. Seni kepemimpinan dalam pendidikan

1
Husnul Yaqin, Kapita Selekta Administrasi dan Manajemen Pendidikan, (Banjarmasin: Antasari
Press, 2011), hlm. 147-148.
adalah menanamkan pengaruh kepada guru agar mereka melakukan tugasnya
menurut Gary Yuki (1994: 5) kepemimpinan:

“...Leadership is defined broadly as influence processes affecting the


interpretation of events for followers, the choice of objectivesfor the group or
organization, the organization of work activities to accomplish the objectives, the
motivation of followers to achieve the objectives, the maintenance of cooperative
relationships and teamwork, and the enlistment of support and cooperation from
people outside the group or organization”

Artinya, Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dan menterjemahkan


keinginan anggota atau pengikut yang menekankan pada tujuan dan sasaran
organisasi melalui kegiatan memberi motivasi, memelihara hubungan kerjasama
yang baik dengan anggota dan memberi dukungan pada kelompok-kelompok
tertentu diluar organisasi dan didalam organisasi.2 Stephen P. Robbins
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah mempengaruhi suatu kelompok agar
mencapai tujuan yang diinginkan.3

2.2 Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM)

Total quality management means the management of all the elements of an


organization processes, practices, systems, methodologies and of all those who
are involved or damage in any way the quality of product or service.
(Stanciu,I,2003).4 TQM merupakan salah satu pendekatan yang di tempuh dalam
rangka menumbuhkan pengendalian mutu terpadu dengan melibatkan semua
orang yang terlibat dalam suatu lembaga tersebut. TQM adalah suatu himpunan
prisip-prinsip, alat-alat, dan prosedur-prosedur yang memberikan tuntunan dalam
praktek penyelenggaraan organisasi. TQM adalah suatu sistem dalam manajemen
yang ditunjukan untuk meningkatkan efesiensi, produktivitas dan mutu, dalam
meningkatkan daya saing yang diinginkan agar menjadi lebih baik.

2
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFABETA CV, 2009), hlm.
143-144.
3
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2011), hlm. 14.
4
Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari pimpinan
skolah adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif,
dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi
masyarakat luas penggunanya. (Thomas B. Santoso : 2001). Agar tugas dan
tanggung jawab para pemimpin sekolah tersebut menjadi nyata, kiranya kepala
sekolah perlu memahami, mendalami dan menerapkan beberapa konsep ilmu
manajemen yang dewasa ini telah dikembangmekarkan oleh pemikir – pemikir
dalam dunia bisnis. Salah satu ilmu manajemen yang dewasa ini banyak diadopsi
adalah TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu.

Manajemen Mutu Terpadu sangat populer di lingkungan organisasi profit,


khususnya di lingkungan berbagi badan usaha/perusahaan dan industri, yang telah
terbukti keberhasilannya dalam mempertahankan dan mengembangkan
eksistensinya masing – masing dalam kondisi bisnis yang kompetitif. Kondisi
seperti ini telah mendorong berbagai pihak untuk mempraktekannya di
lingkungan organisasi nonprofit termasuk di lingkungan lembaga pendidikan.

Landasan historis manajemen mutu terpadu adalah Quality control and


Statistical theory yang pertama kali diperkenalkan untuk mendeteksi dan
memperbaiki masalah-masalah selama proses produksi untuk mencegah adanya
kegagalan suatu produk. Suryadi (2011:21) menyatakan bahwa pada tahun 1940-
an para pemimpin industri di Jepang bermaksud menghasilkan produk inovatif
dan bermutu. Mereka mengundang Deming, Juran dan Feigenbaum untuk
mempelajari bagaimana mencapai maksud tersebut. Atas saran ketiganya melalui
konsep Quality in Japan, dalam lima tahun Jepang berhasil dalam mewujudkan
produk yang inovatif dan bermutu.

Menurut James dan William, mutu terpadu (2008:19),”total quality is


based on three fundamental principles: first, a focus on customers and
stakeholders. Second, participation and teamwork by everyone in the
organization. Third, a process focus supported by continuous improvement and
learning. Ada tiga prinsip pokok dalam mutu terpadu; pertama, fokus pada
pelanggan dan stakeholders. Kedua, partisipasi dan tim kerja oleh setiap orang
dalam organisasi. Ketiga, proses fokus yang didukung oleh perbaikan terus
menerus dan pembelajaran. 5

Menurut Hadari Nawari (2005:46) Manajemen Mutu Terpadu adalah


manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan
pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari
masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public
service) dan pembangunan masyarakat (community development). Konsepnya
bertolak dari manajemen sebagai proses atau rangkaian kegiatan
mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi pula dengan
pentahapan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar terwujud kerja sebagai
kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam
manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan
(termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja
yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang
bermanfaat bagi masyarakat.

Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso yang dikutip oleh Fandy


Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) yang mengatakan bahwa “TQM merupakan
sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi”. Di samping itu Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998)
menyatakan pula bahwa “Total Quality Management merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa


manajemen mutu terpadu adalah suatu filosofi perbaikan, yang dapat
menyediakan berbagai lembaga pendidikan dengan sekumpulan alat-alat praktis

5
Juharni, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Makassar: CV SAH MEDIA,
2017, h.7.
untuk penyesuaian dan pemenuhan harapan, keinginan, dan kebutuhan pelanggan
sekarang dan masa depan.

2.3 Kepemimpinan Dalam Perspektif Manajemen Mutu Terpadu


Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Ia merupakan
salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik dalam
Wahjosumidjo (2002:17) adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi
orang lain dengan sengaja dalam suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk
mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Dan masih banyak lagi konsep
kepemimpinan menurut para tokoh, sebagaimana telah diuraikan diatas.
Namun dalam perspektif TQM, definisi kepemimpinan yang diberikan
oleh Goetsch dan Davis (1994) adalah kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung
jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.
Sehingga kepemimpinan didasarkan pada filosofi bahwa perbaikan metode
dan proses kerja secara berkesinambungan akan dapat memperbaiki kulitas, biaya,
produktifitas, dan pada gilirannya juga meningkatkan daya saing. Filosofi ini
pertama kali dikemukakan oleh Deming yang menyatakan bahwa setiap perbaikan
metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil sebagai berikut: [a]
perbaikan kualitas, [b] penurunan biaya, [c] peningkatan produktifitas, [d]
penurunan harga, [e] peningkatan pangsa pasar, [f] lapangan kerja yang lebih
luas.6
Kepemimpinan adalah bentuk dari persuasi seni (art) pembinaan
kelompok-kelompok orang-orang tertentu biasanya melalui human relation dan
motivasi yang tepat. Implementasi teori kepemimpinan biasanya amat sangat
tergantung pada karakter seorang pemimpin. Meskipun teori yang digunakan
sama, dalam implementasinya bisa dipastikan terdapat hal-hal yang membedakan
dan itulah bagian dari seni kepemimpinan.7
Penentu mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi atau organisasi pada revolusi
mutu, yaitu dengan gaya mangement by walking about atau manajemen dengan
melaksanakan yang menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan
pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya
6
Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, (Jogjakarta: Edisi Revisi)
Andi Offset, H. 152-157
7
Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya)
H. 25
kepemimpinan ini mementingkan komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada
pihak-pihak lain serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.
Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur
keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam organisasi.
Keterlibatan semua unsur manajemen dalam organisasi dalam mencapai tujuan
secara bersama-sama, merupakan upaya yang dilakukan, sehingga tidak ada
seorang pun anggota dalam organisasi yang tidak sukses salam menjalankan
fungsi dan tugasnya. Pemberdayaan yang maksimal, bukan eksploitasi bawahan,
sehingga masing-masing menjalankan fungsi dan tugasnya secara suka rela dan
kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya.
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan
Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya
melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan yang rasional,
bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman terhadap masalah-
masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan berdasarkan pada
kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya terhadap tujuan
organisasi.
Kepemimpinan mutu di dalam dunia pendidikan otoritas dan kekuasaan
sudah tidak lagi digunakan. Komite sekolah, administrator dan pemimpin harus
memberikan sumber daya yang diperlukan para staf dan guru untuk menunjang
keberhasilan. Kendati otoritas dan kekuasaan sudah tidak di pakai lagi, namun
komite sekolah, pemimpin dan administrator tetap memiliki kewenangan
membuat keputusan yang mencerminkan kepedulian, pendapat dan sikap seluruh
staf dan customer.8
Dalam kepemimpinan mutu pendidikan, setiap orang merupakan
pemimpin. Untuk mencapai visi pendidikan, pemimpin sekolah harus dapat
memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang seluas-luasnya untuk
meningkatkan pembelajaran. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi dalam
bertindak (Sallis, 2008 hlm.174). Guru harus mengajak siswanya untuk
memandang dirinya sebagai pemilik visi, mendengarkan dan bertindak
berdasarkan gagasan, inofasi dan kreatifitas siswa guna mencapai visi tersebut.
Sebagai pemimpin mutu, semua orang bertanggung jawab menghilangkan kendala
pencapaian kinerja tinggi. Visi sebagai pemberi arah bagi setiap orang untuk
diikuti, dan setelah arahan diketahui, selanjutnya adalah menghilangkan rintangan
yang menghalangi dirinya untuk menjadi seseorang yang berkinerja tinggi.9

8
Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, (Yogyakarta: Alih
Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod) H. 170
Joseph M. Juran dalam Fandy Tciptono & Anastasia Diana, (2001;
hlm.160) menyatakan bahwa kepemimpinan yang mengarah kepada kualitas
meliputi tiga fungsi manajerial, yaitu :
1. Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi langkah-langkah: identifikasi
pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk
berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses
kerja untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui
harapan pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan
nyata.
2. Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi ini adalah: evaluasi
kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan
melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang
ada.
3. Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk infrastruktur untuk
perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi proses atau
metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung
jawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan
pelatihan yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis
masalah dan mengidentifikasi penyebabnya, menemukan pemecahannya,
dan melakukan perbaikan terhadap masalah tersebut.
Kepemimpinan pendidikan mutu dalam memiliki peran yang sangat
penting dalam kaitannya dengan pemberdayaan guru dan para staff untuk bekerja
sama dalam satu tim yang solid. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan
mutu harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Melibatkan para guru dan seluruh staff dalam aktivitas penyelesaian
masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu dan
kontrol proses.
b. Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana
menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana
seharusnya bersikap.
c. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu
pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka.
d. Menanyakan pendapat Staff tentang sistem dan prosedur mana saja yang
menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan
(pelajar, orang tua maupun partner kerja).
e. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai
dengan manajemen dari atas ke bawah (top-down).

9
Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar,
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar) H. 20
f. Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga
profesional langsung pada guru dan pekerja teknis.
g. mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara
setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
h. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam
rangka menyelesaikan konflik.
i. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi
setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri.
j. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu. Seperti membangun tim,
manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.
k. Memberikan teladan yang baik.
l. Belajar berperan sebagai pelatih, bukan sebagai BOS.
m. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
n. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi
pelanggan internal dan eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, Jogjakarta;
Edisi Revisi, Andi Offset,
Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya,
Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh
Yogyakarta: Ircisod,
Yaqin Husnul, 2011. Kapita Selekta Administrasi dan Manajemen Pendidikan,
Banjarmasin: Antasari Press.
Sagala Syaiful, 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung:
ALFABETA CV,
Wahab, Abd. dan Umiarso, 2011. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan
Spiritual, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Juharni, 2017. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Makassar: CV SAH
MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai