Oleh :
Abstract
Latar Belakang
Setiap manusia merupakan pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Manusia memiliki fitrah untuk menjadi pemimpin, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-
Baqarah: 30
ٰۤ
ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء ِ ْك لِ ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر
ُ ِض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف َ َُّواِ ْذ قَا َل َرب
َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَ ِّدسُ لَكَ ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن.
َ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Manusia merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari akan selalu berhubungan
dengan orang lain, baik dalam bidang Pendidikan, perdagangan,pemerintahan, organisasi dan
lain-lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia akan saling membutuhkan satu sama lain
walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda baik berbeda ras, suku bangsa , Bahasa dan
lainnya. Allah berfirman dalam QS. al-Hujurat: 13
ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم
ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر
Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita membutuhkan seorang pemimpin. Sebagai manusia yang
beragama, untuk memilih pemimpin sesuai dengan ajaran agama islam, berpedoman pada Al-
Quran dan Hadis. Dalam Qs. An-Nisa ayat 59 Allah berfirman :
َ َٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَاِ ْن تَن
از ْعتُ ْم فِ ْي
ك َخ ْي ٌر َّواَحْ َس ُنَ َِش ْي ٍء فَ ُر ُّد ْوهُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرس ُْو ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ ْو َن بِاهّٰلل ِ َو ْاليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل
ࣖ تَْأ ِو ْياًل
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan
Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
Dalam QS. Al-Maidah ayat 51 Allah berfirman :
ْض َو َم ْن يَّتَ َولَّهُ ْم ۤ ُ ص ٰ ٓرى اَ ْولِيَ ۤا َء ۘ بَ ْع ٰ َّٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا اَل تَتَّ ِخ ُذوا ْاليَه ُْو َد َوالن
ٍ ۗ ضهُ ْم اَ ْولِيَا ُء بَع
ٰ م ْن ُكم فَانَّهٗ م ْنهُم ۗ ا َّن هّٰللا اَل ي ْهدى ْالقَ ْوم
الظّلِ ِمي َْن َ ِ َ َ ِ ْ ِ ِ ْ ِّ
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan
Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di
antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan
mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Sejarah Umat Manusia sejak nabi Adam A.S hingga hari ini memperlihatkan bahwa sejak dahulu hingga
sekarang manusia hidup berkelompok dan dari kelompok – kelompok tersebut lahir para pemimpin
Sebagai seorang muslin sudah menjadi kewajiban untuk memilih pemimpin yang di ajarkan sesuai
dengan Al-Quran dan Hadis.
Adapun kriteria pemimpin yang paling utama adalah beriman kepada Allah Swt. sebagaimana yang
tertera dalam QS. al-Maidah ayat 51. Dan beberapa kriteria lainnya yang disebutkan di dalam al-Qur`an
di antaranya amanah dan adil, sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah QS. al-Nisa` ayat 58, dan
kuat sebagaimana dalam QS. al-Qashash ayat 26.
Untuk membahas lebih lanjut kepemimpinan dalam islam, penulis akan melakukan studi literatur untuk
mengatahui bagaimana kepemimpinan berdasarkan perspektif Al- Quran dan Hadis.
Studi Literatur
Dalam terminologi yang dikemukakan oleh Bashori, 2019, kepemimpinan merupakan
bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang menduduki posisi strategis dalam sistem dan hierarki
kerja dan tanggung jawab pada sebuah organisasi. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan
merupakan kegiatan menuntun, membimbing, memandu untuk menunjukkan jalan yang diridhai Allah
SWT. Kegiatan itu bermaksud untuk menumbuhkembangkan kemampuan mengerjakan sendiri di
lingkungan orang-orang yang dipimpin, dalam usahanya mencapai ridha Allah SWT selama
kehidupannya di dunia dan akhirat kelak. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan untuk
mewujudkan semua perintah Allah SWT yang diwahyukan melalui Rasulullah SAW
Kepemimpinan dalam konsep al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah. Al-Qur’an
mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran. Sebagai
wujud kesempurnaan, manusia diciptakan oleh Allah swt memiliki dua tugas dan tanggung
jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba (abdullah) yang berkewajiban untuk beribadah
sebagai bentuk tanggung jawab ubudiyyah terhadap Allah sebagai pencipta. Kedua, sebagai
khalifatullah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah swt dalam mengurus
seluruh alam. Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan
kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun
untuk makhluk yang lain.
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehingga memiliki
kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala macam
persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah
berlangsung lama, karena dia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu. Selain
sebagai pemimpin umat, seorang pemimpin juga memilki kedudukan sebagai pemimpin agama,
hal demikian ini bisa ditunjukkan bagaimana Nabi Muhammad SAW, beliau adalah seorang
pemimpin rakyat dan juga seorang pemimpin agama.
Imam al Qarafi mengatakan bahwa Nabi Muhammad memiliki beberapa peran
diantaranya:
1. Sebagai rasul, sebagai utusan Allah Swt untuk menyampaikan wahyu yang
diwahyukan kepadanya.
2. Sebagai mufti, Nabi Muhammad mengeluarkan fatwa sesuai tugasnya sebagai Rasul
dengan tuntunan Allah Swt.
3. Sebagai pemimpin, beliau pemimpin manusia, pembentuk undang-undang dan
sebagainya.
Menurut Dr. Zainun, 2019, dari ketiga peran diatas dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad Saw
adalah pemimpin di dalam agama dan juga pemimpin di dalam masyarakat. Jadi Nabi
Muhammad memiliki peran sangat penting dalam memimpin dan mengarahkan umat, terutama
pada periode Madinah.
Kepemimpinan dalam islam bukanlah milik segolongan tertentu saja namun menjadi suatu kewajiban
bagi setiap muslim. Rasulullah bersabda : “Setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”. (H.R. Muslim). Menurut persepktif Islam,
terdapat dua peranan bagi seorang pemimpin yaitu :
1. Pelayan, pemimpin adalah pelayan bagi pengikutnya, maka ia wajib memberikan
kesejahteraan bagi pengikutnya.
2. Pemandu, pemimpin adalah yang memberikan arahan pada pengikutnya untuk
menunjukkan jalan yang terbaik bagi pengikutnya agar selamat sampai tujuan
Rasulullah SAW diutus oleh Allah kepada semua umat manusia menjadi
Rahmatanlil’alamin, Kepemimpinan Rasulullah SAW menjadi landasan bagi terbangunnya
karakater pemimpin Islam yang baik yaitu Shiddiq, Amanah, Fathonah, Tabligh.
1. Shiddiq
Kata shadiq (orang jujur) berasal dari kata shiddiq (kejujuran), kata shiddiq adalah
bentuk penekanan dari shadiq, yang berarti orang yang didominasi oleh kejujuran.
Menjunjung tinggi kejujuran di atas segalanya adalah prinsip hidup Rasulullah SAW.
Rasul bersabda : “Jika seorang hamba tetap bertindak jujur dan berteguh hati untuk
bertindak jujur, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur, dan jika ia
tetap berbuat dusta dan berteguh hati untuk berbuat dusta, maka ia akan ditulis di sisi
Allah sebagai pendusta.”
Seorang ciri pemimpin muslim yang teguh keimanannya, menjadikan kejujuran
(shidiq) sebagai landasan untuk mencapai kesuksesan. Allah SWT berfirman dalam QS.
At-Taubah ayat 19 :
ّ ٰ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ُكوْ نُوْ ا َمع ال
َص ِدقِ ْين
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan ikuti langkah
orang-orang yang jujur.”
2. Amanah
Amanah berarti dapat dipercaya. Seorang pemimpin haruslah dapat dipercaya
oleh semua orang. Sehingga dalam menjalankan kepemimpinan nya akan selalu
berpegang teguh pada aturan Allah dan Rasulnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-
Anfal ayat 27:
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا اَل تَ ُخ ْونُوا هّٰللا َ َوال َّرس ُْو َل َوتَ ُخ ْونُ ْٓوا اَمٰ ٰنتِ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanatamanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Amanah terdapat dalam hati masing-masing. Seseorang bisa menjadi Amanah
tergantung pada kadar keimanan nya pada Allah dan Rasul-Nya dan amal soleh yang
telah dilakukaknnya.
3. Fathonah
Fathonah diartikan dengan pintar tapi jika ditelaah lebih jauh Fatonah lebih
identik dengan kepintaran, kecerdikan dan kearifan sekaligus. Jadi bukan sekedar pintar
tapi juga arif bijaksana. Rasulullah tidak hanya cerdas secara intelektual (IQ), tapi juga
cerdas secara emosional dan spiritual (ESQ). Sifat fathonah (kecerdasan) di dalam diri
Rasulullah lebih dimatangkan oleh kecerdasan emosional dan spiritual. Sebuah
kecerdasan yang memunculkan kearifan yang luar biasa.
4. Tabligh
Tabligh adalah tugas Rasulullah menyampaikan risalah-Nya., seperti yang
tercantum di dalam Al-Qur’an Surah An-Najm (53) ayat 4:
Kepemimpinan Rasulullah, selaku seorang pemimpin dimulai dari bawah sampai atas dan
segala penjuru dari berbagai budaya menjadi satu masyarakat / umamatan wahidah yang beriman
dan bertakwa. Sebagai sebuah kekuatan, ini nampak pada perang badar dimana kaum Muslimin
mampu mengalahkan pasukan Quraisy Jahili, sehingga memperoleh kemenangan, bukan karena
suatu mukjizat nabi. Namun lebih banyak karena kepemimpinan Rasulullah yang berhasil
menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan, dan semangat juang untuk membela kebenaran
dan mempertahankan hak selain memperoleh bantuan Allah SWT.
Ada beberapa kunci hal sebagai penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah, yaitu:
1. Akhlak Rasulullah yang terpuji dan tanpa cela
2. Karakter Rasulullah yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhanan dan bersemangat baja.
3. Sistem dakwahnya yang menggunakan metode imbauan dengan penuh hikmah dan
kebijaksanaan. Rasulullah dalam menyeru manusia agar beriman, berbuat yang baik
dan mencegah kemunkaran sedikitpun tidak ada unsur paksaan.
4. Tujuan perjuangan nabi untuk menegakkan keadilan dan kebenaran serta
menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan dan kemilau dunia.
5. Prinsip persamaan. Rasulullah bergaul dengan semua orang, tutur katanya lembut
dan menyenangkan dalam bergaul
6. Prinsip kebersamaan. Rasulullah selalu ikut dalam kegiatan bersama dengan
umatnya, untuk memberikan teladan/contoh
7. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan umatnya
8. Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat. Rasulullah bukanlah tipe
pemimpin otoriter. Selain wewenang kerasulan yang hanya diperuntukkan bagi
dirinya oleh Allah SWT maka wewenangnya selaku pemimpin didelegasikan kepada
orang lain
9. Tipe kepemimpinan karismatik dan demokratis. Kepatuhan umat kepadanya karena
selalu menunjukkan satunya kata dan perbuatan.
Disamping itu, ditinjau dari aspek siyasah / politik Islam mengisyaratkan beberapa hal:
1. Keharusan menempuh jalan damai, meskipun dengan cara itu pencapaian tujuan
secara logika agak terlambat
2. Keharusan mempunyai kemampuan membaca situasi dan kondisi, kapan harus
memberi dan harus menerima
3. Keharusan memiliki kemampuan menentukan waktu yang tepat agar tujuan bisa
dicapai, hal ini sesuai dengan kaidah: “Barangsiapa mempercepat sesuatu sebelum
waktunya, akan mendapat sanksi yang berupa kegagalan”.
Sifat kepemimpinan demokratis dari Rasulullah SAW diperlihatkan pula oleh ketekunan
beliau mendidik para sahabat untuk dipersiapkan sebagai calon-calon penggantinya selaku
pemimpin umat dalam urusan dunianya dan membiarkan mereka mengembangkan diri tanpa
kuatir tersaingi.
Sifat pemimpin islam adalah :
َوالَّ ِذي َْن ا ْستَ َجاب ُْوا لِ َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلو ۖةَ َواَ ْم ُرهُ ْم ُش ْو ٰرى بَ ْينَهُ ۖ ْم َو ِم َّما َر َز ْق ٰنهُ ْم
38 ۚ يُ ْنفِقُ ْو َن.
Artinya : dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
9. Penyantun
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Hijr ayat 88
ك
َ َاح ْ اَل تَ ُم َّد َّن َع ْينَ ْيكَ اِ ٰلى َما َمتَّ ْعنَا بِ ٖ ٓه اَ ْز َواجًا ِّم ْنهُ ْم َواَل تَحْ زَ ْن َعلَ ْي ِه ْم َو
َ اخفِضْ َجن
88 َلِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين.
Artinya : Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di
antara mereka (orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap
mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman.
10. Paham Keadaan umat
11. Ikhlas dan rela berkorban.
12. Qanaah (kesederhanaan).
13. Istiqomah
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Ahqaf ayat 13
ٌ اِ َّن الَّ ِذي َْن قَالُ ْوا َربُّنَا هّٰللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُم ْوا فَاَل َخ ْو.
13 ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُ ْو ۚ َن
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,”
kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka,
dan mereka tidak (pula) bersedih hati.
14. Aqhlaqul karimah (sifat-sifat mulia)
Metode
Berdasarkan studi literatur pada tinjauan Pustaka. Jenis data yang digunakan adala data sekunder.
Metode pengumpulan data adalah studi Pustaka. Data yang diperoleh dikompilasi, dianalisis,
dan disimpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai studi literatur.
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM ,2017 ,Manajemen Kepemimpinan Islam, Makasar,
Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Muhammad Adnan,2019, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5 Cendikia:
Jurnal Study Keislaman.
3. Suyuti Pulungan,2018, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Bumi Aksara.
4. HAMKA, 2016,Sejarah Umat Islam, Jakarta: Gema Insani.
5. Faisal Ismail, 2017,Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M),
Yogyakarta:IRCiSoD
6. Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah ,2015,Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta :
Deepublish Publisher
7. Kurniawan, Defri NP, Afdal Z, et al. Konsep Kepemimpinan dalam Islam. PRODU:
Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. [E-ISSN: 2721-3439], Vol.2,
No.1, Desember 2020.
8. Zainun. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Buletin Taqwa Universitas Medan Area.
Access from: repository.uma.ac.id, November 2020.
9. Mubasyaroh. Pola Kepemimpinan Rasulullah SAW: Cerminan Sistem Politik Islam.
POLITEA: Jurnal Pemikiran Politik Islam. [ISSN: 2721-3439], Vol.2, No.1, Desember
2020.
10. Dr. Thariq Muhammad as-Suwaidan, Ir. Faisal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin
Masa Depan (Jakarta : Gema Insani, 2005), 171-185.
11. Drs. K. Permadi, S.H., Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen (Jakarta :
Rineke Cipta, 1996), 65-66.
12. Amir Hamzah, KRITERIA PEMIMPIN MENURUT AL-QUR’AN (Suatu Kajian
Tafsir Maudhu'iy),Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan volume 10, No 2 Tahun 2018
13. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol 2, 480.