Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TAFSIR TEMATIK

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiratAllah SWT yang telah menurunkan Al-Quran
sebagai petunjuk dan hikmah bagi manusia, pedoman bagi umat muslim dan juga atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, qudrah dan iradah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda alam, Rasulullah SAW
beserta para keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata
kuliah ilmu tafsir oleh Bapak Dr. Moh. Sulhan, M.Ag. Adapun makalah tafsir yang kami sajikan
ini berjudul “kelemahan manusia” yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran. Penjelasan mengenai
judul tersebut kami sajikan melalui beberapa tafsir, diantaranya tafsir Attarbawi, Atthabari, Al-
Misbah dan Shafwatut Tafasir.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang senantiasa memberikan
bimbingan dan motivasinya  dalam kelancaran penyusunan makalah ini. Juga  kepada seluruh
anggota yang telah bekerja keras sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Melalui makalah ini, semoga pembaca dapat menambah wawasan yang lebih luas
mengenai Al-Quran dan juga memperoleh manfaat baik tersurat maupun tersirat dalam makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan masukan dan perbaikan dari dosen yang
bersangkutan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk lebih baiknya makalah
ini. Demikianlah dan jika terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami selaku penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai hamba Allah yang bernama manusia, tabiat kita yang paling menonjol adalah
“nisyan”(lupa). Dalam ungkapan Arab disebutkan, “Sumiyal insanbinib syaanihi” (manusia
dinamakan insan karena kelupannya). Dari lupa terjadi alpa, dan dari alpa lahirlah dosa.
Maka, dapat dipastikan tiada manusia yang sempurna, karena setiap orang mempunyai
kesalahan di hadapan Allah, dan kelemahan merupakan salah satu ciri dasar manusia. Kelemahan
manusia ini jika ditambah dengan lemahnya kemauan untuk menjadi baik sangatlah berbahya.
Dalam pembahasan makalah kali ini, berangkat dari judul makalah yang mencakup sub
pokok bahasan ruang lingkup ayat-ayat Tarbawi dalam Al-Qur’an, yang dalam kesempatan kali
ini, kita akan membahas tentang ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ‘Kelemahan
Manusia’, kami akan mencoba menjelaskan  hal-hal yang berhubungan dengan Tafsir Tarbawi
yang merupakan salah satu mata kuliah di semester ini.
Seiring bergantinya zaman, Ilmu Tafsir yang merupakan salah satu ilmu yang
mempermudah kita dalam memahami Al-Qur’an secara mendetail. Oleh karena itu, marilah kita
mengenal lebih jauh tentang sebenarnya apa yang menjadi objek Ilmu Tafsir. Dengan adanya
pembahasan ini kita sebagai generasi muda islam supaya lebih mengenal, memahami dan
mempelajari Ilmu Tafsir karena dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui
siapa diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini.

B.  Rumusan Masalah
1.  Bagaimana kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran ?
2.  Apa amanat Allah yang diberikan kepada manusia ?
3.  Apa saja  Sifat manusia menurut Al-Qur’an ?

C. Tujuan
1.  Untuk mengetahui kelemahan manusia dalam pandangan Al-Quran.
2.  Untuk mengetahui amanat Allah yang diberikan kepada manusia.
3.  Untuk mengetahui sifat manusia menurut Al-Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kelemahan Dalam Diri Manusia
Seseorang yang beriman sekali pun tentu mempunyai kesalahan dan memiliki sifat buruk
yang terkadang sukar dihilangkan. Tiada seorang Mukmin pun yang murni atau sempurna.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda kepada Abu Dzarr ra, beliau
bersabda, “Engkau seorang yang masih ada padamu sifat jahiliyah. ”
Dalam siroh para sahabat Nabi, sahabat Abu Dzar adalah seorang sahabat utama, termasuk
dari orang-orang pertama yang beriman dan berjihad, namun ternyata masih ada kekurangannya.
Kelemahan Abu Dzarr adalah terlalu zuhud sehingga selalu merasa diri sempurna karenanya dia
reaktif terhadap sahabat Bilal.
Namun kelemahan ini langsung dikoreksi Nabi Muhammad Saw. “Wahai Abu Dzar, kamu
pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus
rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu
lebih baik daripada shalat seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah).[1]
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang kelemahan manusia akan dijelaskan sebagai
berikut

3.      QS. AL-Ahzab: 72.


ْ ‫ال فَأَبَي َْن أَ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوأَ ْشفَ ْقنإِ َّنا َع َر‬
‫ض َنا‬ ِ َ‫ض َو ْال ِجب‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ ‫َع َرضْ نَا اأْل َ َمانَةَ َعلَى ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
ْ َ‫ال َف أ َ َب ْينَ أَنْ َي ْح ِم ْل َن َه ا َوأ‬
‫ش َف ْقنَ ِم ْن َه ا َو َح َم َل َه ا‬ ِ ‫ض َوا ْل ِج َب‬ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫األ َما َن َة َع َلى ال‬
ِ ‫س َم َوا‬
)72( ‫سانُ إِ َّن ُه َكانَ َظلُو ًما َج ُهوال‬ َ ‫ اإل ْن‬Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Sehingga Allah mengadzab
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan
perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Al-Ahzab: 72-73)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan menawarkan al-
Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian diterima oleh manusia.
Dalam Mufradat fi Ghorib Al-Qur’an, Raghib al-Isfahany mengartikan al-Amanat dengan
akal, karena dengan akallah pengertia tauhid, keadilan, pelajaran huruf-huruf hijaiyah, segala
yang dapat diketahui dan diperbuat manusia tentang keindahan. Dengan akal, manusia
diunggulkan diatas mahluk-mahluk lain. Sedangkan al-Zamakhsyari lebih memilih makna
ketaatan sambil mentakwilkan kata al-haml dalam rangka penolakan. Sementara Ibn Jarir al-
Thabrani, didalam tafsirnya, memilih memaknai amanat didalam agama, dan amanat-amanat
dalam kehidupan manusia.
Kata amanat alam bentuk tunggal muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali, yaitu pada QS.
Al-Baqarah : 283, dalam kaitannya dengan pencatatan hutang:
”Kalau kamu dalam perjalanan dan kamu tidak menemukan seorang penulis, hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah saling mempercayai,
hendaklah yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
Apabila ktia memperhatikan kata amanat dengan kaitan kontekstualnya pada surat Al-
Ahzab :72, ada beberapa qarinah yang membedakan artinya dengan arti amanat,
yaitu : Pertama, sebagaiamana telah sering disinggung bahwa kata amanat pada ayat ini dalam
bentuk tunggal dan diawali dengan al yang menunjukan kekhususan. Kedua,kata al-amanat
dikaitkan dengan kata al-insan , bahwa al-amant itu ditawarkan kepada manusia dalam
pengertian al-Insan dimana ia sendiri sanggup menerima dan memikulnya. Dan ketiga, langit,
bumi, dan gunung-gunung yang untuk pertama kalinya menerima tawaran tersebut, semua
menolaknya.
Setiap alam semesta selain manusia, berjalan dengan hokum alamnya secara terpaksa dan
penuh kepatuhan, tanpa harus menanggung resiko dari apa yang telah diperbuatnya. Seandainya
langit menghujani bumi dengan gemuruh petirdan menahan turunnya hujan sehingga bumi rusak
kekeringan tidak ada tanaman, atau seandainya langit berbaik hati menyirami bumi sehingga
hidup kembali, maka langit sama sekali tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatannya itu. Sama halnya seandainya bumi berguncang merusak pemukiman dan segenap
hidup, kemudian memuntahkan lahar panas dan mengahncurkan yang ada, atau dia berbaik hati
dengan mengeluarkan barang-barang tambang yang berharga dan minyak yang melimpah
sehingga penduduknya makmur sejahtera. Hanya manusialah yang bertanggung jawab atas
perbuatannya sendiri, yang menghasilkan pahala atau siksa. Tak seorang pun yang menanggung
akibat perbuatan orang lain. Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In khairan fa
khairan wa in syarran fa syarrun[3]

4.      QS. Al-Balad90:4-8.

َ ‫)لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن َس‬٤( ‫أَيَحْ َسبُ أَ ْن لَ ْن يَ ْق ِد َر َعلَ ْي ِه أَ َح ٌد‬


(٥)‫ان فِي َكبَ ٍد‬
‫ب‬ َ ُ‫ت َماال ل‬ ُ ‫ًدايَقُو ُل أَ ْهلَ ْك‬
Artinya:
1.       Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
2.       Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
3.       dan mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak".\
4.       Apakah Dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?\
5.       Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,

Pejelasan:
Maka mana jawab sumpah ini,sesuatu yang ingin disampaikan Allah sehingga
menggunakanqosam(sumpah),adalah kalimat ‘laqod kholaqnal insana fii kabad’(sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam kondisi susah dan payah).Berarti statement ini adalah
statement yang sangat penting karena menggunakan sumpah,juga menggunakan ‘la’ ada
tauhid,kemudian ada ‘qod’ memiliki makna tauhid(sungguh-sungguh/benar-benar)kami telah
menciptakan manusia dalam keadaan susah payah,dan tujuannya adalah agar kita memiliki
perhatian terhadap masalah ini,bahwa manusia diciptakan oleh Allah itu harus susah
payah,dalam masalah menghadapi dunia ini,yaitu untuk beribadah,maka dalam beribadah dan
beriman itu banyak susah payahnya.Jadi,mempertahankan eksistensi keimanan kita juga berat
dan susah payah,banyak rintangannya.Oleh karena itu,kita harus menjadikan dunia ini untuk
bersusah payah untuk mencari kebahagiaan diakhirat.Kemudian ‘kabad’ ini memiliki makna
yang lain,hati yang berani,manusia diciptakan oleh Allah memiliki hati yang berani berbuat
maksiat,keras hatinya. (Apakah dia mengira bahwa tidak ada orang yang menguasainya,apakah
manusia itu mengira bahwa sekali-kali tidak ada seorang pun yang berkuasa atas dirinya).Ini
adalah manusia yang sombong,meyakini tidak ada orang yang lebih kuat darinya.
Ayat ini ada asbabun nuzui-nya,ada orang kafir namanya abul assudail aljumai,dia itu
bangga dengan kekuatannya,yaitu pernah di uji coba di sebuah pasar di Mekkah,dia mengambil
satu kain di pasar itu,kemudian dia injak,kemudian dia adakan sayembara,barangsiapa yang
dapat menarik kain ini maka ia akan mendapatkan hadiah darinya,dan tidak ada satu pun yang
dapat menariknya.Sampai kemudian akhirnya damai,kelompok itu bersatu sebanyak 10 orang
yang kemudian menginjak kain itudan ternyata akhirnya yang kalah adalah kain yang robek.Dan
orang ini adalah orang yang memusuhi Rasulullah SAW.Pernah ada kisah yaitu Rukanah
seorang pegulat tangguh yang pernah menantang Rasulullah,jadi kalau dia menang dia akan
masuk islam,tapi kalau Rasul kalah maka Rasul tidak boleh menyebarkan islam.Sampai ketiga
kali banting tetap dimenangkan Rasulullah,akhirnya Rukanah kalah akhirnya dia masuk islam.
Walaupun asbabun nuzul-nya kepada abul assudail aljumail,namun ayat ini ditujukan
keseluruh manusia,bahwa manusia dengan sebesar apapun kekuatannya,tidak boleh
menyombongkan diri,contohnya seperti fir’aun bangga dengan kerajaannya,hancur di tengah
lautan.Haman juga hancur di tengah lautan karena bangga dengan prajuritnya yang begitu
besar.Qorun hancur dengan kekayaannya.jadi,kekuatan apapun yang diberikan Allah SWT
kepada kita tidak boleh membuat kita kufur kepada Allah SWT.
Mereka mengatakan : “aku telah menghabiskan uangku (untuk memusuhi Nabi
Muhammad).Adalah sindiran Allah dalam ayat ini.
Asababun nuzul-nya adalah ayat ini turun kepada orang yang masuk islam yang bernama
Amir bin Naufal,dia mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melakukan sebuah dosa
dan meminta sebuah fatwa, “Ya,Rasulullah!saya telah melakukan maksiat apa yang harus saya
lakukan?”.kemudian kata Rasulullah memerintahkan agar dia membayar kafarat (membayar
sejumlah uang untuk menebus kesalahannya),jadi kafarat ada dalam islam tetapi hanya pada
perbuatan-perbuatan tertentu,misalnya:berhubungan suami-istri siang hari di bulan
Ramadhan,dzihar,ila,sumpah yang tidak dipenuhi,nazar yang tidak dipenuhi,selain itu harus
bertaubat dan ada hukumannya,lalu Amir bin Naufal menjawab : “kalau seperti ini hartaku habis
hanya untuk membayar kafarat dan infak sejak saya masuk agama Muhammad”.sehingga
penyesalan orang ini dibantah oleh Allah SWT padahal yang dikeluarkannya tidak
banyak,sedangkan yang diberikan Allah kepadanya jauh lebih banyak dari pada
pemberiannya.Maka ayat selanjutnya:
 (Ia mengira bahwa tidak ada yang melihatnya) Ia mengira bahwa kata-kata riya itu tidak ada
yang melihatnya padahal Allah SWT tahu seberapa besar uang yang digunakan untuk membayar
kafarat dan nafkah itu sebenarnya sedikit,tapi dia mengira itu banyak.
(Kemudian lubada itu artinya jamak jadi artinya begitu banyak ia keluarkan hartanya).
Apakah ia mengira bahwa tidak satupun orang yang melihatnya padahal Allah SWT
melihat itu semuanya.Termasuk ayat ini maknanya adalah Apakah mereka mengira bahwa Allah
SWT tidak akan menanyakan hartanya pada hari kiamat dari mana dia dapat dan kemana dia
infaqkan,menurut Qotadahseorang tabi’in.Maknanya diantaranya ini adalah kondisi orang-orang
yang tidak beriman dimana ia tidak meyakini bahwa apa yang ia kerjakan itu dilihat oleh Allah
SWT.Maka kesombongan-kesombongan mereka dibantah oleh Allah SWT dengan
menghadirkan kenikmatan-kenikmatan lebih besar daripada itu,maka pada episode yang kedua
Allah SWT menyebutkan nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya.Jadi,kondisi
orang-orang kafir tadi kemudian dibantah oleh Allah SWT dengan ayat ke-8. (Bukankah kami
telah menjadikan untukmu sepasang mata) Artinya kalau mereka tidak mempunyai mata,tak
mungkin mereka kaya,menjadi kuat,jadi harus ingat terhadap apa yang diberikan oleh 
Allah,karena mata ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk meraih itu semua.Dan dengan
mata ini pula kita bisa melihat suasana alam,mentadaburi ayat-ayat Allah,bisa membaca Al-
Qur’an.[4]

5.QS. Al-Nisa’:28-29.
                                                                      ‫ي ُِري ُد‬ ) ﴾٢٨
‫ضعِي ًفا‬َ   ُ‫نسن‬ ٰ ِ ‫اإْل‬  ‫ َو ُخل َِق‬   ۚ ‫ َعن ُك ْم‬  ‫ف‬ َ ‫ي َُخ ِّف‬  ‫أَن‬  ‫ال ٰلّـ ُه‬                   
َ ‫ َت ُك‬  ‫أَن‬  ‫إِٓاَّل‬  ‫ ِب ْال ٰبطِ ِل‬  ‫ َب ْي َن ُكم‬  ‫أَ ٰمْو َل ُكم‬  ‫ َتأْ ُكلُ ٓو ۟ا‬  ‫اَل‬  ‫وا‬
‫ت ِٰج َر ًة‬  ‫ون‬ َ ‫الَّذ‬  ‫ٰ ٓيأ َ ُّي َها‬
۟ ‫ َءا َم ُن‬  ‫ِين‬
 ۚ ‫أَنفُ َس ُك ْم‬  ‫ َت ْق ُتلُ ٓو ۟ا‬  ‫ َواَل‬   ۚ ‫مِّن ُك ْم‬  ‫اض‬ ٍ ‫ َت َر‬  ‫َعن‬
 ﴾٢٩ ) ‫ َرحِي ًم‬  ‫ ِب ُك ْم‬  ‫ان‬ َ ‫ َك‬  ‫ال ٰلّـ َه‬  َّ‫إِن‬  
Artinya:
28.   Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.
29.   Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.

Tafsir / Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami. Namun, sebagai
manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan
manusia diciptakan secara khusus. Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan
sengaja, agar ia mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat
tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat kelahirannya.
Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana ia akan meninggal.
Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi
hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan untuk tetap
bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak
terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak
dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di
gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat mengalami
penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan pun, dapat terjadi suatu kecelakaan
yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang
yang tadinya membuat cemburu. Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status,
kedudukan, ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik kehidupan
seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa dapat berubah secara
drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat
rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak diragukan, kulit yang sensitif
ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi pecah-pecah dan kering ketika terlalu
lama terkena sinar matahari atau angin. Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia
harus berjaga-jaga terhadap dampak lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan" nya
(daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak) cenderung meluruh. Bila
manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi
penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk menjadi sakit.
Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila
dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.Untuk senantiasa mengingatkan kepada Allah,
manusia acap kali merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia
mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada saat
tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang
penting untuk kesehatan yang baik.1 Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh darahnya
berkontraksi, dan tekanan darah meningkat.[5]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
d)            Sikap seorang khalifah Allah dimuka bumi
Dalam Q.S Al – Ahzab ayat 72 menjelaskan bahwa Allah telah memberikan amanat kepada
manusia untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi ini. Untuk itu sebagai manusia kita
harus dapat mempertanggung jawabkan semua yang telah di amanatkan Allah kepada
manusia dengan mentaati semua yang di perintahkan Allah dan menjauhi segala larangan
– Nya.

Manusia yang memiliki dimensi biologis dan psikologis mengalami evolusi


perkembangan. Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Tidak seperti
beberapa contoh hewan yang beberapa saat setelah dilahirkan oleh induknya bisa langsung
berdiri dan berjalan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu lemah dan rentan sehingga
membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa menyempurnakan
evolusi biologisnya.
Oleh karena itu, kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran, Allah SWT dalam Al-
Quran menyebutkan manusia sebagai maujud yang mulia dan tinggi, disisi lain juga
menyebutkan kelemahan-kelemahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Kholil, Moenawar. 1985. Al-Qur’an Dari Masa ke Masa. Solo: C.V Ramadhani
Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
DR. H. Abuddin Nata, MA. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai