Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dra. Haiatin Chasanatin, MA.

Disusun oleh:

Kelompok II

Hamid Abdillah : 2001012005

Niza Putri Nur Fajrin : 2001011080

Mayra Nur Heliza : 2001012006

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan alam semesta. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Serta kepada teman -
teman yang sudah menjadi inspirasi kami sejak awal pembuatan makalah. Di dalam pembuatan
makalah ini tentu masih banyak sekali kekurangannya. Saran dan kritik dari pembaca masih
sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Sekian kata pengantar dari kami, kurang lebihnya saya mohon maaf.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Metro, 19 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan manusia
secara penuh, dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan untuk manusia.
Dengan demikian berbicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
pembicaraan tentang manusia. Banyak pendapat tentang pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan pada umumya sepakat bahwa
pendidikan itu diberikan atau diselengarakan dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Melalui pendidikan, manusia
diharapkan mampu meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi
pemberian Tuhan kepadanya sehingga menjadi manusia yang lebih baik, lebih
berbudaya, dan lebih manusiawi. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan harus
terarah, sehingga hasilnya berupa pengembangan potensi manusia, yang
nantinya dapat berdaya guna dan berhasil guna dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
membahas tentang manusia, sangat sulit mendapatkan pengetahuan
yang komprehensif, oleh karena manusia adalah makhluk Allah yang sangat
kompleks. Bukan hanya struktur tubuhnya akan tetapi masalah yang dihadapi
manusia juga cukup kompleks.
Alquran menempuh berbagai cara guna mengantar manusia kepada
kesempurnaan kemanusiaannya antara lain dengan mengemukakan kisah
faktual atau simbolik. Kitab Suci Alquran tidak segan mengisahkan "kelemahan
manusiawi", namun itu digambarkannya dengan kalimat indah lagi sopan tanpa
mengundang tepuk tangan, atau membangkitkan potensi negatif, tetapi untuk
menggaris bawahi akibat buruk kelemahan itu, atau menggambarkan saat
kesadaran manusia menghadapi godaan nafsu dan setan.
Dari apa yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan beberapa
permasalahan yang akan dibahs dimakalah ini, dan sudah dirumuskan dibawah
ini.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Hakikat manusia menurut pandangan islam?
b. apa saja kedudukan manusia?
c. apa hubungannya kedudukan manusia dengan pendidikan
islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam


Ada beberapa dimensi manusia dalan pandangan islam yaitu:1
1. Manusia Sebagai Hamba Allah

Sebagai hamba Allah manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku pencipta
karena itu adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan. 2Bentuk pengabdian manusia
sebagai hamba Allah tidak terbadas hanya pada ucapan dan perbuatan saja melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati, seperti yang di perintahkan dalam surat al-Bayyinah ayat 5 dan surat al-
Dzariyat ayat 56:

‫َو َم ٓا ُأِم ُر ٓو ۟ا ِإاَّل ِلَيْعُبُد و۟ا ٱَهَّلل ُم ْخ ِلِص يَن َلُه ٱلِّد يَن ُح َنَفٓاَء َو ُيِقيُم و۟ا ٱلَّص َلٰو َة َو ُيْؤ ُتو۟ا ٱلَّز َكٰو َۚة َو َٰذ ِلَك ِد يُن‬
‫ٱْلَقِّيَم ِة‬
Artinya:”Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”(QS. Al-Bayinah ayat
5)

‫َو َم ا َخ َلْقُت ٱْلِج َّن َو ٱِإْل نَس ِإاَّل ِلَيْعُبُد وِن‬


Artinya:” Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.” (QS. Al-Dzariyat ayat 56)

Dengan begitu manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan
mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya berharap dengan ridha Allah.

1
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hal. 18-31.

2
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, hal. 135.
2. Manusia Sebagai Al- Nas

Manusia di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al- nas. Konsep al- nas ini cenderung mengacu
pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan
fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan,
dan memang diciptakan berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’ ayat 1 dan
surah al-hujurat ayat 13:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ٱَّتُقو۟ا َر َّبُك ُم ٱَّلِذ ى َخ َلَقُك م ِّم ن َّنْفٍس َٰو ِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثيًرا‬
‫َو ِنَس ٓاًۚء َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل ٱَّلِذ ى َتَس ٓاَء ُلوَن ِبِهۦ َو ٱَأْلْر َح اَۚم ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقيًبا‬
Artinya:” Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”(QS. An-Nisa’ ayat 1)

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َجَع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۚ۟ا ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل َأْتَقٰى ُك ْۚم‬
‫ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Artinya:” Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”(QS. Al-Hujurat
ayat 13)

Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang dalam
hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari lingkungan soisal dan masyarakatnya.
3. Manusia Sebagai Khalifah Allah

Hakikat Manusia sebagai khalifah Allah di bumi di jelaskan didalam surah al-baqarah
ayat 30 dan surah shad ayat 26:

‫ًۖة‬ ‫َٰٓل‬
‫َو ِإْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِئَك ِة ِإِّنى َج اِع ٌل ِفى ٱَأْلْر ِض َخ ِليَف َقاُلٓو ۟ا َأَتْج َع ُل ِفيَها َم ن ُيْفِس ُد ِفيَها َو َيْس ِفُك ٱلِّد َم ٓاَء‬
‫َو َنْح ُن ُنَس ِّبُح ِبَحْمِد َك َو ُنَقِّد ُس َلَۖك َقاَل ِإِّنٓى َأْع َلُم َم ا اَل َتْع َلُم وَن‬
Artinya:” Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 30)

‫َوَو َهْبَنا ِلَداُوۥَد ُس َلْيَٰم َۚن ِنْع َم ٱْلَع ْبُۖد ِإَّن ٓۥُه َأَّو اٌب‬
Artinya:” Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-
baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS. Shad ayat 26)

Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu merupakan anugerah
dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan beban untuk menjalankan fungsi
khalifah tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggung jawabkan. Sebagai khalifah di bumi
manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi
Kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini. 3Seperti
dijelaskan dalam surah al- Jumu’ah ayat 10 dan surah al-baqarah ayat 60:

‫َفِإَذ ا ُقِض َيِت ٱلَّص َلٰو ُة َفٱنَتِش ُرو۟ا ِفى ٱَأْلْر ِض َو ٱْبَتُغ و۟ا ِم ن َفْض ِل ٱِهَّلل َو ٱْذ ُك ُرو۟ا ٱَهَّلل َك ِثيًرا َّلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬
Artinya:” Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah ayat
10)

3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.
‫َو ِإِذ ٱْسَتْس َقٰى ُم وَس ٰى ِلَقْو ِم ِهۦ َفُقْلَنا ٱْض ِر ب ِّبَعَص اَك ٱْلَحَج َۖر َفٱنَفَجَر ْت ِم ْنُه ٱْثَنَتا َع ْش َر َة َع ْيًنۖا َقْد َع ِلَم ُك ُّل‬
‫ُأَناٍس َّم ْش َرَبُهْۖم ُك ُلو۟ا َو ٱْش َر ُبو۟ا ِم ن ِّر ْز ِق ٱِهَّلل َو اَل َتْع َثْو ۟ا ِفى ٱَأْلْر ِض ُم ْفِس ِد يَن‬
Artinya:” Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman,
“Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah dari padanya dua belas mata air.
Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari
rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan
berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqakarah ayat 60)

4. Manusia Sebagai Bani Adam

Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan dalam al- Qur’an yang
menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari
makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada
penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan
persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari
keturunan yang sama. Dengan demikian manusia dengan latar belakang sosia kultural, agama,
bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama, dan harus diperlakukan dengan sama.
Seperti yang di jelaskan didalam surah Al- A’raf ayat 26-27:

‫َٰي َبِنٓى َء اَد َم َقْد َأنَز ْلَنا َع َلْيُك ْم ِلَباًسا ُيَٰو ِر ى َس ْو َٰء ِتُك ْم َو ِر يًش ۖا َو ِلَباُس ٱلَّتْقَو ٰى َٰذ ِلَك َخْيٌۚر َٰذ ِلَك ِم ْن َء اَٰي ِت ٱِهَّلل‬
‫َلَع َّلُهْم َيَّذ َّك ُروَن‬
Artinya:” Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.
Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (QS. Al-
A’raf ayat 26)

‫َٰي َبِن َء اَد اَل َيْفِتَنَّنُك ُم ٱلَّش ْيَٰط ُن َك ٓا َأْخ َر َج َأَبَو ْيُك م ِّم َن ٱْلَج َّنِة َين ُع َع ْنُه ا ِلَباَس ُه ا ِلُي َيُه ا َس ْو َٰء ِتِه ۗٓا‬
‫َم‬ ‫َم ِر َم‬ ‫َم‬ ‫ِز‬ ‫َم‬ ‫ٓى َم‬
‫ِإَّن ۥُه َيَر ٰى ُك ْم ُهَو َو َقِبيُل ۥُه ِم ْن َح ْيُث اَل َتَر ْو َنُهْۗم ِإَّنا َجَع ْلَنا ٱلَّش َٰي ِط يَن َأْو ِلَيٓاَء ِلَّلِذ يَن اَل ُيْؤ ِم ُنوَن‬
Artinya:” Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana
halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian
keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raf ayat
27).

5. Manusia Sebagai Al-Insan

Manusia disebut al-insan karena kecenderungannya akan sifat pelupa sehingga


memerlukan teguran dan peringatan. Kata al-insan digunakan Al-Quran untuk menunjukkan
kepada manusia secara keseluruhan dari totalitas, jiwa, serta raganya. Manusia sebagai mahluk
psikologi artinya bahwa manusia mahluk yang unik, yang memiliki harmoni jiwa, cinta, benci,
setres, jinak, lupa dan sebagainya yang membedakan dengan makhluk yang lainnya. Seperti yang
di jelaskan pada surah hud ayat 9:

‫َو َلِئْن َأَذ ْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم َّنا َر ْح َم ًة ُثَّم َنَز ْع َٰن َها ِم ْنُه ِإَّن ۥُه َلَئُـوٌس َك ُفوٌر‬
Artinya:” Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami
cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih.”(QS. Hud ayat 9)

6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (Al-Basyar)

Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia terdiri atas
unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain
manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum makhluk
biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta
memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Seperti yang sudah
di jelaskan didalam surah Al-Mu’minun ayat 12-14:

‫َٰل‬
‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن ُس َلٍة ِّم ن ِط يٍن‬
Artinya:” Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.”
(QS. Al-Mu’minun ayat 12)

‫ُثَّم َجَع ْلَٰن ُه ُنْط َفًة ِفى َقَر اٍر َّمِكيٍن‬


Artinya:” Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).” (QS. Al-Mu’minun ayat 13)

‫ُثَّم َخ َلْقَنا ٱلُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا ٱْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا ٱْلُم ْض َغ َة ِع َٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا ٱْلِع َٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َأنَش ْأَٰن ُه َخ ْلًقا‬
‫َء اَخ َۚر َفَتَباَر َك ٱُهَّلل َأْح َس ُن ٱْلَٰخ ِلِقيَن‬
Artinya:” Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minun ayat 14)

B. Kedudukan Manusia Menurut Pandangan islam

Menurut pandangan islam manusia mempunyai dua kedudukan yakni sebagai abdullah
(hamba allah) dan khalifah (pemimpin).

a. Abdullah (hamba allah)

Al-quran surat al-az-zariyat ayat 56 menjelaskan kedudukan manusia sebagai abd

‫َو َم ا َخ َلْق ُت اْلِجَّن َو اِاْلْن َس ِااَّل ِلَي ْع ُبُدْو ِن‬

artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.

Benyak para ulama berpendapat mengenai makna ibadat, ibnu katsir berpendapat mengenai
ibadat dengan menunjukkan sifatnya sebagai perbuatan yang menghimpun rasa kecintaan,
penyerahan diri kepada yang maha kuasa dari hambanya. Menurut rasyid ridha ibadat adalah
kesadaran diri atas keagungan yang yang tidak diketahui sumbernya.

Dapat kita simpulkan bahwa abdullah (hamba allah) mengandung pengertian ibadah dalam
makna penyerahan diri manusia pada hukum-hukum allah swt. Allah menciptakan manusia
sebagai hambaallah yaitu untuk menunjukkan salah satu kedudukan manusia sebagai hamba
allah swt. Ingin menunjukkan salah satu kedudukan manusia sebagai hamba allah yang
mengmban tugas tugas peribadahan.
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta
karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia
sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan.
Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya

Perlu diingat mengenai ibadat ialah bahwa dalam melakukan amal perbuatan itu seseorang
harus mengikuti petunjuk agama dengan refrensi atau bersumber dari kitab dan sunnah, tanpa
tidak membuat aturan sendiri dalam beribadah. Memperkuat hubungan dengan tuhan yakni
dengan kita melakukan suatu ibadah, makna meperkuat hubungan dengan tuhan dalam
kehidupan sehar-hari agar manusia mendapatkan kepuasan batin, ketabahan, harapan meperbaiki
kesalahan adalah makna penting yang terkandung dalam ibadat, disamping makna untuk jujur,
ikhlas dan setia kepada janji.4

Inti ajaran agama yang diwahyukan kepada nabi dan rasul adalah untuk menyembah atau
mengesakan tuhan. Hasan langgulung menyebutkan bahwa manusia yang beribadah pasti
mengembangkan sifat tuhannya yang diberikan kepada manusia berupa potensi yang bersumber
dari tuhan.

b. Khalifah

Mengenai kedudukan manusia sebagai khalifah disini dijelaskan didalam al-quran surat al-
fatir ayat 39 yang berbunyi
‫ٰۤل‬
‫ُهَو اَّلِذ ْي َج َع َلُك ْم َخ ِٕىَف ِفى اَاْلْر ِۗض‬

Artinya: dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.

Manusia sebagai khalifah fi al-ardh menurut ensiklopedia islam, bahwa khalifah itu berarti
wakil, pengganti nabi muhammad dalam fungsi sebagai pemerintah atau pemimpin. sebutan
khalifah itu merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan
beban untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggung
jawabkan. Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam
(bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap

4
Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan manusia, hlm.102
kelestarian alam ini. 5Seperti dijelaskan dalam surah al- Jumu’ah ayat 10 dan surah al-baqarah
ayat 60.

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah ayat 10)

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah
batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah dari padanya dua belas mata air. Setiap suku
telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang
diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Baqakarah ayat 60)
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan,
menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas
untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah
Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di
muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang
sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi
manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat
potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.6

5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.

6
Rahmat Ilyas. Manusia Sebagai Khalifah Dalam Perspektif islam. Mawa’iz, Vol. 1. No. 7, 2016. Hal 179
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat diketahui tentang hakikat manusia itu sebenarnya. Dengan
pengaruh dari lingkungan harus diselaraskan dengan perkembangan manusia agar menjadi
manusia seutuhnya. Dalam penjelasan Al-Qur’an sangat mengangkat derajat manusia karena
dengan beberapa potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga harus dibidik potensi
tersebut agar dapat bermanfaat secara penuh.

Kedudukan manusia sesuai dengan pandangan islam itu ada dua macam, pertama, abdullah
(hamba allah) mengandung pengertian ibadah dalam makna penyerahan diri manusia pada
hukum-hukum allah swt. Allah menciptakan manusia sebagai hambaallah yaitu untuk
menunjukkan salah satu kedudukan manusia sebagai hamba allah swt. Ingin menunjukkan salah
satu kedudukan manusia sebagai hamba allah yang mengmban tugas tugas peribadahan.

Kedua, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil, pengganti atau duta Tuhan di muka
bumi. dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah swt dimuka bumi, manusia akan dimintai
tanggungjawab dihadapannya. Tentang bagaimana ia melaksanakan tugas suci kekhalifahannya

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan manusia.

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.

Rahmat Ilyas. 2016, Manusia Sebagai Khalifah Dalam Perspektif islam. Mawa’iz, Vol. 1. No. 7.

Yusuf Qardhawi, 1994, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai