Anda di halaman 1dari 11

FILOSOFI MANAJEMEN MUTU TERPADU

NAMA : 1. RINA AFRINA, S.Pd.I


2. EVIE FITRIANI, S.Pd

PENDAHULUAN
Dunia pendidikan (termasuk pendidikan Islam) merupakan salah satu bidang yang
tidak dapat melepaskan diri dari tantangan era globalisasi abad 21 terlebih di era revolusi 4.0
dan revolusi 5.0. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan dan semakin beragamnya
program yang ditawarkan, para pengelola pendidikan Islam dituntut untuk dapat berpacu dan
berkompetisi secara fair memperebutkan pasar pendidikan yang semakin kritis dan objektif.
Kunci sukses yang harus dimiliki  dan sekaligus merupakan daya saing yang paling efektif
adalah mutu/kualitas. Siapapun yang memiliki kualitas maka peluang untuk dapat menjadi
pemenang akan sangat terbuka.
Realitas menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas semakin
diminati oleh masyarakat, meski untuk dapat mengaksesnya masyarakat harus mengeluarkan
biaya lebih besar. Di berbagai kota saat ini banyak bermunculan sekolah Islam yang
berkualitas dengan berbagai nama dan program yang ditawarkan. Ada sekolah unggulan,
sekolah terpadu, dan sebagainya yang kesemuanya semakin diminati masyarakat.
Namun, makna strategis mutu bagi peningkatan daya saing tersebut ternyata belum
dapat diwujudkan secara maksimal dan merata dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan
di Indonesia, termasuk lembaga lembaga pendidikan Islam. Hal ini dapat dimengerti karena
upaya perbaikan kualitas ini bukanlah hal yang sederhana dan dapat dilakukan secara instan.
Penambahkan alokasi dana belum menjamin dapat melahirkan lembaga pendidikan bermutu.
Problem kualitas adalah problem manajemen yang cukup kompleks. Problem kualitas
menyangkut filosofi dan pandangan hidup yang lebih substansial. Problem kualitas juga
merupakan problem kebiasaan atau budaya yang harus ditanamkan sejak dini.
Menurut Muhaimin (2005:288), Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini, di antaranya adalah: 1) masih rendahnya pemerataan memperoleh
pendidikan, 2) masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan; 3) masih lemahnya
manajemen pendidikan, di samping belum terwujudnya keunggulan ilmu pengetahuan dan
teknologi di kalangan akademisi dan kemandirian. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
mengatasi masalah pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan
lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,

1
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukan peningkatan yang berarti.
Untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan tersebut
terletak pada Manajemen mutu terpadu  yang akan  memberi solusi para professional
pendidikan untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan . Karena Manajemen Mutu
Terpadu dapat digunakan untuk membangun aliansi antara pendidikan, bisnis dan
pemerintah. Manajemen Mutu terpadu dapat membentuk masyarakat responsive terhadap
perubahan tuntutan masyarakat di era globalisasi ini. Manajemen Mutu Terpadu  juga dapat
membentuk sekolah yang tanggap dan mampu merespon perubahan yang terjadi dalam
bidang pendidikan demi memberikan kepuasan pada stakeholder.
Mengacu kepada latar belakang masalah di atas, dapat ditegaskan bahwa mutu
pendidikan nasional saat ini sedang menghadapi problem yang pelik dan komplek, bukan saja
problem-problem rutin administrasi, juga termasuk kemampuan ketrampilan manajerial
pimpinan lembaga pendidikan, perubahan prilaku dan pola hidup pimpinan lembaga
pendidikan, rendahnya partisipasi dan tanggung jawab secara komprehensif tenaga pendidik
dan kependidikan, niat yang kurang tulus dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsi (TUPOKSI) yang diemban, lingkungan yang menuntut lulusan profesionalisme
terhadap teori, skill, dan pengalaman yang  mereka miliki sesuai dengan tuntutan lapangan,
pemahaman dan aplikasi teori belajar dan pembelajaran yang dimiliki oleh para guru maupun
dosen, serta evaluasi kebijakan pendidikan dan evaluasi pembelajaran yang masih labil dan
berubah-ubah akan mempengaruhi kegoncangan pemahaman dan ketidaknyamanan pendidik
dan tenaga kependidikan.

KAJIAN TEORI
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” –
pengelolaan–, sedangkan pelaksananya disebut dengan manajer atau pengelola. Manajemen
juga merupakan ilmu pengetahuan atau seni. Dikatakan sebagai seni adalah suatu
pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dengan kata lain seni

2
merupakan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan pelajaran serta
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. (Sulistyorini, 2009:13)
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar,
tertib, dan teratur.Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan boleh dilakukan secara
asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai
dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan
pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang
hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Menurut Oemar Hamalik (1990:33), Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
segi normatif dan segi deskriptif. Dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan
pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kritria intrisik, mutu pendidikan
merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal.
Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik, tenaga
kerja yang terlatih.
Menurut Hadari Nawawi (2005:46) Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen
fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan
kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam
pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat
(community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau
rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi pula
dengan pentahapan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, agar terwujud kerja sebagai
kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam manajemen mutu
terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat),
pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk
menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan
Anastasia Diana 16 yang mengatakan bahwa “TQM merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi”. Di samping itu Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana
(1998) menyatakan pula bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Pengertian yang agak sama tentang Total Quality Management (TQM) menurut Edward

3
Sallis adalah; a philoshopy and a methodology which assists institutions to manage change
and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressure. Pendapat
di atas menekankan pengertian bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah merupakan suatu
filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola
perubahan dan menyusun agenda masingmasing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor
eksternal (Syafaruddin, 2002:29). Jadi dengan kata lain Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management) adalah cara yang dapat digunakan oleh berbagai lembaga pendidikan
untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Edward Sallis (2006:73), Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) dalam konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang
perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada
setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan,
saat ini maupun masa yang akan datang. TQM merupakan suatu sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Total Quality Management merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses,
dan lingkungan. (Syafaruddin, 2002:35).

Prinsip - Prinsip Manajemen Mutu Terpadu


Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) yang diposting oleh
Penakel HMJ AP FIP UNP, prinsip umum Manajemen Mutu Terpadu meliputi:
1. Organisasi yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan suatu subjek (Customer Focus
Organization) 
Dimana subjek tersebut meliputi peserta didik dalam suatu sekolah. Organisasi
dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya
organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap tercapainya
kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik
yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai
tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas,
sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.

4
3. Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)
Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh
sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus.
Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua
sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain
semua sivitas sekolah harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada para peserta didik.
4. Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)
Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi
bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu
proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan
tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga
menghasilkan output  organisasi. Jelasnya tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk
tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi menyangkut proses yang melibatkan tenaga
akademik, karyawan, kepala sekolah, murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha,
dan  masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda satu sama lainnya.
5. Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan
dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut
merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas
pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula
melibatkan aspek ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptaan organisasi yang
optimal atau mendukung.
6. Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement atau
Kaizen)
Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah
adanya human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif.
Realitas menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya
pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih
mementingkan pengembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran
pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut setidak-tidaknya kurang berimbang
dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.
7. Penerapan pengambilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision Making)

5
Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan peserta didik. Oleh
karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh
peserta didik. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas
kepuasan tersebut harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring setiap saat. Dengan
demikian, pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur
sebagai keberhasilan suatu lembaga.

Penerapan TQM dalam dunia Pendidikan


Menurut Toni Bush dan Mariane Coolman (2012:189) Penerapan praktis TQM dalam
dunia pendidikan berpijak pada poin-poin sebagai berikut:
1. Menciptakan konstansi tujuan untuk perbaikan terus menerus pada produk dan layanan.
Contohnya adalah memaksimalkan program-program dari pengembangan kurikulum
yang menjadi identitas atau ciri khas suatu sekolah.
2. Mengadopsi filosofi baru dan meninggalkan cara tradisional dalam bekerja.
3. Berubah dan inspeksi menuju pembangunan mutu dalam setiap produk dan proses.
4. Berhenti menyerahkan kontrak atas dasar tawaran terendah  dan menetapkan atau
membeli mutu.
5. Mengikutsertakan dalam sebuah perbaikan pada setiap aspek dalam aktifitas perusahaan
secara terus menerus.
6. Menggunakan teknik-teknik pelatihan berbasis kerja.
7. Penekanan bagi para pemimpin dan manajer pada kualitas bukan kuantitas.
8. Menyingkirkan ketakutan dengan meningkatkan komunikasi.
9. Menguraikan kendala-kendala organisasi.
10. Menyingkirkan semboyan dan peringatan.
11. Meninggalkan target-target numerical yang tidak pasti.
12. Memberikan penghargaan pada kecakapan kerja dengan menempatkan tanggungjawab
kepada pekerja.
13. Menganjurkan pendidikan dan pengembangan diri.
14. Menciptakan sebuah struktur menajemen dan budaya yang akan menggerakkannya

Mutu dapat diukur dari kepuasaan pelanggan atau pengguna jasa pendidikan. Hadari
Nawawi (2005:47) mengemukakan Implementasi TQM di dunia pendidikan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

6
1. Adanya perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) oleh pihak lembaga
pendidikan atau sekolah kea rah yang lebih baik.
2. Adanya standar mutu dalam lembaga pendidikan sebagai dasar untuk pengembangan
mutu sehingga ada usaha keras memajukan lembaga pendidikan.
3. Adanya perubahan budaya atau kultur sehingga lembaga pendidikan harus mampu
menyeleksi budaya yang efektif dipertahankan dan berdampak positif bagi lembaga
pendidikan.
4. Adanya perubahan organisasi secara menyeluruh bertujuan memajukan lembaga
pendidikan.
5. Adanya usaha mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan yaitu dengan menjaga
komunikasi antara pihak sekolah dengan wali murid, komite dan masyarakat.

PEMBAHASAN
Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) merupakan
suatu sistem nilai yang mendasar dan komprehensif dalam mengelola organisasi dengan
tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan
perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan
secara memadai terhadap terpenuhinya kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang
bersangkutan. Masalah kualitas dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung
jawab semua pihak dalam organisasi.
Konsep MMT pada dasarnya adalah menekankan pada kepuasan pelanggan dan
pelayanan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, MMT dapat digunakan untuk membangun
aliansi antara pendidikan, bisnis dan pemerintah. Manajemen Mutu Terpadu dapat
membentuk masyarakat responsif terhadap perubahan tuntutan masyarakat di era globalisasi.
Selain itu untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan
khususnya pendidikan Islam terletak pada Manajemen Mutu Terpadu yang akan memberi
solusi para profesional pendidikan untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan.
Keberhasilan aplikasi Manajemen Mutu Terpadu di sekolah diukur dari tingkat
kepuasan pelanggan baik internal (staf, guru dan pemimpin yang terlibat dalam operasional
sekolah) maupun eksternal (siswa, orang tua dan masyarakat). Sekolah dikatakan berhasil
jika mampu memberikan layanan sesuai harapan pelanggan. Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen GTK

7
Kemendikbud), Supriano mengungkapkan, terdapat empat aspek yang harus diperhatikan
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan/sekolah. Keempat aspek itu yakni kebijakan,
kepemimpinan kepala sekolah, infrastruktur, dan proses pembelajaran.
1. Kebijakan
Menurut Dirjen GTK Kemendikbud kebijakan hal terpenting, utamanya yang
berlaku secara nasional meliputi kurikulum dan distribusi serta rekrutmen guru. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan diperlukan beberapa kebijakan-kebijakan yang diambil
dan di laksanakan bersama. Kebijakan yang diambil tentunya berdasarkan pada data yang
sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan situasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Termasuk di dalamnya sistem pendidikan yang dipakai yaitu kurikulum, harus
sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia.

2. Kepemimpinan kepala sekolah


School based management, artinya leadership kepala sekolah, transparansi
keuangan, hubungan ekosistem berjalan di sekolah antara guru dengan kepala sekolah,
orang tua dengan guru, maupun dengan siswa dan seluruh yang ada di satuan pendidikan,
ekosistemnya harus jalan. Kepala sekolah yang memiliki kreativitas dan inovasi bagus,
bisa membuat sekolah yang dipimpinnya menjadi bagus pula. Oleh karena itulah
Kemendikbud juga fokus pada reformasi manajemen sekolah.

3. Infrastruktur
Tak dapat dipungkiri di masa sekarang infrastruktur pendidikan menjadi salah satu
penunjang mutu pendidikan. Lengkap atau tidaknya infrastruktur di lembaga pendidikan
mempengaruhi terhadap kemajuan pendidikan di lembaga tersebut. seperti kelas,
perpustakaan, laboratorium dan teknologi informasi dan komunikasi.  Infrastruktur yang
tergolong baik bukan dinilai dari segi tampilan yang dimiliki akan tetapi dinilai dari jenis
infrastruktur yang menyokong terhadap keilmuan siswa seperti laboratorium, lapangan,
perpustakaan, ruang kelas yang nyaman, media belajar dan masih banyak lagi. Secara
fungsional, infrastruktur memberikan suppor kepada siswa untuk berkreasi dan berinovasi
dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Dengan dilengkapinya infrastruktur belajar
maka siswa akan lebih leluasa dalam mendapatkan pengalaman belajar kompleks.

4. Proses Pembelajaran

8
Proses pembelajaran yang menyenangkan, yang berinovasi dan penuh kreativitas
lanjut Supriano, dapat mendorong anak-anak terbangun motivasinya. Namun, proses
pembelajaran juga tergantung dari potensi guru, kecakapan guru, dan kemampuan guru.
Proses pembelajaran yang efektif dan guru yang kompeten akan menghasilkan lulusan
yang berkualitas yang mempunyai kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang
sesuai dengan kebutuhan untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Menjadi guru kreatif, menggairahkan dan disenangi peserta didik merupakan
kebanggaan bagi pendidik sejati. Tetapi bagaimana caranya masih banyak yang
menghadapi kesulitan. Dua hal kegiatan guru di kelas, yakni mengajar dan mengelola
kelas. Sering dijumpai bahwa guru lemah dalam mengelola kelasnya, sehingga
pembelajaran tidak berhasil maksimal. Seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan
mengembangkan materinya.
Pengembangan profesionalisme guru secara aktif dan terintegrasi akan melahirkan
sosok guru yang kreatif dan inovatif, guru demikian akan menjadi motivator yang handal
bagi pengembangan karakter sisiwa, menjadi sosok yang dapat digugu dan ditiru
(teladan).

Pada dasarnya MMT dalam dunia pendidikan dipahami sebagai proses dari kegiatan
yang fokus pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan (siswa, orang tua dan
masyarakat luas) yaitu dengan perbaikan terus menerus (berkesinambungan), pembagian
tanggung jawab, efektivitas kerja. Manajemen mutu terpadu merupakan strategi pengelolaan
mutu yang berusaha memenuhi harapan pelanggan yang dilakukan secara bertahap dan terus
menerus untuk mencapai peningkatan mutu. Penerapan konsep manajemen mutu terpadu ini
berarti mengutamakan pelayanaan terhadap pelajar dalam meningkatkan mutu lulusan, atau
upaya perbaikan sekolah secara komprehensif. Di dalamnya tentu harus ada upaya terpadu
dalam meperbaiki kultur sekolah dan hal itu dimulai dari tindakan manajemen. Penerapan
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan melewati beberapa proses sejak dari persiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan mutu jasa layanan pendidikan yang diharapkan para pelanggan
pendidikan. Dalam rangka pengembangan atau peningkatan mutu sebuah sekolah, dapat
dicapai melalui perencanaan dan program yang matang dengan mewujudkan visi dan misi
serta menerapkan strategi yang tepat. Pemenuhan harapan pelanggan pendidikan menjadi
paradigma manajemen mutu yang harus terpenuhi , sehingga mereka yang putus sekolah dan
pengangguran bisa diperkecil dalam dunia pendidikan kita.

9
PENUTUP
Lembaga pendidikan Islam dalam perspektif manajemen pendidikan merupakan
sebuah organisasi atau lembaga sebagaimana lembaga lainnya, Oleh karenanya maka teori-
teori pembangunan mutu yang berlaku pada lembaga lain kiranya dapat diadopsi dalam
pembangunan lembaga pendidikan Islam, termasuk teori total quality manajemen  ( TQM)
Membangun mutu lembaga pendidikan Islam bukanlah sebuah program yang
sederhana dan gampang. Karena hal ini menyangkut banyak unsur yang harus digarap secara
terpadu dan komprehenship. Oleh karenanya dalam penanganannya pun juga harus dilakukan
secara terpadu (total) sebagaimana yang tercermin dalam konsep total quality management.
Pembangunan mutu di samping merupakan aktifitas manajemen, juga yang lebih mendasar
adalah sebuah proses perubahan budaya organisasi. Karena hal ini menyangkut perubahan
sistem nilai, keyakinan, harapan, kebiasaan dan tradisi. Dalam upaya untuk mewujudakn
terjadinya proses perubahan ini seringkali terdapat faktor-faktor yang menghalangi terjadinya
perubahan (resistensi). Oleh karena itu membangun mutu memerlukan komitmen seluruh
elemen lembaga pendidikan untuk bersedia melakukan perubahan.
Upaya sungguh-sungguh dan berkesinambungan menjadi faktor yang sangat
menentukan bagi tercapainya program mutu. Di samping itu keterpaduan seluruh elemen juga
menjadi kunci penting untuk dapat mewujudkan lembaga pendidikan yang benar-benar
bermutu.  Di samping menggunakan pendekatan struktural melalui kebijakan-kebijakan
manajemen, upaya pembangunan mutu juga perlu mempertimbangkan pendekatan kultural.
Dalam pendekatan kultural ini kepemimpinan yang kuat dan visioner menjadi kunci
keberhasilan pembangunan mutu lembaga pendidikan.

MMT adalah suatu filosofi dan sistem untuk terus meningkatkan layanan dan/atau
produk yang ditawarkan kepada pelanggan/klien. Kemajuan teknologi transportasi dan
komunikasi telah menggantikan sistem ekonomi nasional dengan ekonomi global.
Negara/bangsa dan bisnis yang tidak mempraktekkan MMT secara global akan menjadi
institusi dan bisnis yang non-kompetitif. Keadaan non-kompetitif ini dapat diatasi manakala
warga negara atau institusi tersebut menjadi pelaku-pelaku MMT. Oleh karena itu, sekolah,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau perguruan tinggi sangat dianjurkan untuk dapat
mengadaptasikan ajaran-ajaran MMT kedalam organisasi mereka masing-masing. Dengan

10
menerapkan ajaran-ajaran MMT, sekolah dan institusi pendidikanterkait akan memperoleh
beberapa manfaat berikut.
1) Mampu memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan eksternal maupun
internalnya.
2) Mampu memenuhi persyaratan akuntabilitas umum dalam reformasi pendidikan.
3) Mendorong lingkungan belajar yang menggembirakan dan menantang untuk
belajar/maju bagi siswa dan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Bush, Toni dan Mariane Coolman,(2012), Manajememn Mutu Kepemimpinan Pendidikan,


Jogjakarta: Diva Press.

Hamalik, Oemar, (1990), Evaluasi Kurikulum cet.ke 1, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nawawi, Hadari, (2005), Manajemen Strategik, Yogyakarta: Gadjah Mada Pers.

Penakel HMJ AP FIP UNP, diakses tanggal 26 Agustus 2018, Prinsip dan Konsep Inti
Manajemen Mutu Terpadu, dalam http://bekam-
ap.blogspot.com/2018/08/prinsip-dan-konsep-inti-manajemen-mutu.html,.

Prawirosentono, Suryadi, (2002), Filosofi Baru TentangManajemen Mutu Terpadu, Jakarta,


PT.Bumi Aksara.

Sallis, Edward, (2006) Total Quality Management, Alih Bahasa, Ahmad Ali Riyadi,
Yogyakarta: Ircisod

Sulistyorini, (2009), Manajemen Pendidikan Islam;Konsep, Strategi dan Aplikasi,


Yogyakarta: TERAS.

Syafaruddin, (2002), Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta: Grasindo.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana (1998), Total Quality Management (TQM),
Yogyakarta: Andi Offset.

11

Anda mungkin juga menyukai