Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AYAT-AYAT ALQURAN TENTANG

KELEMAHAN – KELEMAHAN DALAM DIRI MANUSIA

DISUSUN OLEH :

SAHLAN

NIM : 2020530906

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

LHOKSEUMAWE

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah menurunkan
Alquran sebagai petunjuk dan hikmah bagi manusia, pedoman bagi umat muslim dan
juga atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad Saw beserta para keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya yang
setia hingga akhir zaman.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Tafsir Tematik oleh Tgk. Dr. H. M. Jafar, SHI., MA. Adapun makalah yang
kami sajikan ini berjudul “Kelemahan-Kelemahan Dalam Diri Manusia” yang terdapat
dalam ayat-ayat Alquran. Penjelasan mengenai judul tersebut kami sajikan melalui
beberapa tafsir, diantaranya tafsir Attarbawi, Atthabari, Al-Misbah dan Shafwatut
Tafasir.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang senantiasa
memberikan bimbingan dan motivasinya dalam kelancaran penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Melalui makalah ini, semoga pembaca dapat menambah wawasan yang lebih
luas mengenai Alquran dan juga memperoleh manfaat baik tersurat maupun tersirat
dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan masukan dan perbaikan dari dosen yang
bersangkutan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk lebih baiknya
makalah ini. Kami selaku penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika
terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Salah satu makhluk ciptaan Allah Swt yang paling sempurna di Alam semesta
ini adalah manusia. Dalam Alquran ada beberapa kata yang sering digunakan untuk
menunjukkan arti manusia, yaitu kata insan, kata an-nas, kata ins, kata unas, kata
basyar, dan kata bani adam. Kata Insan, ins, unas dan al nas berasal dari akar kata
yang sama, yaitu terdiri dari huruf alif, nun dan sin. Kata Insan jika dilihat dari asalnya
“nasiya” yang artinya lupa atau adanya kaitan dengan kesadaran diri. Disebut insan
menunjukkan manusia adalah makhluk pelupa, baik lupa terhadap penciptaannya
maupun lupa secara manusiawi, sehingga diperlukan peringatan dan teguran.1
Tabiat kita yang paling menonjol adalah lupa. Dari lupa terjadilah alpa, dari
alpa lahirlah dosa. Maka dapat dipastikan tidak ada manusia yang sempuna di dunia ini.
Karena setiap orang mempunyai kesalahan di hadapan Allah, dan kelemahan
merupakan salah satu ciri dasar manusia. Kelemahan manusia ini jika ditambah dengan
lemahnya kemauan untuk menjadi baik maka sangatlah berbahaya bagi kelangsungan
hidupnya di muka bumi.
Dalam makalah sederhana ini, penulis akan mengkaji pokok bahasan tentang
Tafsir ayat-ayat Alquran yang berhubungan dengan “Kelemahan-Kelemahan Dalam
Diri Manusia”, dengan menggunakan metode Tafsir Tematik yaitu suatu metode Tafsir
yang berupaya menghimpun ayat-ayat Alquran dari berbagai surat dan yang berkaiatan
pule dengan persoalan atau tema yang ditetapkan sebelumnya, kemudian membahas dan
mengnalisa kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh2.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana kelemahan-kelemahan dalam diri manusia menurut pandangan
Alquran ?

1
Umar Shihab, Kontekstual Alquran, Cet III (Jakarta: Permadani, 2005), h.106.
2
Muhammad Baqir Al-Sadr, Tafsir Maudhu’i wa Tafsir Al-Tajzi’i Fi Al-Quran Al-Karim (Beirut :
Ta’aruf al -Matb’at, 1980 ) hal, 11
b. Apa amanah yang diberikan Allah kepada manusia ?
c. Apa saja sifat manusia menurut Alquran ?
3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat disimpulkan tujuan
pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan Kelemahan-Kelemahan dalam diri manusia.
b. Untuk Memahami amanah yang diberikan Allah kepada manusia.
c. Untuk menjelaskan sifat manusia menurut Alquran.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Surat Al-Ahzab Ayat 72

‫ي أَن ََْي ِم ْلنَ َها‬ ‫ض َوٱ ْْلِبَ ِا‬


‫ال فَأَبَْ َا‬ ‫ضنَا ْٱْل ََمانَاةَ َعلَى ٱل َس ََٰم ََٰو ِا‬
‫ت َو ْٱْل َْر ِا‬ ْ ‫إِ َاّن َعَر‬
ِ
‫وما َجه ًا‬
‫ول‬ ً ‫نسنا إِنَهۥ َكا َان ظَل‬ ِ
ََٰ ‫َوأَ ْش َف ْق َان مْن َها َو ََحَلَ َها ْٱْل‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (Q.S. Al-Ahzab : 72)

Tafsir / Penjelasan :
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan
menawarkan al-Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian diterima
oleh manusia. Dalam Mufradat fi Ghorib Alquran, Raghib al-Isfahany mengartikan al-
Amanat dengan akal, karena dengan akallah pengertian tauhid, keadilan, pelajaran
huruf-huruf hijaiyah, segala yang dapat diketahui dan diperbuat manusia tentang
keindahan. Dengan akal, manusia diunggulkan diatas mahluk-mahluk lain. Sedangkan
al-Zamakhsyari lebih memilih makna ketaatan sambil mentakwilkan kata al-haml dalam
rangka penolakan. Sementara Ibn Jarir al-Thabrani, didalam tafsirnya, memilih
memaknai amanat didalam agama, dan amanat-amanat dalam kehidupan manusia.
Kata amanat dalam bentuk tunggal muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali,
yaitu pada QS. Al-Baqarah : 283, dalam kaitannya dengan pencatatan hutang:

‫ضاا‬ ‫ع‬ ‫ماب‬‫ك‬ ‫ض‬‫ع‬ ‫اب‬‫ن‬ ِ ‫اَتدو۟اا َكاتِباا فَ ِرَٰهنا َم ْقبوضةٌاۖا فَِإ ْنا أ‬
‫َم‬ َِ ‫وإِناكنتماعلَىاس َف ٍراوََل‬
ً َْ َْ َ َ ٌَ ً ْ َ َ َٰ َ ْ َ
ْ ‫فَ ْلي َؤِداٱلَ ِذ‬
‫ىاٱؤُتِ َناأ ََٰاَمنَ تَهاا‬
Artinya : ”Kalau kamu dalam perjalanan dan kamu tidak menemukan seorang penulis,
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah
saling mempercayai, hendaklah yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
Apabila kita memperhatikan kata amanat dengan kaitan kontekstualnya pada surat Al-
Ahzab : 72, ada beberapa qarinah yang membedakan artinya dengan arti amanat, yaitu :
Pertama, sebagaimana telah sering disinggung bahwa kata amanat pada ayat ini dalam
bentuk tunggal dan diawali dengan al yang menunjukan kekhususan. Kedua, kata al-
amanat dikaitkan dengan kata al-insan , bahwa al-amanat itu ditawarkan kepada
manusia dalam pengertian al-insan dimana ia sendiri sanggup menerima dan
memikulnya. Dan ketiga, langit, bumi, dan gunung-gunung yang untuk pertama kalinya
menerima tawaran tersebut, semua menolaknya.
Setiap alam semesta selain manusia, berjalan dengan hukum alamnya secara
terpaksa dan penuh kepatuhan, tanpa harus menanggung resiko dari apa yang telah
diperbuatnya. Seandainya langit menghujani bumi dengan gemuruh petir dan menahan
turunnya hujan sehingga bumi rusak kekeringan tidak ada tanaman, atau seandainya
langit berbaik hati menyirami bumi sehingga hidup kembali, maka langit sama sekali
tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Sama halnya seandainya bumi berguncang merusak pemukiman dan segenap
hidup, kemudian memuntahkan lahar panas dan menghancurkan yang ada, atau dia
berbaik hati dengan mengeluarkan barang-barang tambang yang berharga dan minyak
yang melimpah sehingga penduduknya makmur sejahtera.
Hanya manusialah yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, yang
menghasilkan pahala atau siksa. Tak seorang pun yang menanggung akibat perbuatan
orang lain. Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In khairan fa khairan wa in
syarran fa syarrun !.

2. Surat Al-Balad Ayat 4 - 8

‫ايَق اولاأ َْهلَ ْكتا‬.‫َح ٌدا‬ ِ ‫اأ َََيسباأَ ْناالَناي ْق ِدر‬. ‫اااْلنْسا َن ِاِفا َكب ٍاد‬ ِ
َ ‫اعلَْيهاأ‬
َ َ َْ َْ َ َ ْ َ‫اخالَ ْقن‬ َ ‫لََق ْد‬
.‫ي ا‬ِ ْ َ‫اعْي ن‬ َْ ْ‫اأَََل‬.‫َح ٌدا‬
َ ‫اَن َع ْلالَه‬ َ ‫ََي َسباأَ ْنا ََلْايََرهاأ‬
‫اأ َْا‬.‫َم ًالالبَ ًداا‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa
atasnya? Dia mengatakan.”Aku telah menghabiskan harta yang banyak.” Apakah dia
menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah
memberikan kepadanya dua buah mata”. (Q.S. Al-Balad : 4 – 8)
Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul Surat al-balad ini yaitu berhubungan dengan kedudukan mulia
kota suci mekkah yang sekaligus menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan
kodratnya dalam menghadapi berbagai tantangan dan persoalan hidup sejak manusia
lahir hingga maut menjemput.
Menurut Al Bukhari bahwa tujuan utama surat ini adalah untuk membuktikan
betapa manusia sangat lemah dan hanya Allah subhanahu wa ta'ala yang memiliki
kekuasaan dan kekuatan.

Tafsir / Penjelasan :

‫اااْلنْ َسا َن ِاِفا َكبَ ٍدا) ا‬


ِْ َ‫اخلَ ْقن‬
َ ‫(الََق ْد‬
Sesungguhnya allah SWT. Menciptakan kehidupan manusia dalam satu alur
silsilah yang berkesinambungan. Dimulai dengan keadaan susah payah pada awal
pertumbuhannya dan diakhiri pula dengan kesusahpayahan. Dalam pertumbuhannya,
manusia mengalami berbagai macam penderitaan hingga ia menjadi besar dan dewasa.
Seperti halnya tatkala ia masih barada dalam perut ibunya. Makin bertambah besar
makin bertambah pula kesusahan dan penderitaan yang dialaminya. Setelah dewasa dan
menjadi orang tua ia membutuhkan biaya untuk mendidik anak-anaknya. Untuk itu ia
harus bergelut dengan berbagai macam godaan dan rintangan. Pada sisi lain ia di tuntut
untuk patuh dan taat kepada Allah Yang Maha Esa. Setelah itu ia akan menganal sakit,
kemudian mati dan dikuburkan. Di akhirat kelak ia akan menjumpai kesusahan dan
penderitaan yang tidak bias kita gambarkan, kecuali jika ia mendapat taufik dari allah.
Maka slamatlah ia dari penderitaan.
Akan halnya rahasia yang terkandung dalam peringatan yang menyatakan bahwa
manusia diciptakn dalam keadaan susah payah, merupakan hiburan bagi Rasullullah
saw. Dan anjuran agar gigih dalam mengamalkan kebaikan serta tetap berperilaku sabar
dalam menjalankanya. Dan handaknya tidak menhiraukan segala rintangan dan
tantangan yang dijumpai dalam melaksanakan kebaikan tersebut. Karena sesungguhnya
manusia tidak akan luput dari keadaan semacam itu.
Ayat ini juga mengandung peringatan bagi mereka yang merasa dirinya kuat,
sehingga dengan kekuatanya bias mengalah kan semua lawan. Seolah-olah ayat ini
mengatakan kepan mereka, “Janganlah kalian berlebih-lebih dalam membanggakan diri,
dan janganlah pula terus menerus berada dalam kekerasan dan ketakaburan. Sebab
manusia tidak akan luput dari penderitaan dalam melakukan segala urusan pribadi dan
keluarganya betapapun tinggi pangkat dan pengaruhnya. Ia tidak akan bisa lepas dari
penderitaan ini.”
Dalam ayat ini Allah mengabungkan kota yang digunakan (Makkah) dengan
yang melahirkan dan yang dilahirkan. Maksudnya, untuk menjelaskan bahwa kota
Makkah dan amal perbuatan yang dilakukan oleh penduduknya akan melahirkan sesuatu
yang agung dan menjadi mahkota keagungan bagi jenis manusia, yaitu agama islam
yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW. Penderitaan beliau dalam
menyampaikan ajaranya, bagaikan penderitaan orang tua dalam mendidik anaknya dan
mengantarkanya hingga mencapai masa dewasa dan mampu berdiri sendiri. Ayat ini
juga mengandung janji Allah yang akan menyempurnakan agamNya sekalipun orang-
orang kafir tidak menyukainya.

‫َح ٌداا) ا‬
‫أ‬ ‫ا‬ ِ ‫(اأ َََيسباأَ ْنالَناي ْق ِدراعلَي‬
‫ه‬
َ َْ َ َ ْ َْ
Apakah orang yang berbanga dari dan terbuai oleh nikmat yang telah aku
limpahkan kepadanya mengnggap bahwa kekuatan dan kekuasaanya tidak seorang pun
mampu mengalahkanya ? apakah bodohnya dia jika memiliki anggapan yang demikian.
Sesungguhnya pada alamini terdapat kekuatan diatas segala kekuatan. Kekuatan inilah
yang menguasai semua kekuatan dan mendominasi seluruh kemampuan. Itulah
kekuatan yang telah ku ciptakan dan itulah kemampuan yang telah ku takdirkan
untuknya.
Kemudian Allah menceritakan golongan lain, yaitu orang- orang yang bakhil gemar
pamer kekayaan memalui firman-Nya :

‫ام ًالالبَ ًداا) اا ا‬


َ ‫(ايَقولاأ َْهلَ ْكت‬
Sesungguhnya jika mereka diminta untuk beramal kebajikan, mereka
mengatakan, “sesungguhnya kami telah membelanjakan banyak harta untuk tujuan
mulia dan dibanggakan”mereka tidak menyadari bahwa kemuliaan itu ap yang dianggap
mulia oleh Allah, dan amal kebajikan adalah apa yang dianggap baik oleh Allah. Jadi
membelanjakan harta untuk menentang Allah dan Rasul-Nya sama sekali bukan amal
baik. Demikian pula harta benda yang dibelanjakan untuk merintangi jalan Allah dan
Rasul-Nya.

َ ‫ََي َسباأَ ْنا ََلْايََرهاأ‬


‫َح ٌدا) ا‬ َْ ‫(اأ‬
Apakah mereka yang berbangga diri dengan harta benda dan mengaku telah
menyumbangkan hartanya untuk jalan kebaikan tidak berpikir dan dan berperasaan
sedikitpun bahwa sesungguhnya Allah meneliti tingkah laku mereka dan mengetahui
apa yang menjadi tujuan sebenarnya dari sumbangan tersebut. Seharusnya mereka
memiliki perasaan ini. Sebab yang maha pencipta selalu mengetahui apa yang ada
dalam jiwa mereka, dan ia maha mengetahui apa yang tersimpan dalam hati mereka.
Tidak ada suatupun yang dibumi maupun dilangit , luput dari pengawasan-Nya. Ia
mengetahui bahwa mereka tidak menafkahkan hartanya untuk tujuan kebajikan yang
diperintahkan atau kebaikan yang terpuji melainkan untuk sekedar pamer dan gengsi,
atau untuk menentang Allah dan Rasul-Nya, atau untuk tujan-tujuan lain yang dalam
sangkaan mereka baik, padahal semua itu hakekatnya kerugian dan kesesatan yang
nyata bagi mereka.
Pada ayat selanjutnya Allah menunjukkan bukti kekuasaan-Nya yang
menunjukkan bahwa dialam semesta ini terdapat kekuasaan melebihi kekuatan mereka
dan hal ini mereka saksikan sendiri. Untuk itu Allah berfirman :

‫اعْي نَ ْ ِا‬
‫ي(ا‬ َْ ْ‫) أَََل‬
َ ‫اَن َع ْلالَه‬
Manusia bisa melihat oleh karena kami telah menciptakan mata untuknya. Jadi
nikmat yang ia banggakan sesungguhnya merupakan hasil ciptaan kami.

3. Surat An-Nisa Ayat 28 - 29

۟ ۟ َِ ِ ‫نسن‬ ِْ ‫اعنك ْماوخلِ َق‬ ِ


‫اَتْكلأواا‬
َ َ ‫يناءَ َامنو‬
‫ال‬ ‫ا‬ َ ‫ ََٰأَيَيُّ َهااٱلذ‬.‫اضعي ًفا‬
َ ََٰ ‫اٱْل‬ َ َ ‫ف‬ َ ‫ي ِريد‬
َ ‫اٱَّللا أَناُيَف‬
۟ ِ ‫اض‬ ِ ‫أَم َٰولَكماب ي نَكم ابِٱلْب‬
ِ ‫َٰط ِلا إَِلأا أَنا تَكو َن‬
‫اوَلاتَ ْقت لأواا أَنف َسك ْما‬
َ ‫م‬
ْ ‫نك‬ ‫ام‬ ٍ ‫ر‬َ ‫نات‬
َ ‫اع‬
َ ‫ة‬
ً‫ر‬َََٰ
‫اَت‬ َ َْ َ ْ
ِ‫اٱَّللا َكا َنابِكمار‬ ِ
.‫حيما‬
ً َْ ََ ‫إ َن‬
Artinya : “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S. An-Nisa : 28-29)
Tafsir / Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami. Namun,
sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail
kebutuhan manusia diciptakan secara khusus. Kebutuhan manusia yang tanpa batas
diciptakan dengan sengaja, agar ia mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan
bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat
kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana
ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor
yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan
untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap
kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak
terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia
penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di gunung yang terpencil dan belum
maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan
atau mematikan. Kapan pun, dapat terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan
kerusakan tak tersembuhkan pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya
membuat cemburu. Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status,
kedudukan, ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik
kehidupan seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa
dapat berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging
dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak
diragukan, kulit yang sensitif ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi
pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama terkena sinar matahari atau angin. Untuk
bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga terhadap dampak
lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-
bahan" nya (daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak)
cenderung meluruh. Bila manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan lemak,
bahan yang tidak memberi jalan bagi penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri,
tidak akan ada kesempatan untuk menjadi sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang
paling lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk
beberapa waktu.Untuk senantiasa mengingatkan kepada Allah, manusia acap kali
merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia
mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada
saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya
(37ºC) yang penting untuk kesehatan yang baik. Laju jantungnya melambat, pembuluh-
pembuluh darahnya berkontraksi, dan tekanan darah meningkat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Meskipun manusia dianugerahi banyak kelebihan, bahkan dinyatakan sebagai
mahluk yang paling sempurna diantara semua mahluk Allah yang lainnya, hal itu
bukan alasan menjadikannya boleh sombong atau takabur. Sebab, pada
kenyataannya, manusia juga punya banyak kelemahan. Keduanya berpotensi
menjadikan dirinya bertambah baik atau justru menyebabkannya menjadi buruk.
2. Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai khalifah di muka bumi ini. Itulah
amanah utama yang diberikan kepada manusia dalam ketebatasannya sebagai
makhluk.
3. Adapun kelemahan-kelemahan yang terdapat pada diri manusia antara lain :
a. Dhalim dan bodoh
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zholim dan amat bodoh. (Al-Ahzab:72)
b. Lemah
Dan manusia diciptakan lemah. an-Nisaa:28
c. Berkeluh Kesah dan Kikir
Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah lagi kikir. (Al-Ma’arij : 19)
d. Tergesa-gesa
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan
kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku
mendatangkannya dengan segera. (Al-Anbiya : 37 )
B. Saran-saran
Dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan baik dari segi
bahasa maupun penulisannya. Harapan kami selaku penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang membangun untuk sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia, 2006.

Kholil, Moenawar, Al-Qur’an Dari Masa ke Masa, Solo: C.V Ramadhani, 1985

Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Shihab, Umar, Kontekstual Alquran, Cet III ,Jakarta: Permadani, 2005.

Baqir Al-Sadr, Muhammad, Tafsir Maudhu’i wa Tafsir Al-Tajzi’i Fi Al-Quran Al-


Karim , Beirut : Ta’aruf al -Matb’at, 1980 .

Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan: Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy, cet. I, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbāḥ: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, cet.
II, Jakarta: Lentera Hati, 2004

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu`i atas Pelbagai Persoalan


Umat, cet. V, Bandung: Mizan, 1417 H./1997 M

Zaini, Syahminan. Isi Pokok Ajaran AlQur'an, cet. III, Jakarta: Kalam Mulia, 2005

Anda mungkin juga menyukai