Capaian Pembelajaran*)
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa :
1. Mampu menjelaskan konsep dasar hakikat manusia dan
mediskusikan dengan anggota kelas dan menunjukkan pentingnya
dalam proses pembelajaran hakekat manusia menurut al-quran dan
pakar secara lisan maupun tulisan
Superego
Id
3) Pandangan Humanistik
Pandangan humanistik ini ditokohi oleh Roger, Hansen, Adlet, dan
Martin Buber (Akta Mengajar V oleh Universitas Terbuka, 1985). Human
artinya manusia, yaitu memahami secara hakiki keberadaan manusia, oleh
manusia dan dari manusia berdasarkan ratio (pemikiran manusia). Para
humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari
dalam dirinya untuk mengarahkan diri mencapai tujuan yang positif. Mereka
menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Hal ini membuat manusia terus berubah dan berkembang untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dan sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota
kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga
mengatakan selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam
hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan
mendapatkan sesuatu, dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk
individu dan juga sebagai makhluk sosial.
4) Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia
sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-
faktordariluar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan
faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur
oleh hukum-hukumbelajar, seperti adanyateori conditioning atau teori
pembiasaan dan keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk
itu adalah karena pengaruh lingkungan.. Lingkungan adalah penentu
tunggal dari tingkah laku manusia. Jika ingin merubah tingkah laku
manusia, perlu dipersiapkan kondisi lingkungan yang mendukung ke
arah perubahan itu. Contoh jika diinginkan agar anak mampu berbahasa
Arab, seorang anak akan berbahasa Arab kalau ia dibesarkan di tanah
Arab. Pelopor aliran behavioristik ini antara lain: Skinner, Thorndike,
Watson, Pavlov, Gagne (Bigge, 1982 : 10-11).
Fitrah Kemanusiaan
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, yang diciptakan oleh
Tuhan dengan sebaik-baik ciptaannya yang paling sempurna dan paling mulia.
Manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan fitrah atau suci, tidak berdosa,
sebagaimana dalam Islam dikatakan bahwa ”Semua anak dilahirkan dalam
keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikan dia majusi atau nasrani. Hal ini
berarti bahwa semua manusia secara fitrahnya adalah makhluk yang bersih, suci,
benar dan luhur, serta menolak hal-hal yang salah, yang tidak berguna, dan tidak
terpuji. Pada dasarnya manusia lahir mengandung unsur kebenaran dan keluhuran.
Oleh sebab itu fitrah manusia yang baik ini perlu dipelihara dan dikembangkan
dalam hidupnya agar tetap terjaga dan terpelihara sifat kefitrahan tersebut.
Lingkungan jangan mempengaruhi kepada hal-hal yang merusak fitrah manusia
yang baik tersebut.
5. Dimensi-dimensi manusia dan pengembangannya serta implikasinya bagi
pendidikan
Pada bagian atas sudah dibahas tentang hakikat manusia ditinjau dari
berbagai sudut pandang agar diperoleh pemahaman yang memadai dalam
memandang sifat hakikat manusia itu sendiri. Berikut ini diuraikan tentang
dimensi-dimensi kemanusiaan yang terdiri dari: a) Dimensi keindividualan, b)
Dimensi kesosialan, c) Dimensi kesusilaan dan d) Dimensi keberagamaan.
a) Dimensi Keindividualan
b) Dimensi Kesosialan
c) Dimensi Kesusilaan
Pergaulan sosial manusia diikat oleh nilai-nilai tertentu yang menjadi
patokan/ukuran bahwa suatu prilaku dianggap baik/buruk. Istilah susila berasal
dari dua kata, yaitu su berarti baik dan sila berarti dasar. Jadi kesusilaan
merupakan ukuran baik dan buruk.Persoalan kesusilaan berhubungan dengan
nilai-nilai. Driyarkara memandang bahwa manusia susila adalah manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam
perbuatannya. Nilai-nilai merupakan suatu yang dijunjung tinggi oleh manusia
karena mengandung makna keluhuran, kebaikan, dan kemuliaan. Nilai dapat
dibedakan atas nilai otonom, yaitu yang dimiliki/dianut oleh orang perorangan,
nilai theonom yaitu nilai keagamaan yang berasal dari pencipta alam semesta
ini.
Pada hakekatnya manusia diberikan kemampuan untuk melihat dan
membandingkan antara sesuatu yang baik dan buruk dengan kata lain manusia
memiliki kata hati, hati nurani untuk mengambil suatu keputusan. Orang yang
memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu menganalisis dan
membedakan yang baik dan buruk, salah satu benar disebut memiliki kata hati
yang tajam.
Kata hati yang tajam perlu diasah melalui pendidikan yang dilakukan
sejak dini. Orang tua di rumah tangga secara perlahan mengenalkan kepada
anak makna perbuatan yang baik dan yang kurang baik, perbuatan yang
dibolehkan atau dilarang yang diikuti contoh teladan dari orang tua dan
lingkungannya. Di sekolah guru meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
yang sudah dikenalkan di rumah oleh orang tua. Peserta didik dilatih untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.Peserta didik
harus memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai dalam kehidupan dan
menginternalisasikannya. Pendidik tertentu perlu memberikan contoh dan
dengan kesabaran mengarahkan perilaku peserta didiknya pada nilai-nilai yang
dianut. Menanamkan kesadaran bagi peserta didik terhadap kewajibannya
sebagai anggota masyarakat di samping mengetahui juga haknya secara
individual.
d) Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang religius, yang mengakui bahwa ada
suatu Dzat yang menguasai alam beserta isinya, yang dipuja, dan disembahnya
yang disebut Ilahi yaitu Tuhan. Manusia pada dasarnya tunduk dan patuh
kepada Tuhan, kepada ajaran-ajaran yang disampaikan melalui kitab suci-Nya.
Dalam Islam dikatakan pada saat roh ditiupkan ke rahim Ibu maka pada saat itu
ia berjanji akan menghambakan diri kepada-Nya. Lalu, kesempatan berada di
permukaan bumi ini adalah untuk membuktikan janjinya. ALLAH berfirman
bahwa tidaklah diakui seseorang itu beriman sebelum keimanannya diuji
selama berada di muka bumi.
F. Rangkuman*)
Manusia mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan
makhluk lain sebagai sifat hakikat manusia. Islam berpandangan bahwa
manusia makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi peran dan posisinya dari
segala makhluk yang ada, termasuk malaikat sekalipun. Manusia ditugasi
untuk menjadi Khalifah (pengatur) isi alam ini dengan potensi yang
dimilikinya
Tuhan memberi potensi kepada manusia: akal, keunikan setiap
individu manusia, perasaan kasih sayang, cinta, dan malu, serta persaudaraan.
Potensi yang diberikan Tuhan untuk manusia sebagai khalifah, lebih banyak
dan lebih sempurna dari makhluk lainnya. Bila manusia menggunakan semua
pemberian itu bertentangan dengan aturan atau petunjuk Tuhan, jatuhlah
posisi manusia itu kepada tingkatan makhluk yang paling hina. Oleh sebab
itu, setiap manusia wajib belajar dan mengajar untuk manusia bagaimana
berbuat/berkiprah menurut aturan Tuhan. Menurut Psiko Analitik, tingkah
laku manusia didorong oleh Id, yang berisikan keinginan untuk memuaskan
nafsu (libido seksual), tetapi dikontrol oleh superego. Menurut aliran
Behavioristik tingkah laku manusia dikendalikan oleh faktor lingkungan.
Selanjutnya oleh aliran Humanistik sifatnya netral atau kombinasi antar
faktor luar dan faktor dalam diri manusia yang mengendalikan manusia.
Manusia mempunyai otonomi untuk mengendalikan dirinya dalam batas
tertentu dapat mengontrol dan mengarahkan jadi apa yang bersangkutan.
Kehidupan manusia merupakan suatu proses yang terus berubah.
G. Latihan/Kasus/Tugas**)
Setelah mempelajari bahan ajar yang terdahulu, silakan diselesaikan soal
berikut:
H. Tes Formatif
I. Daftar Rujukan**)